Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Boyolali, memberikan satu porsi Makan Bergizi Gratis (MBG) ke pihak sekolah untuk dicicipi sebelum dibagikan ke para siswa. Hal ini untuk mengantisipasi kejadian keracunan kepada para siswa.
Koordinator Wilayah SPPG di Boyolali, Rifani Arliana Utami, mengatakan untuk mengantisipasi keracunan MBG pada penerima manfaat, Rifani menekankan kepada ahli gizi di setiap SPPG agar memilih bahan baku yang baik. Pemilihan bahan baku merupakan hal yang paling utama.
"Karena kalau enggak, kalau milihnya asal-asalan kan takutnya jelekkan. Dari jelek dari mungkin kontaminasi dan segala macamnya itu yang membuat permasalahan di kemudian hari," kata Rifani kepada wartawan, Selasa (7/10/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain pemilihan bahan baku, lanjut dia, juga pengolahan makanan yang benar serta pengemasannya. Bahan baku, lebih dipilih yang bisa datang pada tengah malam, sehingga masih segar dan bisa langsung diolah.
"Itu yang kita usahakan agar tidak terjadi keracunan atau apapun itu. Karena itu juga merugikan kita semua. Bukan pribadi masing-masing," tambah dia.
Kemudian sebelum MBG dikirim ke sekolah-sekolah, lanjut dia, juga ada test food terlebih dulu. Makanan tersebut dicicipi sebelum didistribusikan. Kemudian juga ada sampel makanan yang disimpan oleh ahli gizi.
"Terus di sekolah-sekolah itu juga kami berikan satu porsi makanan untuk PIC, menguji makanan itu layak atau tidak didistribusikan ke anak-anak," ujarnya.
Rifani juga menjelaskan saat ini sudah ada 40 SPPG yang beroperasi di Boyolali dari 110 SPPG yang disiapkan. Sebanyak 18 SPPG proses akan running dan 52 SPPG saat ini masih proses pembangunan.
"Jumlah SPPG yang sudah running di Kabupaten Boyolali itu ada 40 SPPG," kata Rifani.
"Kita maksimalkan untuk bulan ini selesai pembangunan semua. Kemudian di akhir tahun itu ya semoga juga sudah jalan semua karena kita juga dapatkan mandat dari Presiden bahwasanya akhir tahun ini sudah merata," jelasnya.
Dari 40 SPPG yang saat ini sudah jalan tersebut, menurut dia, saat ini belum ada yang memiliki Sertifikat Laik Higiene dan Sanitasi (SLHS) dan masih berproses semua.
"Untuk SLHS itu kami sekarang lagi gencar-gencarnya nih buat memenuhi itu semua. Lagi berproses semua," ujar dia.
Pihaknya kini sedang rutin menggelar pelatihan-pelatihan bagi penjamah makanan di setiap SPPG. Juga dilakukan uji laboratorium untuk air yang digunakan di SPPG. Serta poin-poin yang harus dilengkapi untuk pembuatan SLHS.
"Yang 40 SPPG ini harus punya SLHS, kemudian yang akan running diusahakan harus punya SLHS dulu, baru running," imbuh Rifani.
(aap/apl)