Lurah Manggarai Selatan, Muhammad Sidik, menceritakan saat dirinya mengendarai mobil berpelat merah yang dikira sebagai anggota DPR sehingga diamuk massa demonstrasi 25 Agustus di kawasan Slipi, Jakarta Barat (Jakbar). Mobilnya pun rusak oleh massa dan dirinya sempat dipukul.
Dilansir detikNews pada Selasa (26/8/2025), Sidik bercerita peristiwa terjadi pada Senin (25/8) saat dirinya baru saja balik dari kantor kelurahan. Kala itu Sidik menyuruh sopirnya untuk melewati Kota Bambu hingga masuk ke Jalan S Parman. Hal itu dilakukan lantaran terjadi kemacetan di kawasan Tanah Abang.
Pada pukul 18.30 WIB, mobil dinasnya mulai memasuki Bundaran Slipi. Ketegangan pun mulai terasa saat mobil yang ditumpangi Sidik berpapasan dengan massa yang melakukan demo sejak siang. Dia pun meminta sopirnya untuk tenang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekitar pukul 18.30 pas belokan Bundaran Slipi, ketemulah gerombolan anak-anak SMA, STM gabungan juga setelah dari demo kami belok, ada yang provokator dua orang 'oh itu mobil anggota DPR'. Saya bilang, 'tenang, tenang, sopir', saya tenangkan sopir, jangan panik," kata Sidik kepada wartawan saat mengecek kondisi mobilnya di KS Tubun, Jakarta Barat, Selasa (26/8).
Sidik pun merasa semakin tegang usai diteriaki massa. Tak lama berselang, sekelompok massa menyerang mobil dinasnya.
![]() |
"Kami jalan pelan-pelan, akhirnya dua orang itu mendekat ke belakang mobil langsung memukul kaca, 'buak... buak...' akhirnya terus teriak, 'bakar-bakar, pecahin-pecahin, ini mobil anggota Dewan, DPR'," ucap Sidik.
Sidik pun memilih untuk menjelaskan dirinya bukanlah anggota DPR kepada massa dengan menurunkan kaca mobil. Meski dia bilang dirinya pegawai kelurahan, massa tak peduli.
Sidik mengingat jelas kala mobilnya dinaiki sejumlah orang sembari berteriak sehingga membuat situasi makin mencekam. Dia dan sopirnya pun makin panik melihat aksi sejumlah orang itu.
"Saya berhenti, buka pintu kaca bahwa kami bilang, kami bukan anggota DPR, saya orang kelurahan. Tapi massa tetap merangsek mengelilingi mobil kami. Akhirnya ada salah satu, mungkin yang demo bilang, 'Pak, jangan dibuka kacanya, Pak, terus saja jalan'. Ada yang naik mobil di atas di kanan, ngikutin saya terus langsung 'bakar-bakar, mobil pelat merah'," ungkap dia.
Sidik pun memilih untuk terus melaju meski panik hingga menabrak pedagang kaki lima (PKL).
"Sopir kami panik terus, jalan terus. Akhirnya di depan sekitar Hotel Santika kami sempat menabrak gerobak siomai karena memang kami tidak sengaja, kami panik, kejar-kejar terus akhirnya jalan terus pas pukul 18.45, di depan pom bensin kami sempat menabrak motor, tapi itu tidak kencang, berhentilah mobil," jelas dia.
"Saya keluar, saya bilang saya bukan anggota DPR, saya dari kelurahan, saya bilang, saya orang kelurahan. Ada beberapa orang mukul saya satu orang, 'prak'. Satu orang sudah nyuruh saya, 'sudah Bapak kabur saja', sopir saya, 'Bapak lari saja, Pak'," sambungnya.
Sidik dan sopirnya yang masih memiliki hubungan keluarga itu kebingungan. Dia tak ingin insiden itu membesar.
"Saya juga mikir, lari tapi sopir saya masih di dalam, orang sudah masuk, sudah menghancurkan mobil dinas," katanya.
Sebab menabrak gerobak PKL, Sidik gamang. Dia juga bingung lantaran nyawanya tengah terancam.
"Kami mau bertanggung jawab, tapi situasinya tidak kondusif, bagaimana kami mau bertanggung jawab. Kami yang mikirkan nyawa kami juga nyawa anak buah saya, saya kabur," kata dia.
Massa melepaskan Sidik usai memukul Lurah Manggarai Selatan itu. Dia pun mengaku sebagai warga sekitar Slipi dan ingin pulang ke rumah.
"Lari, rumah saya di sini, di sini kabur, belok pospol saya ditangkap, sampai ditomprok, jatuh saya. Saya bilang, saya orang sini, baru dilepas," katanya.
(afn/ams)