Pemkot Semarang soal Isu Kota Lama Tenggelam 2045: Itu Tergantung Studinya

Pemkot Semarang soal Isu Kota Lama Tenggelam 2045: Itu Tergantung Studinya

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Senin, 17 Nov 2025 20:43 WIB
Banjir di kawasan Museum Kota Lama, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang, Selasa (28/10/2025).
Banjir di kawasan Museum Kota Lama, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang, Selasa (28/10/2025). Foto: Dok. detikJateng.
Semarang -

Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Semarang, Suwarto, angkat bicara soal pernyataan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Tengah (Jateng) yang menyebut Kota Lama bisa menjadi lautan pada 2045 akibat abrasi dan penurunan tanah.

Suwarto mengatakan, Pemkot Semarang telah memperbanyak penanaman mangrove guna memitigasi banjir.

"Mangrove ini sudah digalakkan untuk penanaman dari DLH (Dinas Lingkungan Hidup). Kemarin kan sudah serentak satu Jawa Tengah lewat program Gubernur, Mageri Segoro," kata Suwarto saat dihubungi detikJateng, Senin (17/11/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terkait prediksi tenggelamnya Kota Lama, Suwarto menilai hal itu sangat bergantung pada kajian teknis.

"Ya itu tergantung studinya. Kita belum sampai ke sana. Tapi tentu diupayakan supaya tidak terjadi," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Suwarto menjelaskan, kondisi sanitasi dan perlindungan kawasan pesisir masih dapat ditangani selama tanggul laut dan pompa berfungsi optimal. Ia menyebut sejumlah pompa di kawasan Tenggang dan Seringin telah diganti dan kini sudah terpasang seluruhnya oleh Kementerian PUPR.

"Sudah terpasang semua. Yang di Seringin ada empat, yang di Tenggang juga empat. Nanti tinggal kekurangannya," jelasnya.

Suwarto juga mengakui adanya land subsidence di Kota Semarang yang turunnya berkisar 5-10 cm. Mengenai masih masifnya penggunaan air tanah yang mengakibatkan land subsidence, Suwarto menegaskan, izin pengambilan air tanah tidak di tangan Pemkot Semarang.

"Untuk menjaga land subsidence ya harus dijaga, kurangi pengambilan air tanah. Nah, kalau air tanah itu bukan kewenangan pemerintah kota, dulu izinnya di provinsi, sekarang sepertinya sudah di kementerian," tuturnya.

Suwarto pun menyebut penanaman mangrove yang dilakukan selama ini sudah memberi dampak positif untuk mengurangi abrasi. Pemkot, kata dia, akan terus memperkuat upaya adaptasi agar ancaman banjir rob dan penurunan tanah tidak semakin parah.

"Kita mengadakan mitigasi untuk daerah-daerah rawan banjir, kedua, mempercepat penggantian struktur penggantian pompa yang dilakukan oleh PU Pusat, Kementerian," tuturnya.

Sebelumnya diberitakan, Direktur Walhi Jateng Fahmi Bastian mengingatkan bahwa kawasan pesisir utara atau Pantura Jateng sudah berada dalam kondisi kritis. Ia menyebut kawasan Kota Lama Semarang bisa tenggelam dan berubah menjadi lautan pada 2045.

"Land subsidence kalau di Semarang di angka 8-12 cm. Tapi tiap tahun nggak sama, 5 cm. Ya, 2045 seperti Kota Lama itu ya juga sudah bisa jadi lautan itu," kata Fahmi di Kecamatan Semarang Selatan, Sabtu (15/11).

"Kalau di Pekalongan land subsidence itu lebih tinggi dibandingkan Semarang sebenarnya, 12-15 tapi rata-rata 8 cm," lanjut Fahmi.




(apl/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads