IPB Kembangkan Bahan Bakar PLTU Ramah Lingkungan Pengganti Batu Bara

IPB Kembangkan Bahan Bakar PLTU Ramah Lingkungan Pengganti Batu Bara

Anang Firmansyah - detikJateng
Kamis, 07 Mar 2024 20:37 WIB
Tanaman Gamal dan Kaliandra yang akan digunakan sebagai biomassa campuran batubara untuk bahan bakar PLTU di Desa Kalijeruk, Kecamatan Kawunganten, Kabupaten Cilacap, Kamis (7/3/2024).
Tanaman Gamal dan Kaliandra yang akan digunakan sebagai biomassa campuran batubara untuk bahan bakar PLTU di Desa Kalijeruk, Kecamatan Kawunganten, Kabupaten Cilacap, Kamis (7/3/2024). Foto: Anang Firmansyah/detikJateng
Cilacap -

Institut Pertanian Bogor (IPB) mengembangkan bahan bakar energi ramah lingkungan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Adipala, Kabupaten Cilacap. Bahan bakar tersebut berasal dari batang pohon Kaliandra dan Gamal yang ditanam di Desa Kalijeruk, Kecamatan Kawunganten, Cilacap.

Kepala Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (SBRC) IPB University, Dr Meika Syahbana Rusli menjelaskan penelitian tersebut sudah dilakukan selama 2 tahun. Kebutuhan energi ramah lingkungan atau biomassa setiap tahunnya terus meningkat.

"Ada kebutuhan yang sangat besar dari biomassa kayu ini dan meningkat dari tahun ke tahun. Dan kepastiannya jelas untuk PLTU untuk mensubstitusi batubara," katanya kepada wartawan usai FGD di kantor Kecamatan Jeruklegi, Kabupaten Cilacap, Kamis (7/3/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sejak 2 tahun yang lalu kita mulai mengidentifikasi potensi lahan. Ternyata memang di Jawa Tengah ini khususnya Cilacap menjadi lahan yang potensial untuk itu," lanjutnya.

Untuk bisa memenuhi kebutuhan bahan bakar tersebut, pihaknya membentuk program yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Sebab untuk menanam dua pohon ini menggunakan lahan masyarakat.

ADVERTISEMENT

"Kita sudah rancang programnya. Lahan itu milik masyarakat, dan ada perspektif pemberdayaan masyarakat maka kita pandang ekosistem yang paling bagus untuk produksi biomassa itu ekosistem berbasis masyarakat," terangnya.

Ada sejumlah lahan yang akan ditanami pohon Kaliandra dan Gamal. Lahan tersebut terletak di 3 kecamatan di Kabupaten Cilacap.

"Maka itu kita sudah siapkan 3 kecamatan sebagai pilot projek. Kita libatkan 9 desa dan 16 kelompok petani hutan dan 3 BUMDes secara manajemen," jelasnya.

Implementasi penggunaan dua tanaman ini menurutnya tidak akan merusak hutan. Sebab tanaman ini mudah tumbuh dan akan terus berkelanjutan.

"Kita harapkan saat ini intinya kita menanam, karena ada yang mengkhawatirkan cofiring ini adalah deforestasi, batubara diganti tapi hutan hilang, kita tidak. Paradigma kita dalam menanam dahulu nanti tanaman yang dipilih Kaliandra dan Gamal itu adalah tanaman yang sifatnya mudah tumbuh dan trubus tetap panen setiap tahun dan dia akan tumbuh lagi tumbuh lagi jadi berkelanjutan," ujarnya.

Penggunaan biomassa ini juga sebagai upaya untuk pelestarian lingkungan. Selain itu juga ke depannya masyarakat akan diuntungkan karena bisa menjual serbuk batang pohon Kaliandra dan Gamal ke PLTU.

Kandungan batang pohon Kaliandra dan Gamal dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan kalori bahan bakar. Namun proses untuk menuju serbuk untuk bahan bakar cukup memakan waktu.

"Kandungan kalorinya jika sudah cukup kering bisa mencapai 4.000 kilo kalori per kilogram. Karena itu dia membutuhkan processing. Setelah kita panen memang masih ada kendala yang cukup tinggi, otomatis akan menurun setelah beberapa hari tapi kita cacah," ujarnya.

"Kalau di Cilacap membutuhkan dalam bentuk serbuk maka kita keringkan dahulu baru kita serbukkan. Sehingga kita dapat sekitar 15-16 persen dan itu kalorinya cukup tinggi. Bisa jadi serbuk kering itu sekitar 50 persen," sambungnya.

Saat ini disiapkan lahan seluas 100 hektar untuk memenuhi kebutuhan biomassa. Jika serapannya maksimal dalam satu tahun diperkirakan bisa mencapai produksi 40 ton.

Manajer Pengembangan Bisnis, Teknologi, dan Pemasaran Biomassa PT PLN Energi Primer Indonesia, Odi Sefriadi menambahkan setiap PLTU memiliki kebutuhan bahan bakar yang berbeda-beda.

"Kebutuhannya tergantung mesin. Kalau yang di Adipala itu lebih dari 5.000 ton per bulan pasokan biomassa. Itu yang coba kita penuhi dan karena target tahun pertama semakin meningkat maka kita menggalakkan penanaman. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan biomassa di tahun yang akan datang kita sudah bisa menghasilkan sendiri," katanya.

Di PLTU Adipala, penggunaan campuran biomassa masih terus dikembangkan. Sebab untuk saat ini baru penggunaannya maksimal baru mencapai 3 persen.

"Yang di Adipala sekarang maksimal di 3 persen campurannya. Kita terus lakukan kajian dan penelitian untuk peningkatan prosentase cofiring itu. Di PLTU Adipala sekarang kita pakai biomassa gergaji kayu," pungkasnya.




(ahr/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads