Gubernur Luthfi Klaim Kolam Retensi Efektif Turunkan Ketinggian Banjir Kaligawe

Gubernur Luthfi Klaim Kolam Retensi Efektif Turunkan Ketinggian Banjir Kaligawe

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Sabtu, 01 Nov 2025 09:56 WIB
Gubernur Jateng, Ahmad Luthfi, usai acara Perayaan Hari Ekraf Nasiona di Gedung Gradhika Bhakti Praja, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang, Jumat (31/10/2025) malam.
Gubernur Jateng, Ahmad Luthfi, usai acara Perayaan Hari Ekraf Nasiona di Gedung Gradhika Bhakti Praja, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang, Jumat (31/10/2025) malam. Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng.
Semarang -

Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ahmad Luthfi menyebut kolam retensi efektif mengurangi ketinggian banjir di Kaligawe, Kota Semarang. Luthfi mengklaim banjir sudah surut hingga 15 sentimeter (cm).

"Banjir hari ini sudah turun 15 cm. Sudah klir. Jadi kita doakan nanti semuanya berkurang, Kaligawe sudah mulai sat (surut), nanti akan bertahap dan berlanjut. Mengatasi banjir ini tidak bisa kita lawan, bisanya adalah kita mitigasi," kata Luthfi di Gedung Gradhika Bhakti Praja, Kecamatan Semarang Selatan, Jumat (31/10/2025) malam.

Menurutnya, Kaligawe tidak akan surut jika tidak ada kolam retensi. Oleh karenanya, Pemprov Jateng telah berkoordinasi dengan berbagai pohak untuk penanganan banjir.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kaligawe tidak akan surut kalau tidak ada kolam retensi. Kolam retensi kita namanya Terboyo, hampir 66,7 juta meter kubik bisa ditampung di sana. Kemudian dari kolam Terboyo mau dikemanakan? Harus dibuang ke laut. Harus kita flash," ujarnya.

"Begitu kolam Terboyo kita flash ke laut, maka pompanisasi menjadi hal yang utama. Maka kemarin kita sudah rapat, kita tambah hampir 38 pompa untuk mengatasi ini," lanjutnya.

ADVERTISEMENT

Tak hanya itu, ia juga menyebut Pemprov Jateng telah memiliki program 'Mageri Segara', yakni penanaman mangrove di sepanjang 971 km garis Pantai Utara (Pantura).

"Makanya masyarakat harus bersabar, ini adalah kerja kolaboratif yang harus kita lakukan bersama," ujarnya.

Ia lantas meminta masyarakat untuk membiasakan budaya tak buang sampah sembarangan guna mencegah banjir.

"Tidak bisa kerja-kerja personality, seorang gubernur tok, seorang bupati tok, tidak begitu. Kita harus bersama-sama, seluruh komponen masyarakat ikut serta," kata dia.

Pemprov Jateng juga telah membentuk Satgas Pompanisasi yang diketuai Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah, Bergas C Penangguhan.

"Tugasnya memantau. Jadi pompa-pompa yang sudah sudah jalan mana, pompa-pompa yang diperkuat mana, pompa-pompa yang perlu adanya suatu modifikasi mana, sehingga secara terprogram mereka terawasi, tidak dilepas apa adanya," ujarnya.

Ia menjelaskan, sebelumnya terdapat pompa yang tak beroperasional karena masih dalam masa pembaharuan dari penggunaan solar ke listrik.

"Sehingga perlu waktu. Jadi tidak serta-merta langsung jadi, tidak. Jadi kenapa waktu kering tidak dilakukan? Tidak begitu, ini kan berproses," kata dia.

Sementara itu, Staf Advokasi dan Pengorganisiran Rakyat WALHI Jawa Tengah, Dera, menyebut kolam retensi dan sodetan sebagai pendekatan yang teknis dan tak terlalu berpengaruh.

"Kemarin kami ngobrol dengan warga, kolam retensi dan sodetan itu tidak berpengaruh hari ini dan dia juga tidak mengatasi banjir karena mereka jauh lebih dulu banjirnya, sudah 1 minggu lebih. Dia tidak berimbas banyak, bahkan banjir itu justru tambah tinggi ketika hujan ada," ungkapnya saat dihubungi detikJateng, Sabtu (1/11/2025).

Ia menyebut, kolam retensi tidak berfungsi sebagaimana mestinya, karena banjir hingga hari ke-11 pun belum juga surut. Justru, menurutnya pembangunan kolam retensi dan sodetan malah menghabiskan anggaran.

"Bukan penyelesaian untuk banjir, dia bersifat sementara dan pendekatan teknis yang menghabiskan anggaran, tapi kalau dia ditempatkan di situasi banjir ternyata tidak memberikan implikasi yang serius," tuturnya.

Berdasarkan catatan Walhi Jateng 1 tahun terakhir, sekalipun ada kolam retensi, penanganan banjir di Kota Semarang tidak berjalan dengan signifikan.

"Beberapa kolam retensi ini juga bukan tidak difungsikan, tapi kemudian mati. Misal yang berada dekat dengan Kemijen, yang kolam retensinya nggak ada, kemudian sungainya ditutup, akhirnya dia meluap menjadi banjir di Kelurahan Kemijen. Itu jadi satu contoh kami lihat ini nggak berfungsi-fungsi amat gitu. Justru memperparah situasi," urainya.




(apl/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads