Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyebut okupansi atau tingkat hunian penginapan saat libur Lebaran tahun ini menurun dibanding tahun lalu. PHRI menduga penyebabnya karena ASN takut menginap di hotel karena dikira glamor.
"Ambyar untuk periode H-2 sampai H+3. Kemarin H+2 tingkat huniannya maksimal hanya 50 persen. Sangat turun dibanding tahun lalu," Ketua PHRI DIY Deddy Pranowo Eryono saat dihubungi wartawan, Selasa (25/4/2023).
Deddy menyebut H-2 hingga H+3 Lebaran tahun lalu, okupansi penginapan di DIY mencapai 60-70 persen. Kemudian saat H+3 sampai H+7 Lebaran 2022 okupansi sudah mencapai angka 90%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Baru ada kenaikan tadi malam (24/4), itu baru 10-15 persen, tapi sekali lagi ini sangat jauh dibanding tahun lalu. Tapi kita prediksi malam ini ada peningkatan lagi sampai tanggal 28 April," ujarnya.
Menurutnya, penurunan okupansi tidak hanya terjadi di DIY saja. Mengingat hal serupa juga terjadi di Solo, Jawa Tengah.
"Bukan hanya DIY yang mengalami kemerosotan. Daerah-daerah lain juga, Solo misalnya, meski di Solo turunnya tidak separah di Jogja," katanya.
Deddy menduga penyebab anjloknya okupansi penginapan selama libur Lebaran ini karena adanya larangan buka bersama bagi ASN. Di sisi lain, ASN diduga juga ragu menginap di hotel karena takut disorot.
"Larangan bukber ASN itu berimbas ke okupansi. Padahal daya beli masyarakat yang paling kuat kan ASN. Nah, ASN kalau mau menginap di hotel nanti dikira glamor, kemungkinan seperti itu. Ini baru analisa sementara PHRI, mereka takut jadi sorotan sehingga masih ragu-ragu (menginap di hotel)," ucap Deddy.
Deddy menyebut banyak wisatawan yang mengalihkan reservasi penginapan ke bulan Mei.
"Pada menunda perjalanan, mengalihkan perjalanan di bulan Mei. Tapi di Mei, rombongan instansi dan lain-lain, ya ada keluarga tapi bukan pemudik," katanya.
PHRI Harap ASN Tak Dilarang Halalbihalal
Anjloknya okupansi penginapan saat libur Lebaran, membuat PHRI berharap pemerintah tidak melarang ASN untuk halalbihalal. Hal ini untuk mendongkrak perekonomian yang lesu.
"Ini tanda hilal juga belum mencolok di hotel maupun restoran. Makanya kita berharap tidak ada larangan lagi mengadakan halalbihalal untuk ASN," kata Deddy.
Dari data tahun lalu, reservasi halalbihalal sudah tampak sejak H+2 Lebaran 2022. Namun, tahun ini, kata Deddy, belum ada pergerakan signifikan untuk reservasi hotel dan restoran.
"Reservasi halalbihalal tahun lalu saat H+2 lebaran sudah kelihatan, tapi sekarang belum kelihatan hilalnya," ucapnya.
Selengkapnya di halaman berikut.
"Kita berharap perekonomian di Indonesia khususnya DIY itu bisa berjalan. Karena PHRI itu mempunyai multiplayer efeknya luar biasa, dari UMKM sampai tenaga kerja dan lain-lain," lanjut Deddy.
Deddy juga sudah bertanya ke kolega ASN-nya soal rencana reservasi hotel dan restoran untuk halalbihalal. Namun, mereka masih menunggu petunjuk dari pemerintah.
"Kemarin saya tanya ke teman-teman ASN, mereka masih menunggu petunjuk pemerintah boleh atau tidaknya. Mereka mau halalbihalal, tapi masih nunggu. Takutnya sudah reservasi ternyata nggak boleh. Makanya kami berharap halalbihalal untuk ASN tidak dilarang," ujarnya.
Sebelumnya, Menko Polhukam Mahfud Md, yang juga Menteri PAN-RB ad interim, menyampaikan ASN, TNI, Polri, serta pegawai BUMN untuk tidak menggelar acara halalbihalal hingga sepekan ke depan. Dia mengatakan kegiatan halalbihalal diminta ditunda.
"Selaku Menteri PAN-RB ad interim, secara resmi saya mengumumkan. Semua kantor pemerintah, yakni kantor kementerian/lembaga non-kementerian/BUMN/TNI/POLRI, jika merencanakan halal bihalal dan semacamnya supaya ditunda sampai awal pekan kedua setelah hari raya Idul Fitri 1444 H," kata Mahfud melalui Instagramnya dilihat, Senin (24/4).