Siswa SMP Grobogan Diduga Tewas di Sekolah, Ortu Sebut Ada Luka Fatal

Siswa SMP Grobogan Diduga Tewas di Sekolah, Ortu Sebut Ada Luka Fatal

Ardian Dwi Kurnia - detikJateng
Senin, 13 Okt 2025 18:03 WIB
Suasana Rumah Angga, Siswa SMP di Grobogan yang diduga tewas di sekolah karena perundungan.
Suasana Rumah Angga, Siswa SMP di Grobogan yang diduga tewas di sekolah karena perundungan. Foto: Ardian Dwi Kurnia/detikJateng.
Grobogan -

Kematian siswa SMP di Grobogan berinisial ABP membawa duka mendalam, terutama bagi orang tuanya (ortu). Ayah korban, Sawindra (38) juga mengungkap ada sejumlah luka fatal di tubuh anaknya.

Saat kejadian, Sawindra yang tengah bekerja di Cianjur, Jawa Barat, mendapatkan kabar bahwa putranya pingsan di sekolah, Sabtu (11/10/2025). Dia pun langsung izin untuk pulang dan melihat kondisi anaknya.

"Saya belum dikabari kalau ABP meninggal, hanya dikabari gitu saja sama kakeknya sekitar jam 11.30 WIB. Langsung saya izin kerja cuma setengah hari dan pulang," kata Sawindra saat ditemui detikJateng di rumahnya, Senin (13/10/2025) sore.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sawindra tiba di rumahnya di Desa Ledokdawan, Kecamatan Geyer, Grobogan, Minggu (12/10) pagi. Ia terkejut sekaligus pasrah melihat anaknya sudah terbujur tak bernyawa.

"Saya sampai sini jam 04.00 WIB, sekitar subuh. Sampai di sini kondisinya sudah seperti ini, ya sudah kemudian pagi itu juga sekitar jam 09.00 WIB dikubur," jelas Sawindra.

ADVERTISEMENT

Selama ini ABP hanya tinggal berdua dengan neneknya di Grobogan. Sementara orang tua dan adiknya tinggal di Cianjur, Jawa Barat.

Sawindra menceritakan awal mula peristiwa ini diketahui keluarga. Kejadian ini didengar oleh neneknya dari anak tetangga yang bersekolah di tempat yang sama.

"Katanya ABP pingsan dibawa ke puskesmas. Kemudian si nenek langsung menghubungi kakek, dan kakek Angga menghubungi saya," kata Sawindra.

Pihak keluarga yang ada di Grobogan bersama perangkat desa kemudian mendatangi korban yang sudah dirujuk ke RSUD Dr R Soejati S Grobogan. Mereka mendapat penjelasan dari dokter bahwa ada sejumlah luka dan tulang yang patah.

"Katanya kepala bagian kanan dan kiri memar, kemudian bagian dada juga memar. Yang paling parah tulang bagian belakang di bawah otak, katanya sudah patah, itu yang sangat fatal," ungkap Sawindra.

Diduga Dikeroyok

Sawindra menduga putra kesayangannya ini dikeroyok oleh siswa lain di sekolahnya.

"Yang saya dengar itu ABP sempat dibanting ke lantai, dijedotkan ke tembok, sampai dikeroyok teman-temannya di sekolah," jelas Sawindra.

Perlakuan semacam ini bukan kali pertama diterima anaknya. Sawindra menceritakan, sebelumnya ABP juga pernah dikeroyok siswa di sekolahnya hingga enggan masuk sekolah.

"Dua bulan lalu juga seperti itu, dia dikeroyok, dipukuli. Awalnya dia nggak mau cerita, tapi setelah dibujuk sama neneknya akhirnya dia cerita. Sampai nggak masuk sehari," kata Sawindra.

Peristiwa perundungan pertama disebut sudah dilaporkan sang nenek ke sekolahnya. Kemudian hal semacam itu sempat tak terjadi lagi pada Angga.

"Neneknya langsung datang ke sekolah, ke guru BK, bilang kalau Angga mengalami hal seperti itu. Kemudian disampaikan kalau masalah itu akan ditangani," beber Sawindra.

"Kemudian nggak ada pemanggilan siswa sama orang tuanya, seperti tidak ada apa-apa tapi akhirnya mereka berhenti, tidak melakukan itu lagi ke anak saya," tambahnya.

Sawindra tak mengetahui perundungan kedua yang diduga merenggut nyawa korban ini dilakukan oleh siswa yang sama atau berbeda. Saat ini pihak keluarganya menuntut keadilan.

"Saya kurang tahu sama atau berbeda (siswa yang mengeroyok ABP), tapi yang jelas kami ingin kasus ini diungkap seterang-terangnya. Yang bersalah harus tetap dihukum," harap Sawindra.

Penjelasan Pihak Sekolah

Pihak sekolah turut angkat bicara mengenai peristiwa ini. Kepala Sekolah, Sukatno, turut menyampaikan duka cita terhadap kejadian yang menimpa Angga. Ia menyebut peristiwa ini telah ditangani pihak berwajib.

"Kami pihak sekolah sangat berduka cita atas peristiwa ini. Semuanya sudah ditangani dan prosesnya sudah di pihak yang berwajib," kata Sukatno saat ditemui detikJateng di sekolah, Senin (13/10).

Ia menyebut ada sejumlah guru dan murid yang diperiksa sebagai saksi di Polres Grobogan.

"Guru ada empat termasuk saya, siswanya ada lima. Diperiksa terpisah sendiri-sendiri," beber Sukatno.

"Saya juga ndak melihat anak-anak (siswa) diperiksa di mana. Mereka kan didampingi orang tuanya," tambah dia.

Baca selengkapnya di halaman berikutnya....

Sukatno mengklaim sekolahnya memiliki program tahunan sosialisasi untuk mencegah perundungan dan kekerasan seksual. Kegiatan itu rencananya akan digelar kembali bulan ini.

"Kami itu sebenarnya sudah melakukan sosialisasi anti perundungan, kekerasan seksual sejak 2023. Sebenarnya yang (tahun) 2025 mau dilaksanakan di bulan ini, lha kok ndilalah (tiba-tiba) hari Sabtu ada kejadian itu," jelas Sukatno

"Jadi itu sudah merupakan agenda tahunan, sosialisasi anti perundungan dan kekerasan seksual. Bapak ibu guru pun tak henti-hentinya menasihati anak anak, wis ojo aneh-aneh (sudah jangan aneh-aneh)," imbuhnya.

detikJateng telah berusaha melakukan konfirmasi hasil pemeriksaan saksi kepada Kasat Reskrim Polres Grobogan melalui panggilan telepon dan pesan WhatsApp. Namun hingga berita ini ditulis, detikJateng belum mendapatkan jawaban.

Diberitakan sebelumnya, seorang siswa SMP diduga meninggal dunia di salah satu sekolah di Kecamatan Geyer, Grobogan. Kanit PPA Sat Reskrim Polres Grobogan, Ipda Yusuf Al Hakim, mengatakan pihaknya telah melakukan autopsi untuk mengetahui penyebab kematian korban.

"Sudah kita lakukan baik pemeriksaan luar maupun autopsi sudah dilaksanakan," kata Yusuf saat dihubungi detikJateng, Minggu (12/10).

Halaman 2 dari 2
(apl/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads