Menteri Keuangan Sri Mulyani buka suara soal anjloknya bursa saham imbas kebijakan tarif impor Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Menurutnya, investor merespons negatif kondisi perang dagang yang sedang terjadi.
Dilansir dari detikFinance, Sri Mulyani mengatakan investor merespons negatif keputusan Trump yang menetapkan tarif resiprokal terhadap sejumlah negara. Apalagi China yang dinilai akan menahan diri justru menimbulkan sikap perlawanan cukup keras.
"Investor portfolio merespons negatif kebijakan China. Kita semuanya hari ini adalah hari pertama pembukaan bursa, dan kita sudah melihat Indonesia tadi sesi yang kedua di bawah, 8%, 7,7%," ujar Sri Mulyani dalam Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden Republik Indonesia, disiarkan YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (8/4/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya bursa di Indonesia yang mengalami koreksi cukup tajam. Sri Mulyani mengatakan da beberapa negara lain yang mengalami hal serupa, bahkan ada yang lebih parah.
"Kalau kita lihat banyak negara yang indeks harga sahamnya pada tanggal 8 April dibanding 2 April, banyak yang koreksinya sangat dalam, hingga 14%, bahkan tadi yang Pak Menko (Menko Perekonomian Airlangga Hartarto) menyampaikan beberapa bisa mencapai di atas 25%," sambung Sri Mulyani.
Bank Indonesia telah menyiapkan sejumlah langkah untuk menghadapi guncangan yang mungkin terjadi terhadap pasar keuangan. Sri Mulyani menyebut tekanan terhadap pasar keuangan terbiasa terjadi namun tetap perlu diantisipasi.
"Tekanan di pasar keuangan yang tinggi terakhir ini sebetulnya bukan hal yang baru. US Treasury, baik yang 2 tahun maupun 10 tahun, agak melemah karena dia dianggap safe haven, tapi dolar indeksnya juga melemah," terang Sri Mulyani.
Secara umum, Sri Mulyani menilai gejolak yang saat ini terjadi masih bisa dikelola dibandingkan saat masa Pandemi COVID-19.
"Tapi kalau kita bandingkan pada saat COVID, kenaikannya sebetulnya masih relatively manageable. Tapi ini menggambarkan suasananya, alarmnya mulai berbunyi. Jadi kita harus juga tetap hati-hati, tanpa panik," tutupnya.
(afn/rih)