Hadapi Ancaman Embun Es, Petani Dieng Bersiap Ganti Tanaman

Hadapi Ancaman Embun Es, Petani Dieng Bersiap Ganti Tanaman

Uje Hartono - detikJateng
Jumat, 21 Jun 2024 13:41 WIB
Lahan pertanian warga di kompleks Candi Arjuna Dieng, Jumat (21/6/2024).
Lahan pertanian warga di kompleks Candi Arjuna Dieng, Jumat (21/6/2024). (Foto: Uje Hartono/detikJateng)
Banjarnegara -

Datangnya musim kemarau membuat fenomena alam embun es di Dieng makin kerap terjadi. Pagi tadi, embun es kembali terjadi selama 3 hari berturut-turut.

Munculnya embun es atau warga Dieng kerap menyebut bun upas ini seperti dua sisi mata uang. Selain menjadi magnet untuk wisatawan, juga menjadi ancaman bagi para petani Dieng.

Salah satu petani Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara Hartanto mengatakan, embun es bisa membuat rumput hingga tanaman kentang mati. Biasanya, hal tersebut terjadi saat embun es tebal dan suhu di bawah minus 3 derajat celsius.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau embun esnya tebal biasanya tanaman kentang layu kemudian mati. Untuk sekarang belum yang tebal banget jadi beberapa tanaman kentang masih bertahan," ujarnya saat ditemui di kompleks Candi Arjuna Dieng, Jumat (21/6/2024).

Dengan kondisi ini, sejumlah petani mengaku mengganti tanaman yang lebih kuat terhadap ancaman embun es. Salah satunya adalah tanaman wortel. Sebab, para petani sudah memprediksi jika embun selalu muncul saat musim kemarau.

ADVERTISEMENT

"Kalau sudah mau musim kemarau, para petani sudah ancang-ancang ganti jenis tanaman. Seperti saya yang saat ini lebih memilih menanam wortel," kata dia.

Menurut dia, tanaman wortel dan kol lebih tahan akan ancaman embun es atau bun upas. Berbeda dengan tanaman kentang yang mudah layu saat terkena bun upas tersebut.

"Dari pengamatan para petani, tanaman wortel ini lebih bisa menahan bun upas. Termasuk juga tanaman kol. Tetapi kalau kentang lebih mudah layu kalau ada embun es," terangnya.

Hartanto menambahkan, jika sudah terlanjur menanam kentang petani biasanya hanya pasrah. Sebab untuk menghilangkan embun es tidak bisa dilakukan oleh para petani.

"Mau disemprot pakai air juga tidak bisa. Mau ditutup atasnya juga tidak mungkin, jadi bisanya petani pasrah saja," imbuhnya.

Sementara itu, salah satu petani kentang di Dieng, Supri mengaku saat ini masih menanam kentang. Sebab, biasanya embun es puncaknya terjadi pada Bulan Agustus dan September.

"Sekarang ini masih menanam kentang. Semoga masih bisa bertahan karena puncaknya biasanya Agustus dan September. Juli biasanya sudah sering tapi ini Bulan Juni tapi sudah keluar embun es," ujarnya.




(aku/apu)


Hide Ads