15 Burung yang Tidak Bisa Terbang Meski Punya Sayap, Kalkun Termasuk?

15 Burung yang Tidak Bisa Terbang Meski Punya Sayap, Kalkun Termasuk?

Angely Rahma - detikJateng
Selasa, 09 Des 2025 18:18 WIB
15 Burung yang Tidak Bisa Terbang Meski Punya Sayap, Kalkun Termasuk?
Ilustrasi kalkun. (Foto: Freepik)
Solo -

Selama ini kita sering beranggapan bahwa semua burung dapat terbang hanya karena memiliki sayap. Namun, benarkah demikian?

Sayap memang menjadi alat utama yang membantu burung terbang, kemampuan ini bertujuan untuk mencari makan ataupun menghindari predator.

Tetapi tidak semua burung bersayap mampu melayang bebas di udara. Ayam dan angsa, misalnya, meski memiliki sayap, tetap tidak bisa terbang jauh seperti burung pada umumnya. Mereka biasanya bergerak dengan berjalan, berlari, atau melompat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Artikel ini akan mengulas tentang jenis burung yang tidak bisa terbang serta alasan dibaliknya.

Kenapa Burung Tidak Bisa Terbang?

Kemampuan terbang merupakan salah satu karakteristik khas burung dibandingkan hewan lain. Namun faktanya, ada beberapa burung yang hidupnya di darat dan tidak dianugerahi kemampuan untuk terbang. Lalu, apa yang sebenarnya membuat sebagian burung tidak bisa terbang?

ADVERTISEMENT

Dilansir buku berjudul When What Why Who Where and How Makhluk Hidup Menjawab Semua Pertanyaan Anak karya Yusup Somadinata, beberapa alasan burung tidak bisa terbang di antaranya.

1. Tubuh yang Terlalu Besar atau Gemuk

Banyak burung tak bisa terbang karena ukuran tubuhnya jauh lebih besar dan berat dibandingkan kekuatan sayapnya. Sayap yang relatif kecil tidak mampu mengangkat berat badan mereka. Bahkan pada beberapa spesies, bobot bulunya lebih berat dari tulangnya yang sangat ringan.

2. Termasuk Kelompok Ratite

Burung-burung besar yang tidak memiliki kemampuan terbang disebut ratite. Kelompok ini tidak bisa terbang, tetapi memiliki kelebihan lain, misalnya kemampuan berlari atau memanjat dengan sangat baik.

3. Jumlah Tulang Sayap Lebih Sedikit

Pada burung yang tidak bisa terbang, jumlah tulang pada sayap biasanya lebih sedikit dan beberapa di antaranya menyatu. Kondisi ini membuat pergerakan sayap menjadi terbatas, sehingga tidak cukup kuat untuk mengangkat tubuh saat terbang. Rangka tulang dada yang terhubung ke otot terbang pun tidak berkembang seoptimal burung terbang.

4. Sayap Berfungsi sebagai Alat Keseimbangan

Karena tidak digunakan untuk terbang, sayap pada burung darat lebih sering berperan sebagai alat pengatur keseimbangan. Sayap membantu mereka menjaga stabilitas tubuh saat berlari kencang atau sebagai rem ketika berhenti mendadak.

5. Bulu Sayap yang Tebal dan Rapat

Burung yang tidak terbang biasanya memiliki bulu sayap yang lebih tebal, pendek, dan rapat. Jenis bulu ini lebih cocok untuk aktivitas lain, seperti berenang. Contoh paling terkenal adalah penguin, yang menggunakan sayapnya layaknya sirip.

Jenis-jenis Burung yang Tidak Bisa Terbang

Sejumlah burung berevolusi dengan karakteristik fisik dan perilaku yang membuat mereka sepenuhnya hidup di darat, bahkan tidak memiliki kemampuan untuk mengangkat tubuhnya dari permukaan tanah.

Kelompok burung ini memiliki adaptasi khusus, mulai dari struktur tulang, bentuk sayap, hingga pola hidup yang membedakan mereka dari burung pada umumnya. Berikut adalah jenis-jenis burung yang tidak bisa terbang dikutip dari laman Britannica.

1. Penguin

Penguin kaisar (Aptenodytes forsteri) hidup berkoloni di sepanjang pesisir Antartika dan dikenal sebagai burung penyelam terdalam di Bumi. Mereka dapat mencapai kedalaman hingga 550 meter untuk mencari makanan.

Seluruh 18 spesies penguin memang tidak bisa terbang, tetapi tubuh mereka justru sangat cocok untuk berenang dan menyelam. Kaki yang pendek dan tubuh bulat memberi mereka gaya berjalan unik.

Meski sering diidentikkan dengan Antartika, banyak spesies penguin hidup di wilayah yang lebih hangat, bahkan penguin Galapagos tinggal tepat di garis Khatulistiwa.

Penguin juga terkenal setia. Kebanyakan bersifat monogami dan akan mencari pasangan yang sama setiap musim, meski tinggal di tengah koloni besar berisi ratusan hingga ribuan individu.

2. Bebek Kukus (Steamer Duck)

Tiga dari empat spesies bebek kukus tidak bisa terbang dan bahkan yang bisa terbang pun sering kali terlalu berat untuk benar-benar lepas landas. Burung asli Amerika Selatan ini mendapat nama 'bebek kukus' karena kebiasaan mereka berlari di atas air sambil mengepakkan sayap mirip roda kapal uap.

Bebek kukus terkenal agresif. Mereka sering berkelahi memperebutkan wilayah, dan pertarungannya bisa sangat sengit. Bahkan, burung ini dapat membunuh burung air lain yang ukurannya lebih besar dari tubuh mereka.

3. Weka

Weka adalah burung cokelat seukuran ayam dari Selandia Baru. Dahulu burung ini menjadi sumber makanan penting bagi penduduk asli dan para pemukim Eropa, tapi kini populasinya menurun.

Meski penampilannya sederhana, weka memiliki suara panggilan nyaring yang biasanya dinyanyikan berpasangan oleh jantan dan betinanya. Mereka juga terkenal sebagai pencuri ulung yang mengambil makanan dan benda kecil apa pun untuk menarik perhatian. Lalu mereka akan membawanya kabur. Weka juga merupakan perenang yang cukup terampil.

4. Burung Unta

Burung unta adalah burung terbesar yang masih hidup. Tingginya bisa mencapai 2,8 meter dengan berat lebih dari 136 kilogram. Telurnya pun menjadi telur terbesar di dunia dengan diameter sekitar 13 cm dan berbobot 1,4 kg.

Kaki burung unta sangat kuat dan dapat digunakan untuk menendang sebagai bentuk pertahanan diri. Mereka juga pelari cepat, mampu mencapai kecepatan hingga 72 km/jam di padang terbuka Afrika. Sebagai tambahan, burung raksasa ini memiliki bulu mata panjang yang terkenal indah.

5. Kiwi

Ada lima spesies kiwi, burung kecil berwarna coklat yang juga berasal dari Selandia Baru. Mereka memiliki sayap sangat kecil yang tersembunyi di balik bulu lembut seperti rambut.

Salah satu ciri unik kiwi adalah lubang hidung yang berada di ujung paruh, bukan di pangkal seperti burung lainnya. Betina kiwi juga menghasilkan telur luar biasa besar, bisa mencapai 450 gram sehingga menjadi telur terbesar dibanding ukuran tubuh burung mana pun yang masih hidup.

6. Kakapo

Kakapo, atau 'burung beo burung hantu', adalah burung beo nokturnal khas Selandia Baru. Wajahnya mengingatkan pada burung hantu, tubuhnya tegap seperti penguin, dan cara berjalannya menyerupai bebek.

Burung aneh namun memikat ini memiliki bulu hijau kekuningan yang cerah dan dapat tumbuh hingga 60 cm, menjadikannya burung beo terberat di dunia. Burung jantan terkenal dengan suara 'boom' yang dalam dan bergema, dapat terdengar hingga radius hampir satu kilometer.

7. Takahe

Takahe (Notornis mantelli) adalah burung berukuran sedang dari Selandia Baru yang sempat dianggap punah sejak akhir 1800-an. Namun secara mengejutkan, spesies ini ditemukan kembali pada tahun 1948.

Takahe memiliki bulu berwarna cerah kombinasi biru, hijau, dan paruh merah mencolok. Mereka juga berumur panjang untuk ukuran burung, bisa hidup hingga 20 tahun.

8. Kasuari

Kasuari adalah burung besar dari Australia dan pulau-pulau sekitarnya. Mereka merupakan salah satu burung terberat di dunia, hanya saja masih kalah dari burung unta.

Kasuari memiliki cakar tajam seperti belati di jari tengah kakinya, yang dapat tumbuh hingga 10 cm. Mereka dikenal berbahaya dan mampu membunuh manusia. Namun, selain sisi mengerikannya, kasuari juga memiliki tampilan yang elegan. Sebut saja helm berwarna-warni di kepala (casque) dan bulu punggung panjang yang tampak seperti jubah mewah.

9. Rhea Darwin (Rhea pennata)

Dari laman yang berbeda, yakni Science News, terdapat jenis burung lain yang tidak bisa terbang yaitu rhea darwin.

Burung ini berasal dari Argentina dan memiliki tinggi sekitar satu meter dengan berat 15 hingga 29 kilogram. Mereka memakan buah saltbush dan kaktus, rumput, serta hewan kecil.

Populasi rhea ini terus menurun akibat perburuan dan pengumpulan telur, terutama pada dua subspesies utara yang jumlahnya diperkirakan hanya ratusan. Secara teknis dagingnya bisa dimakan, tetapi hal tersebut tidak dianjurkan karena status konservasinya.

Burung ini dinamai Charles Darwin, yang dahulu kesulitan menemukan spesies ini hingga akhirnya menemukannya setelah rekannya menembak salah satu burung untuk dimakan, baru kemudian Darwin menyadari bahwa itulah spesies yang ia cari.

10. Burung Besar atau Big Bird (Bigus canarius)

Selain rhea, juga ada juga burung big bird dalam laman tersebut. Big bird adalah karakter fiksi dari Sesame Street yang digambarkan berasal dari sarang besar di belakang 123 Sesame Street.

Tingginya sekitar 2,5 meter dengan berat yang ia sebut 'seringan bulu'. Burung ini dikenal menyukai biji-bijian dan sangat bersahabat. Tidak seperti burung lain dalam daftar ini, big bird jelas tidak boleh dimakan. Apabila bertemu dengannya, instruksinya sederhana, yaitu peluk saja.

11. Burung Kormoran Tak Bisa Terbang

Tidak hanya itu, dilansir laman AZ Animals terdapat jenis burung lain yang tidak bisa terbang, yaitu burung kormoran. Burung ini hanya ada di Kepulauan Galapagos dan merupakan satu-satunya kormoran yang tidak bisa terbang.

Tubuhnya besar, panjang 35-39 inci, berat 2,5-5 kg, dengan bulu hitam kecokelatan dan paruh berkait. Sayapnya terlalu kecil untuk terbang, sehingga mengandalkan kaki berselaput untuk berenang. Makanannya berupa ikan dan gurita. Karena bulunya tidak tahan air, mereka harus sering mengeringkan tubuh setelah menyelam.

12. Emu

Burung lain yang tidak dapat terbang adalah emu. Masih dari laman yang sama, emu adalah burung terbesar kedua di dunia dan juga tidak bisa terbang. Tingginya bisa mencapai 1,9 meter dengan berat hingga 60 kg.

Dengan habitat asli Australia, mereka hidup di sabana dan hutan. Emu dapat berlari hingga 48 km/jam berkat kaki panjang dan kuat. Bulu mereka cokelat krem dengan aksen hitam.

Uniknya spesies burung ini adalah jantan yang membangun sarang dan mengerami telur, sementara betina yang lebih agresif saling berebut pasangan.

13. Merak (Pavo muticus)

Burung lain yang tidak bisa terbang adalah merak. Dilansir laman Universitas Negeri Surabaya, merak dikenal sebagai salah satu unggas tercantik di dunia berkat bulunya yang berwarna-warni dan dapat mengembang lebar seperti kipas.

Burung ini termasuk dalam genus Pavo dan Afropavo, serta masih satu keluarga dengan ayam hutan (Phasianidae). Merak hidup di darat dan bersifat poligami, namun tetap mampu terbang dalam kondisi tertentu. Selain menjadi simbol keindahan, bulu kipasnya juga berfungsi sebagai perlindungan diri dari ancaman.

Merak berasal dari kawasan Asia termasuk Indonesia, India, Myanmar, Nepal, hingga Pakistan serta beberapa wilayah Afrika Tengah. Mereka umumnya mendiami hutan tropis dataran rendah yang dekat dengan sumber air.

Di Indonesia, merak banyak ditemukan di Jawa bagian timur. Burung ini aktif di daratan pada siang hari dan tidur di pepohonan pada malam hari. Pola hidupnya berpindah-pindah, namun populasinya kini menurun akibat perburuan dan kebakaran hutan.

14. Kalkun

Dilansir laman IPM Universitas California, kalkun merupakan burung besar dari ordo Galliformes yang mencakup ayam, puyuh, merak, dan burung pegar. Spesies ini telah lama dimanfaatkan manusia sebagai sumber daging dan telur serta untuk keperluan perburuan.

Secara fisik, kalkun mudah dikenali dari tubuhnya yang besar, kaki panjang, dan kepala tanpa bulu pada jantan. Warna bulunya gelap berkilau pada jantan, sementara betina memiliki warna lebih kusam.

Kalkun hidup berkelompok, berkembang biak pada musim semi, dan anak-anaknya tumbuh cepat hingga mampu terbang ke pohon dalam waktu sekitar 10 hari. Burung ini bersifat omnivora, memakan biji-bijian, buah, serangga, hingga hewan kecil.

Meskipun dapat melakukan lompatan terbang pendek, kalkun tidak mampu terbang jauh atau tinggi seperti burung lain, sehingga termasuk dalam kategori burung yang tidak dapat terbang secara penuh.

15. Burung Puyuh

Mengutip laman resmi Portal Informasi Indonesia, burung puyuh adalah unggas kecil bertubuh bulat dengan kaki pendek dan kemampuan terbang yang sangat terbatas. Warnanya umumnya coklat dengan corak khas.

Terdapat beberapa jenis puyuh, namun di Indonesia paling banyak ditemui puyuh gonggong Jawa dan puyuh Jepang, jenis yang dikenal produktif karena mampu menghasilkan ratusan telur per tahun.

Puyuh hidup di permukaan tanah, memakan biji-bijian dan serangga kecil. Perbedaan jantan dan betina terlihat dari pola bulu dan ukuran tubuhnya. Umumnya jantan lebih kecil dengan dada polos, sedangkan betina bercorak totol.

Burung ini dikenal bersih, tahan penyakit, dan dapat hidup 3-5 tahun. Puyuh juga banyak dibudidayakan karena produksi telur dan dagingnya yang tinggi nilai gizi.

16. Ayam Hutan (Gallus domesticus)

Jenis burung yang tidak dapat terbang terakhir adalah ayam. Mengulas informasi dari laman Animal Legal and Historical Center, ayam merupakan hasil domestikasi dari ayam hutan merah (Gallus gallus) yang berasal dari India dan Asia Tenggara.

Proses penjinakannya diperkirakan sudah berlangsung sejak ribuan tahun lalu, bahkan sejak 6000 SM. Awalnya ayam diduga dipelihara untuk sabung ayam, kemudian berkembang menjadi sumber pangan.

Ayam jantan disebut pejantan, ayam betina disebut induk, dan anaknya disebut anak ayam. Mereka memiliki tubuh ringan dengan tulang berongga, paruh tanpa gigi, serta sistem pencernaan khas unggas yang terdiri dari tembolok, lambung, dan ampela. Ayam betina umumnya hanya menggunakan satu ovarium yang berfungsi menghasilkan telur.

Artikel ini ditulis oleh Angely Rahma, peserta Program MagangHub Bersertifikat dari Kemnaker di detikcom.




(anm/afn)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads