Harga telur ayam mengalami kenaikan cukup tajam dalam beberapa bulan terakhir, setelah sebelumnya harganya anjlok. Pasang surut harga telur ayam ternyata sudah sering terjadi dan merupakan siklus.
Salah seorang peternak di Boyolali, Tukinu, mengatakan kenaikan harga telur saat ini salah satunya dikarenakan karena barangnya yang berkurang. Hal ini akibat jumlah populasi ayam petelur yang berkurang jauh, karena banyak peternak yang gulung tikar dampak harga telur yang anjlok dibawa break even point (BEP).
"Harga tinggi karena permintaan tinggi barang nggak ada. Karena apa barangnya berkurang, karena peristiwa kemarin (harga anjlok). Hal seperti ini tidak satu, dua kali. Sudah tak inget sudah lebih dari lima kali," kata Tukinu, warga Desa Karangnongko, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali, Rabu (31/8/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setiap harga habis hancur, peternak hancur pasti beberapa bulan kemudian mengalami kenaikan. Sama siklusnya sama," sambung dia.
![]() |
Setelah harga telur bagus seperti saat ini, lanjut dia, biasanya peternak kecil-kecil mulai membuka kandangnya untuk beternak lagi. Sehingga produksi telur melimpah lagi.
"Akhirnya barangnya (telur) banyak, permintaan turun, harganya kembali turun. Lah setelah harga turun, peternak kecil-kecil kolaps, tutup. Berkurangnya populasi, harganya naik lagi," jelas dia.
Menurut Tukinu yang juga tim advokat Paguyuban Peternak Ayam Telur di Winong, Boyolali, dampak anjloknya harga telur hingga hanya sekitar Rp 14 ribu - Rp 15 ribu/kg beberapa bulan lalu, berdampak sejumlah peternak tutup. Kemudian peternak besar-besar juga banyak yang mengurangi populasi ternaknya.
"Yang menutup (peternakan) itu mungkin 5 sampai 10. Tapi yang banyak itu yang berkurang populasinya. Biasanya 60 ribu, mungkin tinggal 30 ribu ekor. Justru peternak besar itu yang berkurangnya bisa 30-an ribu ekor," imbuhnya.
Sebelumnya, harga telur di Kabupateng Semarang, Jawa Tengah, mengalami penurunan sebesar Rp 1.000 per kilogram. Salah seorang pedagang telur di pasar Jimbaran, Kabupaten Semarang, Lukman (40) mengatakan harga telur belum mengalami penurunan yang berarti. Menurutnya jika ada kenaikan harga, biasanya akan turun dan menuju normal pada akhir bulan.
"Iya, turun sih tapi cuma Rp 1.000, masih mahal. Udah dua minggu lebih ini naiknya, dari pertengahan bulan. Biasanya akhir bulan udah turun lagi, tapi ini masih belum bisa nurunin harga. Dari sananya (peternak) masih mahal, kita jualnya per hari ini Rp 30 ribu," ujar Lukman kepada detikJateng di Pasar Jimbaran, Bandungan, kabupaten Semarang, Rabu (31/8).
(rih/sip)