Wanita asal Wonogiri, Delia, membagikan kisahnya mengalami stroke di usia 20 tahun. Peristiwa itu terjadi pada 29 Agustus 2025. Saat itu dia sedang beraktivitas seperti biasa. Berikut penjelasan Direktur Medik dan Keperawatan RS PON mengenai hal itu.
Dilansir detikHealth, Senin (24/11), Delia saat itu merasakan pusing hebat disertai kesulitan berbicara. Tubuhnya masih bisa digerakkan, tetapi terasa begitu lemas. Ia sempat menunggu karena mengira gejalanya akan membaik dengan sendirinya.
Sampai dua jam berlalu, kemampuan bicaranya tak juga pulih. Delia kemudian dibawa keluarganya ke dokter saraf terdekat di Wonogiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pas di rumah sakit di Wonogiri deket rumah, itu cuma pembengkakan otak itu sudah di CT scan. Tapi dokter spesialisnya bilang kalau cuma pembengkakan otak kok nggak bisa ngomong, ini harus di MRI gitu kan mangkanya dirujuk ke rumah sakit yang ada di Solo," kata Delia melalui akun TikTok-nya atas izin yang bersangkutan, Sabtu (22/11/2025).
Selanjutnya, Delia dirujuk ke rumah sakit di Solo untuk menjalani MRI (Magnetic Resonance Imaging), CT scan (Computed Tomography), dan serangkaian pemeriksaan lain. Ia ditempatkan di ruang High Care Unit (HCU) untuk pemantauan intensif karena gejalanya mengarah ke stroke.
Hasil pemeriksaan lebih lanjut melalui Transcranial Doppler (TCD) menunjukkan adanya penyumbatan dan kekakuan pada pembuluh darah di otaknya. Mengenai pemicunya, Delia mengaku belakangan sering dilanda banyak pikiran hingga mengalami stres berat.
Delia juga mengaku tidak memiliki riwayat genetik terkait tekanan darah tinggi, kolesterol, asam urat, maupun gula darah tinggi.
Terpisah, Direktur Medik dan Keperawatan RS PON, dr Reza Aditya Arpandy, SpS, menjelaskan bahwa stres berat dan depresi bisa meningkatkan risiko stroke meski itu bukan menjadi penyebab utamanya.
Dokter Reza menerangkan, saat seseorang mengalami stres, tubuh akan melepaskan hormon adrenalin dan kortisol. Kedua hormon ini dapat meningkatkan tekanan darah dan membuat detak jantung menjadi lebih cepat, sehingga memicu kondisi yang berpotensi berbahaya.
"Kalau kondisi ini terjadi berulang atau cukup berat, maka risiko terjadinya kerusakan pada pembuluh darah dan lonjakan tekanan darah menjadi lebih tinggi, sehingga dapat memicu stroke, terutama bila orang tersebut sudah punya faktor risiko lain, seperti hipertensi, kolesterol tinggi, diabetes, merokok, obesitas, atau memang sudah ada kelainan pembuluh darah otak sebelumnya," jelasnya saat dihubungi detikcom, Senin (24/11/2025).
(dil/apu)











































