PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) melakukan lifting perdana ekspor produk baru bahan bakar kapal, Marine Fuel Oil (MFO) Low Sulphur. Ekspor 200 ribu barrel MFO Low Sulphur dilakukan melalui kapal MT Bloom dengan tujuan Singapura.
Acara peresmian ekspor ini dilakukan ini dilakukan secara virtual di Gedung Patra Graha Pertamina Cilacap, Rabu (29/5/2024). Ditemui usai pelepasan produk, General Manager Kilang Cilacap, Edy Januari Utama menjelaskan saat ini kemampuan lifting MFO Low Sulphur di kilang Cilacap sebesar 200-400 ribu barrel per bulan.
"Lifting perdana ekspor MFO Low Sulphur dilakukan melalui Kapal MT Bloom dengan nominasi 200 ribu barrel untuk tujuan Singapura," kata Edy kepada wartawan, Rabu (29/5/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama ini Pertamina RU IV baru bisa memproduksi MFO Low Sulphur untuk skala kecil kebutuhan domestik. Untuk kegiatan bunkering kapal-kapal yang berkunjung dan sandar di RU IV Cilacap.
"Hari ini kita memproduksi dengan skala dan kapasitas yang lebih besar sehingga bisa kita lakukan ekspor perdana pada hari ini," terangnya.
Inovasi ini menurutnya, berdampak positif bagi Kilang Cilacap karena mampu meningkatkan konversi produk valuable serta mendukung pencapaian target yield product valuable PT KPI.
"Hal ini juga berkontribusi pada peningkatan margin PT KPI dan Kilang Cilacap mampu memenuhi demand MFO Low Sulphur untuk domestik maupun ekspor," jelasnya.
Edy menyebut bahan bakar ini menggantikan penggunaan MFO High Sulphur dengan memanfaatkan ekses produk nonvaluable.
"Inovasi ini juga sebagai peran aktif Indonesia dalam Dewan International Maritime Organization (IMO) yang berperan aktif dalam perlindungan lingkungan maritim," ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Pjs VP RPO PT KPI, Hendri Agustian menambahkan kehadiran MFO Low Sulphur mampu meningkatkan value perusahaan dengan harga jual yang lebih baik.
"Produk baru kita saat ini memang akan dapat meningkatkan value karena harga jualnya lebih baik. Di samping daripada itu sebenarnya ini komitmen terkait dengan pemenuhan menuju net zero emission tahun 2060," katanya.
Menurutnya, untuk memenuhi capaian target tersebut akan dilakukan melalui dua pilar. Pilar pertama dengan capaian bisnis. Salah satunya meningkatkan operasi dengan memproduksi produk-produk sebelumnya yang menimbulkan emisi yang lebih besar.
"Lalu yang kedua adalah menuju ke new green bisnis. Ini salah satu inisiatif yang selain meningkatkan value juga sebagai komitmen kita memenuhi zero emisi tahun 2060," ungkapnya.
Sementara itu, Manager Refinery Bussiness & Optimization (RBO) Kilang Cilacap, Endah Purbarani menjelaskan produksi BBM di Kilang Cilacap yang beroperasi pada kapasitas maksimum menyebabkan ekses Low Sulphur Waxy Residue (LSWR) yang tidak terserap di unit RFCC.
Dampaknya muncul produk unvaluable berupa MFO High Sulphur yang menurunkan margin.
"Dengan inovasi mengoptimalkan ekses komponen unvaluable dan optimalisasi sarana eksisting kami mampu memproduksi MFO Low Sulphur untuk ekspor," jelasnya.
Lebih lanjut Endah mengungkapkan MFO Low Sulphur merupakan bahan bakar kapal yang telah memenuhi regulasi Marine Polution serta peraturan Direktorat Jenderal (Ditjen) Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan RI.
"Produk ini memiliki kekentalan hingga maksimal 180 centistokes (cSt) pada temperatur 50Β°C. Digunakan pada industri perkapalan bermesin diesel putaran rendah dengan kandungan sulfur dibatasi maksimum 0,5%," pungkasnya.
(aku/apl)