Sempat Mati Suri gegara Pandemi, Perajin Tas Kulon Progo Kembali Banjir Order

Sempat Mati Suri gegara Pandemi, Perajin Tas Kulon Progo Kembali Banjir Order

Jalu Rahman Dewantara - detikJateng
Selasa, 05 Jul 2022 11:32 WIB
Aktivitas pekerja di tempat produksi tas lokal di Nanggulan, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Selasa (5/7/2022).
Produksi tas lokal di Nanggulan, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Selasa (5/7/2022). Foto: Jalu Rahman Dewantara/detikJateng
Kulon Progo -

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mulai bangkit seiring dengan meredanya pandemi COVID-19. Salah satunya dirasakan oleh perajin tas lokal yang kini kembali kebanjiran pesanan.

"Untuk saat ini belum bisa diprediksi karena masih belum stabil. Cuma untuk rata-rata ya 1.000 pcs bisa, itu per bulannya," ungkap salah satu perajin tas di Kapanewon Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo, Sareh, saat ditemui, Selasa (5/7/2022).

Sareh sendiri membuat aneka macam tas, mulai dari ransel, tas suvenir, tas sepeda, bahkan tas gendongan burung. Harganya berkisar Rp 5.000 untuk tas suvenir, hingga Rp 200.000 untuk jenis ransel.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sareh bercerita pandemi COVID-19 membuat usaha yang sudah digelutinya selama dua dekade itu terpuruk. Dia bahkan sempat menghentikan produksi, lantaran tidak ada pesanan.

Agar dapur tetap ngebul Sareh pun mencoba peruntungan dengan membuat masker kain hingga face shield.

ADVERTISEMENT

"Sempat off, tapi kita cuma beralih aja misalnya waktu itu kan musim masker, kita bikin masker. Terus face shield meledak, kita bikin face shield," ujarnya.

Seretnya pesanan tas yang dirasakan Sareh itu berlangsung lebih dari setahun. Berjalannya waktu, pulung mulai menghampirinya. Bersamaan dengan meredanya pandemi dan kembali dibukanya kegiatan masyarakat serta pemerintahan, Sareh pun mulai menerima pesanan tas lagi.

"Iya (pesanan kembali meningkat). Kalau untuk tas sekolah itu biasa sih stabil, enggak ada peningkatan. Cuman kalau pesanan event-event atau instansi itu mulai ada peningkatan, setelah pandemi ini mulai dibuka dan mulai banyak kegiatan seperti seminar-seminar, dan untuk kegiatan instansi mulai banyak pesanan," bebernya.

"Ini baru mulai jalan lagi sih, ya sekitar 10-20 persen peningkatannya dari pandemi," imbuh dia.

Aktivitas pekerja di tempat produksi tas lokal di Nanggulan, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Selasa (5/7/2022).Aktivitas pekerja di tempat produksi tas lokal di Nanggulan, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Selasa (5/7/2022). Foto: Jalu Rahman Dewantara/detikJateng

Tingginya pesanan pascapandemi ini membuat Sareh cukup kewalahan. Terutama pada proses pemotongan bahan yang disebutnya sering telat.

"Kita kewalahan di potongan. Potongan kita suka telat-telat gitu. Kalau untuk jahitan kita banyak partner jahit di luar sana jadi kita enggak kebingungan untuk melempar jahitan," jelasnya.

Berkah bagi penjahit, simak di halaman selanjutnya...

Pesanan tas yang melejit pascapandemi juga menjadi berkah bagi para penjahit. Hal itu dirasakan Sudalwan, penjahit tas yang sudah lama menjadi partner usaha produksi tas milik Sareh.

"Untuk awal pandemi itu sepi sekali, hampir enggak ada order, karena sekolah enggak ada, seminar enggak ada jadi order enggak ada. Pekerjaan sepi sekali. Untuk saat ini sudah lumayan lah, mulai lancar," ucap pria yang sudah 10 tahun menjadi penjahit tas tersebut.

Sudalwan menuturkan pesanan tas saat ini kebanyakan untuk keperluan seminar. Beberapa lagi adalah pesanan sekolah dalam rangka menyambut tahun ajaran baru mendatang.

"Kebanyakan tas untuk seminar. Ada juga untuk sekolah-sekolah. Tapi kebanyakan seminar," jelasnya.

Sudalwan mengaku saat ini bisa memproduksi hingga 8 tas sehari. Dengan catatan itu adalah tas dengan model yang simpel. Sedangkan tas model rumit setidaknya hanya bisa diproduksi sebanyak 5 buah sehari.

"Tergantung model, kalau sulit atau susah itu ya dapat 5, tapi kalau simpel ya bisa 7-8," ujarnya.

Sudalwan berharap kondisi baik ini bisa terus bertahan lama. Ia tidak ingin pandemi terulang kembali, hingga membuat usahanya nyaris kukut. "Jangan sampai lah mas kaya kemarin itu, mau bangkrut rasanya," ucapnya.

Halaman 2 dari 2
(rih/sip)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads