Gereja Katolik St. Antonius Purbayan, Solo, memiliki tradisi yang menarik perhatian setiap minggunya, terutama di mata anak-anak. Di mana gereja tersebut mempunyai sepasang patung malaikat kecil berwarna biru yang bisa mengangguk saat diberi koin.
Dari pantauan detikJateng, patung berawan biru itu tampak seperti anak kecil yang membawa tas kulit. Saat dimasukkan koin, kepala patung itu akan mengangguk.
Pastor Paroki Gereja Katolik Santo Antonius Purbayan, Walterus Teguh Santosa, mengatakan patung itu diberi nama Celengan Malaikat. Menurut Romo Teguh, imam paroki, tradisi ini bukan sekadar hal yang lucu atau menarik perhatian anak-anak, tetapi menjadi bagian dari pembelajaran iman yang sederhana dan menyentuh.
"Ini bagian dari katekese. Kita ingin menanamkan semangat berbagi dan berkorban sejak dini kepada anak-anak, melalui media yang menyenangkan dan dekat dengan dunia mereka," kata Teguh ditemui di Gereja St. Antonius Purbayan, Sabtu (27/9/2025).
Teguh mengetakan biasanya anak-anak memasukkan koin ke celengan tersebut usai misa. Awalnya anak-anak yang belum menerima komuni maju ke depan altar untuk mendapatkan berkat khusus di mana romo akan membentuk tanda salib di dahi mereka.
"Setelah itu, mereka satu per satu memasukkan koin ke dalam celengan malaikat. Koin-koin itu tidak hanya memicu anggukan patung, tapi juga membangkitkan rasa gembira dan bangga karena bisa berbagi," ungkapnya.
"Mereka senang sekali melihat patung malaikat itu mengangguk. Dari situ, mereka merasa bahwa berbagi itu menyenangkan," sambungnya.
Lebih lanjut, Teguh mengatakan koin-koin tersebut tidak hanya disimpan. Namun juga akan disalurkan ke anak-anak stunting atau gizi buruk.
"Koin-koin yang terkumpul tidak hanya disimpan. Setiap bulan, gereja menghitung jumlahnya dan menyalurkan hasilnya untuk membantu anak-anak yang mengalami stunting atau gizi buruk, serta mereka yang membutuhkan," bebernya.
Menurutnya, celengan malaikat bukan bagian dari aturan formal Gereja Katolik. Hanya saja, celengan malaikat lahir dari kreativitas umat lokal.
"Tradisi ini diperkirakan mulai berkembang sekitar tahun 2000, dan pertama kali diterapkan di Gereja Purbayan yang memang dikenal sebagai salah satu gereja Katolik tertua di Solo, berdiri sejak 1916," tuturnya.
"Awalnya ini hanya sebagai media pembelajaran, tapi ternyata anak-anak sangat antusias. Maka kami teruskan dan bahkan diikuti juga oleh beberapa gereja lain di Solo dan sekitarnya," jelas Romo.
Selain Gereja Purbayan, menurutnya ada beberapa Gereja yang menyiapkan celengan malaikat. Hanya saja untuk warna menyesuaikan dari gereja masing-masing.
"Patung malaikatnya pun bervariasi. Di Purbayan, warnanya biru menyesuaikan dengan identitas warna Kota Solo. Sementara di gereja lain, ada yang menggunakan warna pink atau putih," jelasnya.
Meskipun celengan malaikat identik dengan anak-anak, Teguh menegaskan siapa pun boleh memberikan koin, termasuk orang dewasa. Namun fokus utama memang untuk mendidik anak-anak agar terbiasa menyisihkan milik mereka untuk orang lain.
"Ini bukan soal jumlahnya, tapi semangatnya. Bahkan koin kecil bisa mengajarkan kasih yang besar, kalau yang diperoleh sebulan itu rata-rata Rp 2 juta," ujarnya.
Dengan cara sederhana ini, gereja tidak hanya membentuk iman anak-anak, tetapi juga menghidupkan nilai-nilai Katolik yang utama kasih, pengorbanan, dan kepedulian terhadap sesama.
"Tentunya kita ingin mengajarkan berbagi kepala anak-anak, kalau jumlah anak-anak berapa ya, puluhan hingga seratusan," pungkasnya.
Simak Video "Video: Kecelakaan Karambol di Tol Gayamsari Semarang, 8 Orang Terluka"
(apu/ams)