Harga Beras Masih Tinggi, Perpadi Jateng: Petani Happy, Tapi...

Harga Beras Masih Tinggi, Perpadi Jateng: Petani Happy, Tapi...

Jarmaji - detikJateng
Rabu, 20 Des 2023 16:02 WIB
Harga beras di Boyolali di atas HET.
Ilustrasi harga beras di Boyolali masih tinggi. Foto: Jarmaji/detikJateng
Boyolali -

Menjelang Natal dan tabun baru (Nataru), harga beras di pasaran saat ini stabil tinggi. Bahkan di atas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan oleh Pemerintah.

Hasil monitoring Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Boyolali, di sejumlah pasar tradisional menyebutkan harga beras premium mencapai Rp 15.500 per kilogram.

Perkumpulan Pengusaha Beras dan Penggilingan Padi (Perpadi) Jawa Tengah, menyatakan bahwa harga beras saat ini memang masih tinggi dan mengalami kenaikan terus. Beras premium di tingkat distributor saat ini sudah di angka Rp 14.000 per kilogram.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ya saat ini bisa dirasakan bahwa harga pangan khususnya beras ini terjadi suatu kenaikan terus. Walaupun pemerintah sudah melaksanakan beberapa program, Bansos sudah di-launching, kemudian bantuan-bantuan non tunai juga dilakukan. Kenapa kok harganya tetap tinggi, sudah melebihi HET dari pemerintah," kata Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Perbadi Jawa Tengah, Tulus Budiyono, ditemui di sela-sela mengikuti Musyawarah Olahraga Kabupaten (Musorkab) Koni Boyolali, Rabu (20/12/2023).

Menurut dia, tingginya harga beras saat ini karena dari petani juga sudah tinggi. Harga gabah kering panen sekarang mencapai Rp 7.100/kg. Harga ini untuk gabah yang dirontokkan menggunakan thresher atau mesin perontok padi menjadi gabah.

ADVERTISEMENT

"Kalau dari (mesin) combine (harvester), ini lebih bersih itu selisihnya Rp 200 sampai Rp 300. Lebih di atasnya. Jadi Rp 7.400-Rp 7.500 per kilogram," ungkap dia.

Harga gabah kering panen itu, lanjutnya, berpengaruh ke harga pecah kulit (PK) dan beras premium. Harga pecah kulit saat ini sudah menyentuh Rp 11.500/kg. Kemudian beras kualitas premium di tingkat distributor sudah mencapai Rp 13.500-Rp 14.000/kg.

"Di tingkat konsumen sudah lebih tinggi lagi harganya," imbuh dia.

Ketua DPD Perpadi Jateng, Tulus Budiyono.Ketua DPD Perpadi Jateng, Tulus Budiyono. Foto: Jarmaji/detikJateng

Menurut dia, ada sejumlah faktor yang menyebabkan harga beras saat ini masih mahal. Pertama, musim kering yang berkepanjangan dampak Elnino. Kedua, panen yang tidak merata atau hanya sporadis.

"Ketiga stok yang ada di pemerintah sudah ada, namun sistem penggelontoran (ke pasar) kurang. Kemudian stok yang ada di penggilingan padi sudah menipis, stok di konsumen juga menipis," papar dia.

Guna menekan harga beras di pasaran ini, pihaknya meminta pemerintah melakukan operasi pasar dengan sistem gelontor secara besar-besaran.

Dikemukakan dia, pemerintah memang sudah menyalurkan Bansos, juga melakukan operasi pasar, tetapi kuantitas beras yang digelontonkan masih kecil.

Sementara dampak el-Nino juga membuat panenan padi diperkirakan mundur. Diperkirakan akhir April 2024 nanti baru panen raya.

Tulus meminta pemerintah segera menyiapkan cadangan pangan.

Untuk panen padi di wilayah Solo Raya, kata dia, saat ini masih lumintu atau terus ada. Khususnya di wilayah pertanian irigasi teknis. Sedangkan di sawah tadah hujan, juga belum bisa tanam padi.

Karena kondisi ini, imbuh dia, pelaku penebas padi terus memburu daerah yang sedang panen. Sehingga harga terus naik. Bahkan mereka sudah siap truk pengangkut dan duit untuk membayar padi yang ditebasnya di sawah.

"Jadi pulang harus mendapatkan gabah, sehingga harga berapapun dibeli," katanya.

"Sementara ini petani memang happy. Namun, kan perlu dipikirkan juga konsumen. Petani juga konsumen, kita juga konsumen, masyarakat juga konsumen," sambung dia.

Lebih lanjut disampaikan dia, batas aman untuk petani dan konsumen harga beras idealnya Rp 11.000/kg.




(cln/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads