Para petani cabai di Klaten dipusingkan dengan merebaknya hama patek (antraknosa) beberapa waktu terakhir. Serangan hama itu terjadi saat harga cabai sedang tinggi.
"Harga tinggi tapi kita ya risiko mati. Disemprot obat juga seperti tidak pengaruh," ungkap petani cabai di Desa Gatak Tuan, Kecamatan Kalikotes, Solikin (53) kepada detikJateng di sawahnya, Jumat (24/6/2022) siang.
Menurut Solikin, serangan hama patek sudah terjadi sebulan terakhir dan semakin ganas karena curah hujan yang masih cukup tinggi. Dari satu patok lahannya yang ditanami cabai, 50 persen tanamannya sudah mati.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang mati pohon sudah 50 persen ada. Padahal ini baru tanam sekitar bulan Maret tahun lalu," jelas Solikin.
Meski demikian, dia mengaku tidak terlalu merugi dengan serangan hama itu. Sebab, tanamannya sudah cukup menghasilkan dan telah dipanen hingga 10 kali.
"Meskipun modal uang sudah kembali, modal tenaga kita kan tidak hitung. Kalau tenaga dihitung dengan hasil musim patek saat ini ya memang bisa rugi," papar Solikin.
Koordinator Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Pemkab Klaten, Mujiono, menyatakan serangan antraknosa merata di Klaten. Spora jamur itu menyebar malam hari.
"Menyebar malam hari dan disebar angin. Kondisi cuaca hujan saat ini sangat cepat penyebarannya," ucap Mujiono kepada detikJateng di kantornya.
Saat ini sudah banyak tanaman cabai yang mati akibat hama tersebut. Petani juga belum berani menanam tanaman baru, menunggu serangan hama itu mereda.
(ahr/dil)