BPS Ungkap Pengangguran Terbuka di Jateng Mayoritas Lulusan SMK

BPS Ungkap Pengangguran Terbuka di Jateng Mayoritas Lulusan SMK

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Kamis, 12 Jun 2025 13:03 WIB
Ilustrasi pengangguran atau pencari kerja
Ilustrasi pengangguran atau pencari kerja. Foto: Getty Images/iStockphoto/byryo
Semarang -

Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah (Jateng) mencatat tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Jawa Tengah berada di angka 4,33 persen. Angka pengangguran itu didominasi dari lulusan SMK.

Hal ini diungkapkan Kepala BPS Jateng Endang Tri Wahyuningsih. Ia bilang angka tersebut sudah cukup ideal.

"Angka pengangguran di Jateng itu 4,33 persen. Itu sebenarnya sudah cukup bagus. Menurut ahli, idealnya di angka 3-5 persen," kata Endang di Kantor BPS Jateng, Kecamatan Semarang Selatan, Kamis (11/6/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski mengalami penurunan dari 4,39 persen pada tahun lalu, penurunan tersebut dinilai belum signifikan. Endang menjelaskan, salah satu penyebabnya karena jumlah tambahan angkatan kerja masih belum seimbang dengan penyediaan lapangan kerja baru.

"Tambahan pekerja dari 2024 ke 2025 itu sekitar 0,52 juta orang, sementara penyediaan lapangan kerjanya 0,51 juta. Jadi penyediaan lapangan kerjanya kurang, nggak imbang," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Ia pun merinci, tingkat pengangguran terbuka paling banyak berasal dari lulusan SMK yaitu sebanyak 6,83 persen. Disusul lulusan perguruan tinggi 5,4 persen, lulusan SMP 4,6 persen, SMA 4,06 persen, SD 3,16 persen, dan diploma 1,23 persen.

"Sebaran paling banyak kalau tingkat pengangguran terbuka itu lulusan SMK paling besar," jelasnya.

Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk di Jateng ada sebanyak 38.233.930 jiwa. Endang menyebut angka pengangguran lulusan SMK terus menunjukkan tren penurunan yang cukup tajam dalam empat tahun terakhir.

"Dulu SMK itu sempat 12,36 persen pada 2021, sekarang tinggal 6,83 persen. Dalam 4 tahun bisa turun setengahnya," ungkapnya.

Terkait ketersediaan lapangan kerja, BPS mencatat sektor industri menjadi penyerap tenaga kerja paling besar.

"Penyerapan tenaga kerja di industri meningkat 24,41 persen dibanding triwulan I 2024. Itu sekitar 97 ribu orang, dengan 31 ribu di antaranya investasi dalam negeri PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri), selebihnya PMA (Penanaman Modal Asing)," bebernya.

Endang pun mengingatkan perlunya kolaborasi berbagai pihak agar ketidakseimbangan antara angkatan kerja baru dan lapangan kerja bisa segera diatasi. Ia menilai harus ada kolaborasi antara perusahaan dan dunia pendidikan.

"Menjadi masukan, dengan potensi industri yang cukup bagus di Jateng, jadi PR di sektor pendidikan, supaya lulusan SMK dan perguruan tingginya match antara jurusannya dengan yang memang dibutuhkan di Jateng," usulnya.

Endang menambahkan, pengangguran juga berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah. Saat ini, kemiskinan tercatat turun menjadi 9,58 persen dari sebelumnya 10,40 persen.

"Kenapa terkonsentrasi di Jawa, karena di Jawa penduduknya banyak. Tapi upaya yang dilakukan juga cukup bagus, Pemprov dan Pemda harus kuat kolaborasinya untuk berupaya," tegasnya.




(dil/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads