Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui beberapa tahun ini petani kesulitan untuk mendapatkan pupuk. Hal ini tentunya berdampak pada hasil produksi pertanian. Hal tersebut dikatakan Jokowi di hadapan 50 ribu petani se-Jawa Tengah yang hadir di halaman Gor Satria Purwokerto, Selasa (2/1/2024).
"Saya itu kalau ke desa ketemu petani sejak tahun 2020 keluhannya selalu pupuk. Utamanya pupuk bersubsidi. Supaya bapak ibu tahu ada ceritanya. Dunia ini pada posisi ekonomi tidak pasti. Sehingga terjadi krisis keuangan dunia dan terjadi krisis pangan dunia, krisis energi dunia karena COVID-19," kata Jokowi di GOR Satria Purwokerto, Selasa (2/1).
Menurutnya, pandemi COVID-19 menyebabkan perekonomian di sejumlah negara jatuh. Ia meminta agar para petani bersyukur Indonesia tidak sampai krisis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena COVID-19 menyebabkan negara jatuh ekonominya lemah dan keuangan menjadi tidak baik. Kita wajib bersyukur setelah COVID-19 ekonomi bisa bangkit. Ini yang patut kita syukuri," terangnya.
Penyebab sulitnya distribusi pupuk menurutnya juga dikarenakan dampak perang Ukraina-Rusia. Sebab bahan baku pupuk juga didapat dari kedua negara ini.
"Saya dahulu tidak berpikir waktu ke Ukraina dampaknya bisa ke semua negara ternyata apa yang terjadi. Waktu saya bertemu dengan Presiden Ukraina dia cerita pada saya di Ukraina ada 77 juta ton gandum berhenti tidak bisa di ekspor karena perang," jelasnya.
Lanjut Jokowi, setelah itu bertemu Presiden Rusia. Putin juga mengaku di negaranya terdapat 130 juta ton gandum berhenti tidak bisa ekspor. Artinya orang-orang yang makan gandum menjadi kehilangan makanan pokok.
"Berarti 207 juta ton gandum berhenti di Ukraina dan Rusia. Saya bersyukur Indonesia makanan pokoknya beras. Tetapi ternyata yang namanya pupuk itu bahan bakunya dari Rusia dan Ukraina. Sehingga barang ini juga sulit keluar. Bahan bakunya tidak ada berarti harganya naik. Itulah problemnya bapak ibu," ujarnya.
Jokowi menjelaskan pupuk yang didapat para petani berasal dari PT Pupuk Indonesia. Sedangkan harga bahan baku untuk pupuk yang dibeli sudah mahal.
"Inilah yang kemudian kita nabrak-nabrak berusaha agar bahan baku tercukupi. Pupuk Indonesia itu adalah perusahaan. Kalau beli disana mahal jualnya juga mahal. Ceritanya kurang lebih seperti itu," sebutnya.
Dengan kondisi tersebut, ia meminta agar para petani bisa menggunakan pupuk secara efektif. Penggunaan yang selama ini disebar bisa mulai diubah.
"Bapak ibu nanti di lapangan akan didampingi Babinsa dan PPL sehingga cara tanam dan pemupukannya betul. Karena PPL ini sudah di training sebulan cara memakai pupuk yang efektif. Karena penggunaannya harus betul. Pupuk sekarang di dunia carinya tidak gampang," ungkapnya.
"Di negara maju pemupukannya pakai tetes. Saking mereka menghemat air dan pupuk. Bukan ditebar, mocar-macir ke mana-mana kalau gitu. Sekarang harga pupuk di dunia sudah mahal," pungkasnya.
(ahr/apl)