"Ada persaingan pembelian gabah. Ada pihak berani membeli dengan harga tinggi bisa dikatakan para spekulan," ungkap Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Pemkab Klaten, Widiyanti kepada detikJateng, Sabtu (9/9/2023).
Menurut Widiyanti kondisi itu disebabkan juga persoalan global. Ada negara-negara penghasil beras yang menutup keran ekspor ke negara lain.
"Karena saat ini ada negara-negara penghasil beras tinggi di level dunia yang menutup keran ekspor beras. Di satu sisi menguntungkan bagi petani," terang Widiyanti.
Kenaikan harga, jelas Widiyanti, di satu sisi menguntungkan petani tetapi di sisi lain memicu inflasi. Namun secara umum produksi gabah di Klaten aman.
"Di sisi lain pemicu inflasi, padahal produksi kita khususnya Klaten stabil. Insyaallah di Klaten aman untuk memenuhi kebutuhan pangan pokok untuk masyarakat," jelas Widiyanti.
![]() |
Sementara itu, Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Pemkab Klaten, Lilik Nugraharjo mengatakan kenaikan harga juga membingungkan. Sebab produksi padi ada terus.
"Produksi ada, takutnya permainan pengepul, menimbun. Tapi Klaten stok aman," ungkap Lilik saat dihubungi detikJateng.
Data yang didapat detikJateng dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Pemkab Klaten menyebutkan dari bulan ke bulan produksi gabah terlihat naik. Bulan April sebanyak 39.520 ton, Mei sebanyak 32.118 ton, Juni mencapai 49.790 ton, dan Juli sejumlah 62.836 ton.
Sebelumnya, harga gabah kering panen (GKP) di Kabupaten Klaten meroket. Kondisi itu menyebabkan desa-desa yang memiliki lumbung pangan kerepotan.
Salah satunya di Desa Bolopleret, Kecamatan Juwiring. Lumbung di desa itu kosong karena pengelola tidak berani spekulasi menyetok gabah dalam jumlah besar.
"Stok tidak ada, habis. Untuk membeli gabah tidak berani karena harganya mahal," kata Kades Bolopleret, Catur Joko Nugroho, Kamis (7/9).
Catur menyebut harga gabah saat ini sekitar Rp 7.000 per kilogram, naik dari biasanya sekitar Rp 4.000-Rp 5.000 per kilogram. Menurutnya, lumbung desanya biasanya membeli dalam bentuk GKP untuk digiling menjadi beras.
(rih/rih)