ESDM Jateng soal Titik Gundul di Gunung Slamet: Itu 2018, Kini Hijau Lagi

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Rabu, 10 Des 2025 12:44 WIB
Foto viral yang memperlihatkan 'titik gundul' di lereng Gunung Slamet. (Foto: dok. Instagram @purwokertoonline)
Semarang -

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jawa Tengah (Jateng) buka suara soal unggahan foto titik gundul di lereng Gunung Slamet yang disebut-sebut sebagai aktivitas tambang ilegal. Foto itu disebut sebagai foto lama dan kini kondisinya sudah kembali hijau.

Foto viral yang memperlihatkan titik gundul di lereng Gunung Slamet itu viral usai diunggah salah satu akun Instagram @purwokertoonline. Tampak dari video Google Earth, terdapat gurat cokelat menyerupai jalan di tengah hamparan hijau pegunungan.

"Gunung Slamet sedang jadi sorotan. Di tengah bencana di Sumatera, dugaan tambang di kawasan hutannya memunculkan tanda bahaya yang tak boleh diabaikan," tulis akun @purwokertoonline, Rabu (10/12/2025).

"Di tengah banjir dan longsor besar yang terjadi di Sumatera-yang bahkan membawa gelondongan kayu-muncul kabar dugaan aktivitas tambang di kawasan hutan Gunung Slamet. Beberapa akun, menunjukkan titik kerusakan di wilayah sekitar Gunung Slamet, Kekhawatirannya sama: kerusakan hutan bisa memicu bencana serupa di kemudian hari," lanjutnya.

Kepala Cabang Dinas ESDM Wilayah Slamet Selatan, Mahendra Dwi Atmoko, pun buka suara. Ia menegaskan apa yang terlihat di media sosial sebagian besar adalah foto lama yang diambil dari Google Earth pada 2018 dan bukan aktivitas tambang, melainkan bekas pembukaan akses jalan proyek panas bumi pada 2018.

"Itu sebenarnya gambar tahun 2018. Waktu itu pembukaan akses jalan proyek panas bumi. Sekarang sudah hijau lagi, sudah jadi rumput lah bahasanya," kata Mahendra saat dihubungi detikJateng.

Ia mengatakan masyarakat keliru ketika menyimpulkan pembukaan proyek jalan itu sebagai tambang di Gunung Slamet.

"Kalau dibilang tambang itu salah besar. Itu bukan tambang, tapi bukaan jalan proyek panas bumi. Kondisi existing sekarang sudah hijau lagi," tegasnya.

Mahendra menduga kebingungan publik muncul karena foto lama proyek panas bumi itu disandingkan dengan foto tambang di Desa Gandatapa, Kecamatan Sumbang, yang memang masih beroperasi dan berizin.

"Yang viral itu yang Gandatapa. Kadang-kadang gambar panas bumi yang cokelat-cokelat itu disandingkan dengan tambang di Desa Gandatapa. Padahal itu dua hal berbeda," jelasnya.

Pihaknya juga telah melakukan pengecekan lapangan ke tambang di Desa Gandatapa. Ia menyebut aktivitas pertambangan di sana legal. Namun, memang ditemukan teknik penambangan yang dinilai tidak aman bagi pekerja.

"Kita temukan teknik penambangannya tidak baik. Bukan mengancam masyarakat, tapi pekerjanya. Nanti akan kita beri teguran agar ditata lagi," kata Mahendra.

"Mengancam keselamatan pekerja karena lerengnya terlalu tinggi dan terjal. Jadi nanti kalau lereng di atasnya runtuh, pekerja di bawahnya bisa terkena dampaknya," lanjutnya.

Kondisi lereng gunung Slamet yang semula gundul kini sudah hijau. Foto diunggah Rabu (10/12/2025). Foto: dok. Dinas ESDM Jateng

Menanggapi kekhawatiran soal titik gundul di lereng Gunung Slamet bisa memicu banjir bandang dan longsor, Mahendra menyebut risikonya jauh berbeda. Tambang di Banyumas disebut merupakan tambang rakyat berskala kecil.

"Luas izin tambang paling 5 hektare, bukaan aktif baru sekitar 2 hektare. Untuk sampai menyebabkan longsor seperti di Sumatera itu masih jauh," ujarnya.

Berdasarkan data ESDM, terdapat lima tambang berizin di area lereng Gunung Slamet bagian atas. Namun, hanya tiga yang saat ini beroperasi, salah satunya Gandatapa dan dua lainnya di wilayah Pekuncen.




(ams/alg)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork