Kalender Hijriah Hari Ini 4 September 2025 dan Doa-Dzikir Setelah Sholat Dhuha

Kalender Hijriah Hari Ini 4 September 2025 dan Doa-Dzikir Setelah Sholat Dhuha

Nur Umar Akashi - detikJateng
Kamis, 04 Sep 2025 09:08 WIB
Ilustrasi kalender
Ilustrasi kalender. (Foto: Freepik/blossomstar)
Solo -

Tanggal Hijriah dan Masehi menggunakan patokan yang berbeda untuk menentukan hari, yakni Bulan dan Matahari. Akibatnya, tanggal yang dihasilkan turut berlainan. Lalu, 4 September 2025 bertepatan dengan tanggal berapa Hijriah?

Disadur dari buku Fikih Kontemporer tulisan Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi, ada beberapa metode penentuan awal bulan. Nabi Muhammad SAW mengajarkan cara rukyat alias melihat langsung. Bila langit tertutup sesuatu, seperti awan, Nabi SAW mengajarkan untuk menyempurnakan bulan berjalan menjadi 30 hari atau dikenal sebagai metode istikmal.

إِذَا رَأَيْتُمُ الْهِلَالَ فَصُومُوا وَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَأَفْطِرُوا فَإِنْ ثُمَّ عَلَيْكُمْ فَصُومُوا ثَلَاثِينَ يَوْمًا .

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Artinya: "Apabila kalian melihat hilal maka berpuasalah dan apabila kalian melihatnya maka berhari rayalah. Dan apabila kalian terhalang maka sempurnakanlah tiga puluh hari." (HR Bukhari 4/106 dan Muslim no 1081)

Dalam perkembangannya, muncul metode hitungan (hisab) atau kombinasi rukyat-hisab. Cara penentuan awal bulan yang berbeda-beda membuat tanggal Hijriah mungkin berlainan. Mari, simak konversi tanggalnya untuk hari ini 4 September menurut pemerintah, Nahdlatul Ulama (NU), dan Muhammadiyah.

ADVERTISEMENT

Kalender Hijriah 4 September 2025 Menurut Pemerintah

Tanggalan versi pemerintah bisa dicek via Kalender Hijriah Indonesia Tahun 2025 yang dirilis Kementerian Agama. Dalam kalender tersebut, pemerintah menetapkan awal Rabiul Awal pada Senin, 25 Agustus 2025.

Berdasar acuan tersebut, menurut pemerintah, 4 September 2025 bertepatan dengan 11 Rabiul Awal 1447 H. Perlu diingat, 11 Rabiul Awal sejatinya sudah masuk sejak Rabu, 3 September 2025 waktu maghrib. Sebab, dalam kalender Hijriah, pergantian hari terjadi saat Matahari terbenam.

Kalender Hijriah 4 September 2025 Menurut NU

Lembaga Falakiyah NU selalu memberi pengumuman penetapan awal bulan. Untuk Rabiul Awal, pengumumannya tercantum dalam Surat Keputusan Nomor: 92/PB.08/A.II.01.13/13/08/2025 tentang Pengumuman Awal Bulan Rabiul Awal 1447 H Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.

"Sebagai tindak lanjutnya, maka awal bulan Rabiul Awal 1447 H bertepatan dengan Senin Wage 25 Agustus 2025 M (mulai malam Senin) atas dasar istikmal," bunyi keterangan dalam surat itu, dilansir Instagram @falakiyahnu.

Berdasar acuan tersebut, maka 4 September 2025 oleh NU ditetapkan menjadi 11 Rabiul Awal. Keterangan yang sama juga ditemukan dalam Almanak Tahun 2025 oleh Lembaga Falakiyah Pengurus Cabang NU Bojonegoro.

Kalender Hijriah 4 September 2025 Menurut Muhammadiyah

Terhitung sejak 1 Muharram 1447 H kemarin, Muhammadiyah menggunakan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) secara aktif. Harapannya, kalender ini dapat menyatukan umat Islam di seluruh belahan dunia.

Sebab, seperti keterangan di situs Suara Muhammadiyah, KHGT memakai konsep satu hari satu tanggal di seluruh dunia. Dengan demikian, tidak ada lagi perbedaan tanggal di wilayah Bumi yang tersebar.

Dalam KHGT, Muhammadiyah menetapkan 1 Rabiul Awal sehari lebih cepat ketimbang pemerintah dan NU, yakni pada Minggu, 24 Agustus 2025. Berdasar acuan tersebut, menurut Muhammadiyah, 4 September bertepatan dengan 12 Rabiul Awal 1447 H.

Akhir kata, pemerintah dan NU menetapkan 4 September 2025 sebagai 11 Rabiul Awal 1447 H. Sementara itu, Muhammadiyah menganggap 4 September 2025 sebagai 12 Rabiul Awal 1447 H.

Doa Setelah Sholat Dhuha

Sholat Dhuha adalah amalan sunnah dengan jumlah rakaat 2 dan kelipatannya. Sholat ini dikerjakan pada pagi hari, setelah Matahari terbit, sebelum masuk waktu siang. Usai mendirikan, ada doa khusus yang bisa dibaca.

Dilansir laman NU Jawa Timur, doa setelah sholat Dhuha termaktub dalam kitab-kitab fikih mazhab Syafi'i, seperti I'anatut Thalibin dan Hasyiyatul Jamal. Begini redaksi doanya:

اَللهُمَّ اِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَاءُكَ، وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ، وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ، وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ، وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ اَللهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقِى فِى السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعْسِرًا (مُعَسَّرًا) فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِىْ مَآاَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ

Arab Latin: Allāhumma innad dhuhā'a dhuhā'uka, wal bahā'a bahā'uka, wal jamāla jamāluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrata qudratuka, wal ishmata ishmatuka. Allāhuma in kāna rizqī fis samā'i fa anzilhu, wa inkāna fil ardhi fa akhrijhu, wa inkāna mu'siran (mu'assaran) fa yassirhu, wa in kāna harāman fa thahhirhu, wa inkāna ba'īdan fa qarribhu, bi haqqi duhā'ika wa bahā'ika wa jamālika wa quwwatika wa qudratika. ātinī mā atayta 'ibādakas shālihīn.

Artinya: "Wahai Tuhanku, sungguh dhuha ini adalah dhuha-Mu, keagungan ini adalah keagungan-Mu, keindahan ini adalah keindahan-Mu, kekuatan ini adalah kekuatan-Mu, dan penjagaan ini adalah penjagaan-Mu. Wahai Tuhanku, jika rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah. Jika berada di dalam bumi, maka keluarkanlah. Jika sukar atau dipersulit (kudapat), mudahkanlah. Jika (tercampur tanpa sengaja dengan yang) haram, sucikanlah. Jika jauh, dekatkanlah dengan hak dhuha, keelokan, keindahan, kekuatan, dan kekuasaan-Mu, datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada para hamba-Mu yang salih."

Perlu dicatat, doa di atas bukanlah berasal dari Nabi Muhammad SAW, sebagaimana dijelaskan Muhammadiyah dalam situs resminya. Alih-alih, yang membuatnya adalah ahli hukum bernama asy-Syarwani dan ad-Dimyati. Pun, keduanya tidak mengaitkan doa di atas dengan Rasulullah.

Dzikir Setelah Sholat Dhuha

Menurut keterangan dari buku Fiqh Bersuci dan Sholat Sesuai Tuntunan Nabi oleh Abu Utsman Kharisman, dzikir setelah sholat Dhuha dapat ditemukan dalam hadits berikut:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ : صَلَّى رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ الضُّحَى ثُمَّ قَالَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ حَتَّى قَالَهَا مِائَةَ مرة

Artinya: "Dari Aisyah RA beliau berkata: 'Rasulullah SAW sholat Dhuha kemudian mengucapkan: 'Allaahummaghfirlii wa tub alayya innaka antat tawwaabur rahiim' sebanyak 100 kali.'" (HR an-Nasa'i dan Bukhari dalam al-Adabul Mufrad. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh al-Albani)

Dengan demikian, redaksi dzikir yang bisa dibaca sebanyak 100 kali setelah sholat Dhuha adalah:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي، وَتُبْ عَلَيَّ، إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

Arab Latin: Allahummaghfirli wa tub 'alayya innaka antat tawwabur rahim.

Artinya: "Ya Allah, ampuni dosa saya dan terimalah tobat saya. Sesungguhnya Engkau Maha Penerima Tobat dan Maha Pengampun."

Demikian informasi lengkap mengenai kalender Hijriah hari ini 4 September 2025 dan bacaan doa-dzikir setelah sholat Dhuha. Semoga bermanfaat!




(sto/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads