Saat Harga Bawang Merah Melonjak, Paejo Malah Gagal Panen karena Busuk

Saat Harga Bawang Merah Melonjak, Paejo Malah Gagal Panen karena Busuk

Mochamad Saifudin - detikJateng
Jumat, 26 Apr 2024 19:33 WIB
Petani di Desa Mulyorejo, Demak memanen bawang merahnya yang membusuk akibat banjir, Jumat (26/4/2024).
Foto: Petani di Desa Mulyorejo, Demak memanen bawang merahnya yang membusuk akibat banjir, Jumat (26/4/2024). (Mochamad Saifudin/detikJateng)
Demak -

Petani bawang merah di Kabupaten Demak gigit jari tanamannya gagal panen di tengah melambungnya harga bawang merah. Tanaman mereka membusuk lantaran terendam banjir yang melanda Demak sebulan lalu.

Seperti diketahui bahwa harga bawang merah tengah naik secara signifikan belakangan ini. Harga tersebut bahkan bisa mencapai Rp 80 ribu per kilogram.

Namun, kegembiraan karena harga naik tak dirasakan Paejo (38), petani bawang merah di Desa Mulyorejo, Kecamatan Demak. Dirinya sebisa mungkin memanen bawang merahnya seluas 2 hektare dalam kondisi membusuk. Ia dan istrinya mau tidak mau harus mencabuti tanamannya yang berwarna putih pucat itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau lihat harga sekarang naik, malah tambah pusing mas, aslinya. Kalau orang jawa ya morat-marit pikirannya," kata Paejo saat ditemui di sawahnya, Jumat (26/42024).

"Kalau ini dijual ya pembeli pada nggak mau, masalahnya bentuknya begini," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

Ia menjelaskan tanamannya jadi busuk lantaran terendam banjir sekitar 20 hari saat bulan puasa kemarin. Hal tersebut yang membuat tanamannya sudah tak lagi bisa diselamatkan.

"Waktu kebanjiran umur 30 hari, itu masih usia pertengahan belum bisa dipanen. Minimal kalau panen itu kan umur 60 hari, 55 hari," ujarnya.

Ia menerangkan tanamannya kebanjiran selama dua kali. Paejo menceritakan, sebelum puasa banjir juga merendam tanaman bawang merahnya yang telah berusia 45 hari.

"Nggak bisa diselamatkan, yang sawah di sana saja umur 45 hari nggak bisa diselamatkan. Karena itu kan banjirnya begitu besar, nggak kira-kira itu meluapnya," terangnya.

Ia memperkirakan kerugian yang ia alami sekitar puluhan hingga seratusan juta. Yakni harga bibit, pupuk, obat-obatan, jasa perawatan, dan sebagainya.

Petani di Desa Mulyorejo, Demak memanen bawang merahnya yang membusuk akibat banjir, Jumat (26/4/2024).Petani di Desa Mulyorejo, Demak memanen bawang merahnya yang membusuk akibat banjir, Jumat (26/4/2024). Foto: Mochamad Saifudin/detikJateng

"Kalau dipikir-pikir sampai pusing, kalau kerugian itu puluhan juta pastinya. Untuk bibit saja sudah Rp 15 juta, belum pupuknya, belum obat-obatan lainnya. Kalau dipikir-pikir pusing mas aslinya," terangnya.

"Kalau kemarin saya total itu hampir Rp 60 juta, baru pupuk pertama itu," imbuhnya.

Ia kini kehabisan modal dan bibit bawang merah. Ia juga harus memikirkan biaya sekolah anak dan pinjaman bank senilai Rp 30 juta yang seharusnya sudah terbayar pada Lebaran kemarin jika panennya tak gagal gegara banjir.

"Harapannya pemerintah memperhatikan petani. Modal sudah nggak ada, karena sudah gagal dua kali. Mikir juga anak sekolah butuh biaya," ujarnya.

"Modal habis, bibit habis. Tanam seadanya dulu lah, yang penting jalan," imbuhnya.

Sementara itu, Kabid Tanaman Pangan dan Holtikultura Dinas Pertanian Demak, Heri Wuryanto, mengatakan petani bawang merah di Demak sebanyak 2.255 hektare yang lahannya kebanjiran. Sementara 1.911 hekatare bawang merah yang gagal panen atau puso.

"Yang terkena banjir 2.255 ha. Yang puso 1.911 ha. Iya, data bawang merah saja," ujar Heri.




(apu/cln)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads