- Investasi yang Tepat saat Rupiah Melemah 1. Emas 2. Saham Perusahaan Multinasional yang Kuat di Pasar AS 3. Saham atau Obligasi Perusahaan Berbasis Ekspor 4. Valuta Asing Berbasis Dolar AS
- Investasi yang Sebaiknya Dihindari saat Rupiah Melemah 1. Saham Perusahaan Multinasional AS yang Berorientasi Ekspor 2. Reksadana atau ETF Saham Global Tanpa Lindung Nilai (Currency Unhedged) 3. Obligasi Korporasi Global dalam Mata Uang Asing 4. Investasi di Sektor yang Bergantung pada Impor 5. Properti Luar Negeri
Investor beramai-ramai mencari investasi yang tepat saat rupiah melemah. Pasalnya, kenaikan dolar tidak menyenangkan untuk semua orang. Melemahnya rupiah membuat investasi di luar negeri menjadi lebih mahal dan kurang menguntungkan.
Dikutip dari NPR, nilai tukar yang tinggi menekan keuntungan perusahaan multinasional saat mengonversi pendapatan dari mata uang asing ke dolar. Selain itu, eksportir AS jadi kurang kompetitif di pasar global karena produk mereka menjadi lebih mahal. Bagi investor, hal ini bisa berarti laba yang lebih rendah dari saham-saham global dan gangguan terhadap return portofolio yang bergantung pada pendapatan luar negeri.
Lantas, apa saja investasi yang tepat saat rupiah melemah? Mari simak penjelasan berikut untuk mengetahui instrumen investasi yang aman dan menguntungkan!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Investasi yang Tepat saat Rupiah Melemah
1. Emas
Dikutip dari buku Cerdas Investasi Emas tulisan William Tanuwidjaja, emas merupakan investasi yang tepat saat rupiah melemah karena nilainya cenderung naik seiring penguatan dolar AS. Emas merupakan investasi yang tepat saat rupiah melemah karena berfungsi sebagai hedge atau pelindung nilai terhadap gejolak nilai tukar. Dalam situasi di mana kurs dolar AS terhadap rupiah meningkat secara sistematis dan berkelanjutan, harga emas yang dipatok dalam dolar juga ikut naik.
Artinya, ketika dolar menguat terhadap rupiah, pemilik emas memperoleh dua keuntungan sekaligus, yaitu dari penguatan dolar itu sendiri dan dari kenaikan harga emas secara global. Selain itu, melemahnya rupiah seringkali terjadi bukan karena masalah fundamental ekonomi, melainkan akibat kepanikan pasar dan menurunnya kepercayaan. Dalam jangka panjang, rupiah secara historis terus melemah terhadap mata uang internasional seperti dolar dan euro, menjadikan emas sebagai instrumen investasi yang lebih stabil dan menguntungkan.
Selain itu, menyimpan emas lebih praktis dibandingkan menyimpan dolar secara fisik, karena tidak menghadapi risiko penolakan terhadap uang lusuh atau terlipat serta lebih aman dari ancaman uang palsu. Maka, di tengah gejolak nilai tukar yang sering kali disebabkan oleh kepanikan dan bukan masalah fundamental ekonomi, emas menjadi pilihan perlindungan aset yang lebih stabil dan menguntungkan.
2. Saham Perusahaan Multinasional yang Kuat di Pasar AS
Dilansir Investopedia, saat dolar AS menguat, yang secara umum berarti rupiah melemah, salah satu strategi investasi yang dapat dipertimbangkan adalah membeli saham perusahaan multinasional yang memiliki pangsa pasar besar di dalam negeri Amerika Serikat. Perusahaan-perusahaan seperti ini memperoleh pendapatan dalam bentuk dolar AS, sehingga mereka mendapat keuntungan langsung dari penguatan dolar. Dalam laporan keuangan mereka, nilai penjualan dan laba cenderung meningkat karena tidak terdampak oleh konversi mata uang asing.
Sebaliknya, perusahaan yang banyak beroperasi di luar negeri atau sangat bergantung pada penjualan global justru bisa terkena dampak negatif. Hal ini terjadi karena pendapatan mereka dalam mata uang asing akan bernilai lebih rendah saat dikonversikan kembali ke dolar AS.
Contoh nyata adalah perusahaan seperti McDonald's dan Philip Morris, yang memiliki sebagian besar pendapatan dari luar negeri, sehingga penguatan dolar dapat merugikan neraca keuangan mereka. Maka, bagi investor Indonesia, menghindari saham perusahaan yang terlalu tergantung pada pasar luar negeri merupakan langkah bijak saat rupiah melemah.
Selain itu, kondisi ini juga membuat investasi langsung di negara berkembang, termasuk pasar saham di Indonesia, lebih berisiko. Pasalnya mereka harus membayar lebih mahal untuk memperoleh dolar yang dibutuhkan dalam transaksi internasional atau pembayaran utang. Tanpa strategi lindung nilai (hedging), nilai investasi bisa tergerus oleh volatilitas kurs.
3. Saham atau Obligasi Perusahaan Berbasis Ekspor
Dikutip dari NPR, ketika dolar AS menguat, berarti mata uang negara lain termasuk rupiah cenderung melemah. Dalam kondisi seperti ini, produk-produk buatan Indonesia menjadi lebih murah bagi pembeli luar negeri, karena mereka bisa membeli barang yang sama dengan nilai tukar yang lebih menguntungkan.
Hal ini meningkatkan daya saing produk ekspor Indonesia di pasar internasional. Sebagai hasilnya, perusahaan-perusahaan lokal yang mengekspor produknya ke luar negeri dapat mengalami peningkatan penjualan. Peningkatan pendapatan dari ekspor ini juga bisa berdampak positif terhadap harga saham perusahaan tersebut, maupun terhadap imbal hasil obligasi yang mereka terbitkan.
Investor yang memiliki saham atau obligasi dari perusahaan-perusahaan berbasis ekspor bisa merasakan manfaat langsung dari peningkatan penjualan dan profitabilitas perusahaan tersebut. Dengan kata lain, saat rupiah melemah, perusahaan-perusahaan ini bisa menjadi lebih kuat secara finansial, dan investor dapat memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham maupun kupon dan yield obligasi yang stabil atau meningkat.
4. Valuta Asing Berbasis Dolar AS
Ketika dolar AS menguat secara global, nilai tukarnya terhadap rupiah pun ikut naik. Dalam situasi ini, aset yang disimpan dalam bentuk dolar akan mengalami peningkatan nilai jika dikonversikan kembali ke rupiah.
Hal ini menjadikan investasi dalam bentuk dolar sebagai salah satu cara paling sederhana untuk melakukan lindung nilai (hedging) terhadap depresiasi rupiah. Kenaikan nilai tukar ini tentu memberikan keuntungan tersendiri bagi investor yang memiliki eksposur terhadap dolar AS, baik melalui rekening valas, deposito valas, maupun instrumen berbasis USD lainnya.
Menurut laporan dari NPR, kekuatan dolar saat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor utama. Salah satunya adalah stabilitas dan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang lebih kuat dibandingkan negara-negara lain yang sedang melambat. Selain itu, suku bunga yang tinggi di AS menjadikan aset berbasis dolar sangat menarik bagi investor global yang mencari imbal hasil lebih tinggi.
Sementara itu, The Fed belum menunjukkan tanda-tanda akan menurunkan suku bunga, berbeda dengan sejumlah bank sentral seperti di Kanada dan Eropa yang sudah mulai memangkas suku bunga mereka. Kondisi ini semakin memperkuat posisi dolar di pasar global.
Investasi yang Sebaiknya Dihindari saat Rupiah Melemah
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari Investopedia, NPR, serta CNBC, menguatnya dolar bisa secara signifikan mempengaruhi kinerja berbagai jenis investasi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka dari itu, penting untuk memahami jenis investasi apa saja yang cenderung kurang menguntungkan dalam situasi ini.
1. Saham Perusahaan Multinasional AS yang Berorientasi Ekspor
Perusahaan-perusahaan besar seperti Apple atau Boeing yang berbasis di Amerika Serikat tetapi memiliki porsi penjualan besar di pasar global, termasuk negara-negara berkembang, bisa terdampak negatif saat dolar menguat. Hal ini karena pendapatan mereka dalam mata uang lokal (yang kini lebih lemah terhadap dolar) akan dikonversi ke dolar dalam jumlah yang lebih kecil, sehingga menekan total laba dalam laporan keuangan. Jika kamu berinvestasi di saham perusahaan seperti ini, imbal hasil bisa terganggu oleh tekanan nilai tukar.
2. Reksadana atau ETF Saham Global Tanpa Lindung Nilai (Currency Unhedged)
Investasi di reksadana saham global bisa menjadi risiko ketika rupiah melemah. Mengapa? Karena saat nilai mata uang asing menguat terhadap rupiah, nilai portofolio kamu akan turun saat dikonversi kembali ke rupiah. Dana yang tidak menggunakan strategi lindung nilai terhadap fluktuasi mata uang (unhedged) akan sangat rentan, terutama dalam jangka pendek. Versi hedged bisa menjadi alternatif, tapi tetap perlu diperhatikan biaya dan kompleksitasnya.
3. Obligasi Korporasi Global dalam Mata Uang Asing
Obligasi korporasi asing, terutama yang diterbitkan dalam dolar atau mata uang lainnya, menjadi kurang menarik ketika rupiah melemah. Selain karena nilai pokok dan bunga akan tertekan oleh konversi kurs saat dicairkan, ada risiko tambahan jika kamu harus menukar rupiah ke dolar saat pembelian awal, yang artinya kamu membeli pada kurs yang mahal. Jika nanti rupiah menguat kembali, nilai investasimu dalam rupiah bisa anjlok.
4. Investasi di Sektor yang Bergantung pada Impor
Sektor-sektor seperti otomotif, farmasi, atau teknologi di Indonesia yang sangat bergantung pada bahan baku impor akan terdampak langsung oleh melemahnya rupiah. Biaya impor naik, margin keuntungan tertekan, dan harga sahamnya bisa terkoreksi. Investor yang terlalu banyak menaruh dana di sektor ini bisa menghadapi tekanan nilai investasi secara keseluruhan.
5. Properti Luar Negeri
Berinvestasi di properti luar negeri, seperti apartemen di Singapura, Tokyo, atau London, juga menjadi kurang bijak ketika rupiah melemah. Selain harga properti dan biaya pemeliharaan yang dibayar dalam mata uang asing menjadi lebih mahal, potensi keuntungan pun bisa tergerus saat dikonversi kembali ke rupiah. Biaya pajak dan legalitas lintas negara juga menjadi pertimbangan tambahan.
Nah, itulah tadi penjelasan lengkap mengenai jenis investasi yang tepat saat rupiah melemah. Semoga bermanfaat!
(par/apl)