Skateboard Bekas Seharga Rp 5.000 di Balik Sukses Basral Raih Emas di Sea Games

Terpopuler Sepekan

Skateboard Bekas Seharga Rp 5.000 di Balik Sukses Basral Raih Emas di Sea Games

Tim detikJateng - detikJateng
Sabtu, 20 Des 2025 15:55 WIB
Skateboard Bekas Seharga Rp 5.000 di Balik Sukses Basral Raih Emas di Sea Games
Atlet Skateboard Indonesia, Basral Graito, saat ditemui di rumahnya di Desa Tohudan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar, Kamis (18/12/2025). Foto: Agil Trisetiawan Putra/detikJateng
Solo -

Di balik kesuksesannya meraih medali emas di Sea Games Thailand 2025, Basral Graito masih menyimpan kenangan tentang skateboard bekas seharga Rp 5 ribu miliknya dulu. Berawal dari papan bekas yang jauh dari kata standar itu dia mulai menjalani hidup sebagai skater.

Kisah tentang skateboard bekas itu diceritakan oleh ayahnya, Sunarto (55), saat ditemui awak media di rumahnya di Desa Tohudan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar, Kamis (18/12) lalu.

Sunarto menceritakan, Basral lahir di Tangerang pada awal 2007. Keluarganya pindah ke Karanganyar saat Basral masih SD. Sebelum bermain skateboard, putra ketiga itu hobi sepakbola dan BMX. Basral mulai jatuh cinta pada skateboard saat kelas 3 SD.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tiga bulan kemudian, dia bilang mau main skateboard, padahal itu sepeda baru saya belikan. Awalnya nggak saya belikan (skateboard)," kata Sunarto, Kamis (18/12/2025).

Atlet Skateboard Indonesia, Basral Graito, saat ditemui di rumahnya di Desa Tohudan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar, Kamis (18/12/2025).Atlet Skateboard Indonesia, Basral Graito, saat ditemui di rumahnya di Desa Tohudan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar, Kamis (18/12/2025). Foto: Agil Trisetiawan Putra/detikJateng

Menurutnya, Basral pengin skateboard saat melihat kompetisi di Stadion Manahan Solo. Saat itu ada lomba skateboard dan BMX. Karena tidak memiliki papan skateboard sendiri, Basral mulai mencoba dengan meminjam skateboard temannya.

ADVERTISEMENT

Hampir setiap hari Basral bersama kakaknya yang paling tua berkumpul bersama dengan komunitas skateboard di Solo. Sejak itu dia terus mendesak sang ayah agar dibelikan skateboard.

"Sampai akhirnya dia main ke temannya, punya papan skateboard harga Rp 100 ribu. Awalnya kalau mau pakai tinggal pakai saja, tapi nggak enak. Akhirnya mau dibeli, harganya cuma Rp 5 ribu," kenang Sunarto.

Skateboard bekas itu sebenarnya sudah tidak layak pakai dan tidak standar. Namun dari skateboard itulah Basral mulai mengasah kemampuannya. Selang beberapa waktu kemudian, Sunarto membelikan skateboard bekas yang lebih baik. Satu skateboard itu dipakai berdua oleh Basral dan kakaknya.

"Waktu itu ada kompetisi di Mangkunegaran. Sebenarnya dia nggak menang, tapi dapat semacam doorprize papan skateboard baru," ucapnya.

Basral pun kian rajin berlatih, baik dengan komunitas maupun latihan sendiri di rumah. Bahkan, Basral dan kakaknya membuat sarana latihan sendiri di depan rumah, karena saat itu belum ada skatepark.

Berbagai lomba di dalam maupun luar kota juga terus diikuti. Sunarto mendukung penuh, dia terus mengantarkan putranya. Hingga akhirnya Basral ikut seleksi Pelatihan Nasional (Pelatnas), dan lolos pada tahun 2019.

Pada 2019, Basral dipanggil untuk mengikuti SEA Games di Filipina. Di sana, Basral meraih medali perunggu. Prestasinya itu membuat Basral dipanggil lagi untuk memperkuat Indonesia di SEA Games Thailand 2025 yang berujung dengan raihan medali emas.

Cerita Basral Latihan dari YouTube

Sementara itu Basral mengaku lebih banyak belajar sendiri dengan melihat tutorial trik skateboard di YouTube. Tapi dia juga sering bertanya ke teman komunitasnya.

"Latihan sendiri autodidak, dan belajar dari YouTube. (Awal tertarik skateboard) Kepo juga papan bisa meluncur, lompat. Dulu sempat latihan di Manahan, UMS, lapangan tenis sama komunitas. Di sana juga tanya-tanya triknya gimana," kata Basral.

Namun perjalanan Basral tidak berjalan mulus. Dia sempat merasa down saat merasa kalah bersaing di kompetisi internasional.

"Dulu ada kompetisi world skateboard, itu aku kena mental banget. Aku pikir di sana bisa ngasih yang terbaik, ternyata di sana ada banyak banget yang jago. Dari mana nggak tahu, banyak yang nggak aku kenal ternyata banyak yang jago. Aku pikir, bisa nggak aku sampai sana, skill-ku bisa nggak. Aku sempat ragu, karena jauh banget perbandingan aku sama mereka, jadi sempat nggak pede. Bapak menyemangati, umurku masih 16 tahun, umurku masih segini masih panjang, masih bisa ngulik meningkatkan skill lagi," ucapnya.

Waktu SD, Basral Graito ternyata juga pernah dirundung temannya karena sepatunya bolong keseringan dipakai untuk bermain skateboard. Diakuinya, waktu itu memang kurang layak untuk bermain skateboard sehingga mudah rusak.

"Waktu upacara aku dicengin sama anak-anak, kayak sepatu bolong, aku slow aja. Sekarang alhamdulillah (sepatu banyak)," ucapnya.

Karena terlalu fokus pada dunia skateboard, pendidikan Basral juga kurang mulus. Sejak pindah di Karanganyar, Basral menempuh pendidikan di SDN 1 Gawanan. Dia sempat masuk SMPN 1 Colomadu, namun hanya sampai kelas 2 saja.

"Tapi (waktu SMP) banyak problem lah. Kalau SMA aku mulai ambil paket C karena udah mulai sibuk banget, jarang di Solo aku, fokus di skateboard," jelasnya.

Perjalanan Basral penuh dengan dinamika. Saat dipanggil ke Pelatnas, pihak sekolah tidak memberikan izin sehingga sempat ada perselisihan. Sebab, dia harus mengikuti Pelatnas selama 9 bulan di Bandung untuk persiapan SEA Games 2019.

"Soal sekolah, semua bapak yang ngurus. Dari problem sekolah, hingga berantem dengan kepala sekolah, bapak yang ngurus. Waktu itu kepala sekolah nggak support aku main skateboard. Waktu itu mau Pelatnas persiapan SEA Games 2019," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(dil/apu)


Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads