Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disbudporapar) Kabupaten Klaten menggelar lomba melukis Payung Juwiring yang diikuti para pelajar SD dan SMP. Kegiatan tersebut digelar untuk melestarikan Payung Juwiring sebagai warisan budaya khas Kota Bersinar.
Lomba berlangsung di kompleks RSPD Klaten, Kecamatan Klaten Tengah, pada Kamis (16/10/2025). Ratusan pelajar tampak antusias melukis payung putih polos dengan berbagai tema, mulai dari potensi alam hingga budaya lokal. Para guru turut hadir mendampingi peserta yang membawa perlengkapan melukis masing-masing.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Disbudporapar Klaten, Purwanto, mengatakan lomba bertema "Warna Budaya Tetap Bersinar" itu diikuti 221 siswa, terdiri dari 110 siswa SD dan 111 siswa SMP.
"Kali ini kita menghadirkan lukis payung yang pesertanya dari siswa SD dan SMP, diikuti oleh 221 peserta. Tema untuk kegiatan lukis payung ini adalah Warna Budaya Tetap Bersinar," jelas Purwanto di lokasi kegiatan.
Menurutnya, kegiatan tersebut sekaligus untuk mengangkat potensi unggulan Klaten yang dikenal sebagai Kota Seribu Umbul. Apalagi, Payung Juwiring telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
"Yang paling penting, Payung Klaten sudah diakui oleh kementerian sebagai Warisan Budaya Takbenda. Ini harus kita angkat dan kita lestarikan," ungkapnya.
Purwanto menambahkan, keterlibatan para siswa dalam lomba ini juga menjadi sarana edukasi sekaligus promosi budaya daerah.
"Tujuannya adalah mengajak mereka berkreasi, berinovasi, dan mengenalkan budaya-budaya yang ada di Kabupaten Klaten. Sekaligus mempromosikan produk unggulan Klaten, baik itu payungnya, alam, maupun budayanya," paparnya.
Adapun aspek penilaian lomba meliputi keharmonisan warna, komposisi gambar, hingga kualitas goresan. Para pemenang akan mendapatkan piala dan uang pembinaan.
"Waktunya kami sediakan selama tiga jam dan kami datangkan juri dari ISI Jogja dan ISI Solo," jelasnya.
Tiga juri yang dihadirkan yaitu Josep Yuwono dan Amir Hamzah dari ISI Yogyakarta, serta I Nyoman Suyasa dari ISI Surakarta.
Simak Video "Video: Kenapa Orang Pintar Kadang Melakukan Hal Bodoh?"
(ega/ega)