Kisah Sarwiti Trauma Usai Sepekan Longsor Cilacap, Gemetar-Tak Bisa Tidur

Kisah Sarwiti Trauma Usai Sepekan Longsor Cilacap, Gemetar-Tak Bisa Tidur

Anang Firmansyah - detikJateng
Rabu, 19 Nov 2025 14:16 WIB
Sarwiti (48), salah satu korban longsor yang mengungsi di posko Balai Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Rabu (19/11/2025).
Sarwiti (48), salah satu korban longsor yang mengungsi di posko Balai Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Rabu (19/11/2025). Foto: Anang Firmansyah/detikJateng
Cilacap -

Hujan deras yang mengguyur wilayah Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, memicu tanah longsor yang membuat warga Dusun Cibuyut terpaksa mengungsi. Salah satunya adalah Sarwiti (48), warga RT 4 RW 5, yang kini bertahan di posko pengungsian Balai Desa Cibeunying.

Dengan suara lirih, Sarwiti menceritakan bagaimana peristiwa itu mengubah rasa aman yang selama ini ia miliki.

"Setelah kejadian ini yang saya rasakan takut, gemeteran, trauma. Kalau mengingat kejadian ini sampai pusing kepalanya, nggak bisa tidur," tuturnya kepada detikJateng, Rabu (19/11/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sarwiti mengatakan longsor terjadi begitu cepat. Saat itu, dia tengah makan ketika merasakan getaran dari arah belakang rumah. Spontan ia berlari keluar menyelamatkan diri.

"Waktu kejadian kemarin itu saya lagi makan. Itu sempat bergetar jadi langsung lari," kenangnya.

ADVERTISEMENT

Meski rumahnya berada cukup jauh dari titik longsor, rasa panik tak kunjung hilang. Kondisi cuaca yang masih ekstrem dan hujan yang terus turun membuat Sarwiti memilih meninggalkan rumah.

Kondisi posko pengungsian korban longsor di Balai Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Selasa (18/11/2025).Kondisi posko pengungsian korban longsor di Balai Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Selasa (18/11/2025). Foto: Anang Firmansyah/detikJateng

"Rumah saya sebenarnya cukup jauh dari lokasi, tapi tetap takut. Jadi makanya ngungsi, soalnya cuacanya masih ekstrem," ujarnya.

Di tengah rasa takut, posko pengungsian justru menjadi titik aman bagi Sarwiti. Di sana, ia mengaku bisa sedikit terhibur karena bertemu banyak warga lain yang mengalami hal serupa.

"Alhamdulillah di pengungsian ini terhibur. Banyak teman-teman. Kalau pagi bisa bantu bersih-bersih balai desa juga," kata dia.

Sarwiti sehari-hari tinggal seorang diri. Tiga anaknya merantau ke Jakarta, sementara suaminya telah menikah lagi dan tinggal di Tangerang. Situasi itu membuatnya semakin membutuhkan tempat aman untuk berlindung selama kondisi belum stabil.

"Saya di rumah sendirian. Anak-anak ada tiga sudah pada pisah merantau ke Jakarta. Kalau suami sudah menikah lagi tinggal di Tangerang," ucapnya.

Sarwiti dan para pengungsi lain memilih menunggu situasi benar-benar aman sebelum kembali pulang. Hujan yang masih turun dan potensi longsor susulan membuat mereka waspada.

"Bingung mau ngungsi ke mana, apalagi hujan. Kalaupun mau direlokasi juga tidak apa-apa. Yang penting bareng-bareng semua," kata Sarwiti.

Untuk sementara, posko menjadi rumah kedua bagi para pengungsi. Ia berharap cuaca segera membaik agar bisa kembali menjalani hari-hari dengan tenang.




(afn/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads