Info Meteor Jatuh: Penjelasan Ilmiah, Penyebab hingga Dampaknya

Info Meteor Jatuh: Penjelasan Ilmiah, Penyebab hingga Dampaknya

Ulvia Nur Azizah - detikJateng
Senin, 06 Okt 2025 11:34 WIB
Penampakan benda jatuh yang dinarasikan bola api di Cirebon.
Ilustrasi penampakan bola api di Cirebon yang disebut meteor jatuh oleh BRIN. Foto: Istimewa
Solo -

Fenomena langit yang mengejutkan warga terjadi Minggu malam, 5 Oktober 2025. Warga Brebes, Jawa Tengah, melaporkan melihat cahaya merah terang melintas di langit disusul dentuman mirip guntur yang membuat kaca rumah bergetar.

"Lagi duduk pinggir Kali Pemali, kaget ada ndaru (cahaya) merah sampai sungai terlihat terang. Cahaya itu seperti sangat dekat dengan bumi," ungkap Fiman saat dihubungi detikJateng, Senin (6/10/2025) pagi.

Firman mengaku baru tahu kalau cahaya itu adalah meteor jatuh setelah membuka medsos. Bahkan infonya, kata dia meteor itu jatuh di Cirebon, Jawa Barat. Dilansir detikJabar, suara dentuman bahkan terdengar hingga belasan kilometer dari titik lintasan meteor.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rekaman cahaya yang menyerupai bola api viral di media sosial dan memicu penasaran publik. Peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN, Thomas Djamaluddin, menyebut fenomena tersebut adalah meteor berukuran cukup besar yang melintas dan masuk atmosfer sebelum menimbulkan gelombang kejut. Suara dentuman keras yang terdengar luas pun diyakini berasal dari proses meteor saat menembus lapisan udara yang lebih rendah.

Untuk kamu yang ingin tahu lebih ilmiah tentang peristiwa ini, di bawah ini terdapat penjelasan mengenai penyebab meteor jatuh, proses ilmiahnya, sampai dampaknya bagi bumi. Simak penjelasan lengkapnya, detikers!

ADVERTISEMENT

Poin utamanya:

  • Meteor jatuh 5 Oktober 2025 terlihat di Brebes, pusat kejadiannya di Kuningan-Cirebon.
  • Menurut BRIN, meteor besar bisa timbulkan cahaya, dentuman, dan getaran.
  • Meteor umumnya aman, tapi yang besar bisa sebabkan kerusakan hingga perubahan iklim.

Apa Itu Meteor? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Meteor adalah cahaya kilat yang terlihat ketika serpihan batuan luar angkasa menembus atmosfer Bumi dengan kecepatan sangat tinggi. Menurut Scientific American yang ditulis Phil Plait, kata 'meteor' berasal dari bahasa Yunani yang artinya 'benda di atas sana'. Dahulu, banyak orang mengira fenomena ini terjadi di udara. Namun kini para ilmuwan mengetahui bahwa meteor berasal dari ruang angkasa.

Benda kecil yang melintasi ruang angkasa disebut meteoroid. Meteoroid bisa berupa potongan batu atau logam yang pecah dari asteroid, komet, bahkan bulan dan planet lain. Ketika meteoroid memasuki atmosfer Bumi, gesekan dengan udara membuatnya panas hingga ribuan derajat Celcius. Bagian luar meteoroid mulai menguap dalam proses yang disebut ablation, menghasilkan cahaya terang yang kita sebut meteor atau 'bintang jatuh'.

NASA menjelaskan bahwa sebagian besar meteoroid yang kita lihat sangat kecil, bahkan hanya seukuran butiran pasir hingga kerikil. Mereka terbakar habis jauh di atas permukaan Bumi, sehingga hampir tidak ada yang sampai ke tanah.

Hanya sebagian kecil yang cukup besar dan berhasil bertahan, benda inilah yang disebut meteorit. NASA menegaskan, meteorit yaitu batuan yang berhasil melewati atmosfer dan mendarat di Bumi.

Kenapa Meteor Jatuh ke Bumi?

Meteoroid yang menjadi meteor berasal dari berbagai sumber di tata surya, terutama dari asteroid yang pecah di sabuk asteroid antara Mars dan Jupiter. Scientific American menjelaskan bahwa serpihan-serpihan kecil ini dapat ditarik oleh gravitasi planet besar seperti Jupiter sehingga jalurnya bergeser dan akhirnya memotong orbit Bumi. Saat jalur meteoroid dan Bumi berpotongan, meteoroid akan masuk ke atmosfer kita.

Menurut NASA, Bumi setiap hari dihantam jutaan potongan kecil debu kosmik dan batuan antariksa. Mereka meluncur dengan kecepatan hipersonik, mulai dari 40.000 hingga 260.000 kilometer per jam. Ketika memasuki atmosfer, udara yang sangat tipis di ketinggian sekitar 100 kilometer mulai memberikan hambatan. Gas yang terkompresi di depan meteoroid memanas, menyebabkan cahaya menyala terang. Proses ini menciptakan kilatan yang kita lihat sebagai meteor jatuh.

Jika meteoroid cukup besar, fenomena yang muncul bisa lebih dramatis. NASA menyebut meteor yang sangat terang hingga terlihat seperti bola api disebut fireball atau bolide. Benda sebesar bola basket atau lebih besar bisa menghasilkan suara dentuman dan gelombang kejut yang terasa di permukaan Bumi. Namun mayoritas meteor akan habis terbakar di atmosfer dan tidak membahayakan manusia.

Dampak Meteor Jatuh

Menurut keterangan peneliti BRIN Thomas Djamaluddin yang dikutip detikJabar, meteor yang cukup besar dapat menimbulkan dentuman keras dan getaran saat memasuki atmosfer yang lebih rendah. Pada skala global, penelitian NASA, American Museum of Natural History (AMNH), dan Planetary Society menunjukkan bahwa dampak meteor bisa bervariasi dari sekadar efek visual hingga perubahan besar pada lingkungan dan kehidupan di bumi.

Berikut beberapa dampak utama meteor jatuh yang telah tercatat secara ilmiah.

1. Gelombang Kejut dan Dentuman Keras

Meteor yang memasuki atmosfer dengan kecepatan hipersonik memampatkan udara di depannya hingga menimbulkan gelombang kejut. Menurut NASA, proses ini memanaskan udara hingga ribuan derajat dan dapat menghasilkan ledakan sonik yang terdengar hingga puluhan kilometer.

Fenomena serupa dilaporkan detikJabar saat meteor melintas di langit Cirebon, 5 Oktober 2025. Thomas Djamaluddin menjelaskan dentuman terjadi karena meteor mencapai lapisan atmosfer rendah dan menimbulkan gelombang kejut yang terdeteksi BMKG.

2. Potensi Kerusakan Bangunan dan Cedera

Ledakan akibat meteor yang cukup besar dapat merusak bangunan. Planetary Society mencatat peristiwa Chelyabinsk tahun 2013 di Rusia, ketika asteroid berdiameter sekitar 20 meter meledak di udara setara 500 kiloton TNT. Gelombang kejutnya memecahkan kaca jendela ribuan rumah dan melukai 1.500 orang, sebagian besar karena serpihan kaca.

3. Hancurnya Vegetasi dan Hutan

Jika meteor berukuran besar meledak di atas daratan, tekanan ledakannya bisa meluluhlantakkan vegetasi dalam radius luas. Peristiwa Tunguska pada 1908 di Siberia, menurut Planetary Society, merobohkan sekitar 80 juta pohon di area seluas 2.150 kmΒ², meskipun terjadi di wilayah terpencil tanpa korban jiwa.

4. Tsunami dan Perubahan Ekosistem Laut

Asteroid yang jatuh di lautan dapat memicu tsunami raksasa. Planetary Society menjelaskan pada peristiwa Chicxulub 65 juta tahun lalu, asteroid berdiameter 10-15 km menghantam wilayah yang kini Meksiko dan memicu mega-tsunami hingga ke Texas dan Florida. Gelombang besar ini merusak ekosistem laut dan pesisir dalam skala global.

5. Perubahan Iklim dan Kepunahan Massal

Dampak paling dahsyat adalah perubahan iklim global. AMNH menjelaskan tabrakan besar seperti Chicxulub melemparkan debu dan material ke atmosfer sehingga menghalangi cahaya matahari selama bertahun-tahun. Proses ini mengganggu fotosintesis, mendinginkan suhu bumi, dan memicu kepunahan massal termasuk dinosaurus.

6. Nilai Ilmiah dan Sumber Pengetahuan Alam Semesta

Meski membawa bahaya, meteor juga berharga bagi ilmu pengetahuan. Menurut AMNH, meteorit yang mencapai permukaan adalah sampel alami dari planet, asteroid, dan bahkan komet. Studi meteorit memberi informasi tentang asal-usul tata surya dan evolusi planet, termasuk bumi.

Demikian tadi penjelasan ilmiah tentang meteor yang jatuh hari ini. Apakah kamu sempat menyaksikannya secara langsung, detikers?




(par/afn)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads