Balap Traktor di Dukuh Bakal, Desa Karangduren, Kecamatan Kebonarum, Klaten, sudah empat tahun eksis. Pesertanya pun berdatangan dari berbagai daerah, bahkan Jawa Timur.
Pantauan detikJateng pada Sabtu (27/9/2025), balapan traktor itu digelar di tengah sawah yang telah dibikin menjadi lintasan balap khusus traktor. Lintasan tersebut masih berupa sawah yang penuh air tanpa tanaman dilengkapi dengan garis lintas.
Selain itu, berjejer pula usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di jalan masuk area perlombaan. Pengunjung juga banyak yang membeli produk UMKM lokal tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Belasan traktor terparkir di sawah sebelah lintasan balap. Para peserta dan timnya pun tampak mengetes traktor masing-masing.
Traktor yang digunakan untuk balapan itu tampak tak ada beda dari mesin pembajak umumnya. Namun, mesin tersebut melaju lebih kencang dari traktor yang umum digunakan untuk membajak.
Lomba balap traktor pun dimulai pada pukul 10.30 WIB. Banyak warga yang menonton ajang balap tersebut.
Terdapat dua lintasan balap yang disediakan panitia. Satu ronde balap traktor diikuti oleh dua peserta dengan sistem gugur.
Tampak dua peserta adu kebolehan dalam memacu traktor masing-masing. Mereka tampak lihat melintasi lintasan dengan dua tikungan setengah lingkaran itu.
Sorak-sorai para penonton pun semakin meriah kala dua peserta memasuki putaran kedua. Sebab, balapan tersebut ditentukan pemenangnya jika salah satu peserta berhasil menyelesaikan dua putaran.
Ketua Panitia Balap Traktor, Heri Wanto, menerangkan event kali ini merupakan gelaran keempat kalinya. Dia menyebutkan ada 32 tim yang mengikuti balapan tersebut, termasuk dari Jawa Timur.
"Ini kebetulan event yang keempat kali. Ini pesertanya dari lokal ada, dari Ponorogo ada, dari Ngawi, dari Madiun, terus dari Jogja ada. Ada 32 (tim balap). Paling jauh ini Jawa Timur," jelas Heri saat ditemui di lokasi.
Para peserta merebutkan piala bergilir dari panitia. Hanya saja, kata Heri, hal terpenting dari event tersebut adalah rasa persaudaraan antar pengemudi traktor.
"Ini piala bergilir dan uang pembinaan. Yang utama bukan mengambil hadiah, yang penting utama silaturahmi persaudaraan," ungkapnya.
Selain itu, balapan traktor diselenggarakan untuk membuat generasi milenial agar senang bertani. Terlebih, banyak peserta lomba berasal dari kalangan muda.
"Biar nanti menciptakan petani milenial. Yang penting kita tarik hatinya dulu untuk senang di pertanian," katanya Heri.
Senada dengan Heri, Ketua tim balap asal Sukoharjo, Pilip, kedatangan timnya ke Klaten ialah untuk menjalin silaturahmi antarjoki traktor. Bahkan, pada event tahun lalu, Pilip menyebut, terdapat empat tim dari Sukoharjo.
"Loma ini yang pertama untuk silaturahmi sesama joki se-Indonesia umumnya," jelas Pilip.
Pilip menilai event tersebut dapat memupuk minat generasi muda agar menjadi petani. Namun untuk menjadi penjoki traktor, lanjutnya, dibutuhkan nyali besar.
"Sebenarnya minat. Dibutuhkan nyali juga, alat itu digunakan bukan hanya untuk bekerja, tapi menggunakan skill, pikiran juga. Ada anak muda bisa kerja (menggunakan traktor) tapi skillnya nggak mampu," bebernya.
Tak main-main, untuk menggarap traktornya, Pilip menghabiskan biaya hingga Rp 3,5 juta. Adapun traktor tersebut dimodifikasi sedemikian rupa.
"Kalau saya kemarin habis Rp 3,5 juta. Iya (untuk persiapan). Senang mahal, tidak ada ukurannya," katanya.
(akd/akd)










































