6 Gejala dan Penyebab Baby Blues Beserta Cara Mengatasinya

6 Gejala dan Penyebab Baby Blues Beserta Cara Mengatasinya

Ulvia Nur Azizah - detikJateng
Senin, 25 Agu 2025 13:16 WIB
asian mother taking care her baby without patience sitting floor at home has postpartum depression and crying infant is lying on crib
Ilustrasi baby blues. Foto: Getty Images/iStockphoto/PonyWang
Solo -

Menjadi ibu baru memang memberikan kebahagiaan tersendiri bagi seorang wanita. Namun, bersama rasa senang itu juga kerap muncul kondisi yang disebut baby blues. Gejala baby blues yang dialami setiap ibu juga berbeda-beda dan hal ini terbilang cukup wajar.

Baby blues sendiri adalah kondisi emosional yang umum dialami ibu setelah melahirkan. Gejalanya biasanya muncul dalam beberapa hari pertama setelah persalinan dan bisa membuat ibu merasa tidak stabil secara emosional.

Lantas, seperti apakah gejala yang dialami ketika baby blues serta bagaimana cara mengatasinya? Mari simak informasi lengkap yang dihimpun detikJateng dari laman resmi Rumah Sakit Sardjito, WebMD, South Dakota Department of Health, serta American Pregnancy Association berikut ini!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gejala Baby Blues

Beberapa gejala yang sering muncul pada ibu yang mengalami baby blues antara lain perubahan suasana hati yang cepat. Ibu bisa merasa bahagia di satu waktu, lalu tiba-tiba sedih atau menangis tanpa alasan jelas. Perasaan cemas, mudah tersinggung, atau kewalahan juga sering menyertai kondisi ini.

ADVERTISEMENT

Selain itu, rasa lelah berlebihan membuat ibu kesulitan menjaga pola makan dan merawat diri sendiri. Ada juga perasaan sulit berkonsentrasi, sehingga aktivitas sehari-hari terasa lebih berat. Kesulitan tidur meskipun bayi sedang tertidur juga menjadi salah satu tanda yang sering dialami.

Berikut ini adalah sejumlah gejala yang umumnya muncul pada kondisi baby blues:

  • Perubahan suasana hati yang cepat, dari bahagia ke sedih dalam waktu singkat.
  • Rasa cemas, mudah tersinggung, atau kewalahan menghadapi kondisi baru.
  • Mudah menangis tanpa alasan yang jelas.
  • Rasa lelah berlebihan hingga sulit menjaga pola makan dan perawatan diri.
  • Kesulitan tidur meski bayi sedang beristirahat.
  • Sulit berkonsentrasi dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Gejala baby blues biasanya hanya bersifat sementara. Meski begitu, kondisi ini tetap perlu dipahami agar ibu dan keluarga bisa lebih siap menghadapi masa setelah melahirkan.

Penyebab Baby Blues

Sekitar 7-80% ibu baru mengalami baby blues. Meskipun tergolong ringan dibanding postpartum depression, penting untuk memahami penyebab terjadinya baby blues agar ibu dan keluarga bisa lebih siap menghadapinya. Berikut ini adalah sejumlah penyebab baby blues.

1. Perubahan Hormonal

Salah satu penyebab utama baby blues adalah perubahan hormon yang drastis setelah melahirkan. Selama kehamilan, hormon-hormon tertentu meningkat, lalu turun tajam setelah bayi lahir. Perubahan ini memengaruhi otak dan bisa memicu suasana hati yang fluktuatif, rasa sedih, cemas, atau mudah tersinggung.

2. Kurang Tidur dan Kelelahan

Proses persalinan yang melelahkan serta kurang tidur akibat merawat bayi baru lahir menjadi faktor signifikan penyebab baby blues. Tubuh ibu yang belum pulih sepenuhnya dari proses melahirkan harus menyesuaikan diri dengan pola tidur yang terganggu, sehingga meningkatkan rasa lelah, gelisah, dan mudah tersinggung.

3. Penyesuaian dengan Kehidupan Baru

Kehadiran bayi membawa perubahan besar dalam rutinitas harian. Ibu harus menyesuaikan diri dengan tanggung jawab baru, jadwal menyusui, dan perawatan bayi yang intens. Adaptasi ini bisa menimbulkan stres, kecemasan, dan perasaan kewalahan, yang kemudian memicu baby blues.

4. Pengalaman Emosional Selama Persalinan

Proses persalinan tidak selalu berjalan sesuai rencana. Rasa sakit, ketidaknyamanan, atau pengalaman persalinan yang menegangkan dapat meninggalkan dampak emosional. Kondisi ini sering berkontribusi pada munculnya rasa sedih dan cemas setelah melahirkan.

5. Kekhawatiran Mengenai Bayi

Kondisi bayi yang memerlukan perawatan khusus, seperti bayi yang dirawat di NICU, atau bayi yang rewel dan sulit menyusu, bisa menambah tekanan emosional bagi ibu. Kekhawatiran ini meningkatkan risiko timbulnya baby blues, karena ibu merasa bertanggung jawab penuh terhadap kesejahteraan bayinya.

6. Kurangnya Dukungan Sosial

Dukungan dari pasangan, keluarga, dan lingkungan sekitar sangat penting untuk mencegah baby blues. Penelitian menunjukkan bahwa kurangnya dukungan sosial, terutama dari suami atau orang terdekat, dapat memperparah stres dan kelelahan emosional yang dialami ibu pascapersalinan.

7. Faktor Nutrisi

Asupan nutrisi yang tidak seimbang, terutama kekurangan Omega-3, dapat memengaruhi suasana hati. Omega-3 berperan dalam fungsi otak dan keseimbangan kimiawi yang berhubungan dengan mood. Kekurangan nutrisi ini dapat membuat ibu lebih rentan mengalami perubahan suasana hati setelah melahirkan.

Cara Mengatasi Baby Blues

Dari penjelasan di atas, kita mengetahui bahwa baby blues bersifat sementara. Meski begitu, kondisi ini perlu ditangani dengan baik agar tidak mengganggu keseharian dan interaksi dengan bayi. Berikut beberapa cara efektif yang bisa dilakukan.

1. Bicara dengan Orang Terpercaya

Berbagi perasaan dengan pasangan, keluarga, atau teman dekat dapat membantu meringankan beban emosional. Dengan bercerita, ibu bisa menyalurkan emosi, mendapat dukungan, dan merasa lebih dimengerti. Mengungkapkan apa yang dirasakan bukan tanda lemah, melainkan bagian dari proses pemulihan.

2. Jaga Pola Makan Seimbang

Nutrisi yang baik sangat memengaruhi kondisi emosional. Hindari terlalu banyak karbohidrat sederhana yang bisa memperburuk mood. Pastikan asupan protein, sayuran, buah, dan lemak sehat seperti Omega-3 terpenuhi. Omega-3, terutama EPA dan DHA, juga dapat membantu menurunkan risiko depresi pascapersalinan.

3. Luangkan Waktu untuk Menulis atau Refleksi

Mencatat perasaan dan pengalaman sehari-hari dalam jurnal dapat menjadi sarana ekspresi emosi yang aman. Cara ini membantu ibu memahami mood-nya, mengenali pola stres, dan melihat progres dari hari ke hari.

4. Nikmati Udara Segar dan Aktivitas Ringan di Luar Rumah

Pergi keluar rumah meski sebentar dapat memberi perubahan perspektif dan mengurangi rasa terjebak di rutinitas bayi, seperti menyusui atau mengganti popok. Paparan cahaya matahari dan lingkungan baru membantu pikiran rileks dan mood stabil.

5. Minta Bantuan Keluarga atau Teman

Mengatur waktu untuk tidur, makan, atau sekadar istirahat bisa lebih mudah dengan bantuan orang terdekat. Dukungan bisa berupa menyiapkan makanan, menjaga bayi sebentar, atau membantu tugas rumah tangga. Fokus utamanya adalah memberi ruang bagi ibu untuk beristirahat dan menikmati momen bersama bayi tanpa tekanan.

6. Beri Waktu untuk Adaptasi

Tidak perlu menuntut diri untuk mejadi ibu atau orang tua yang sempurna dalam beberapa minggu pertama. Pemulihan fisik dari persalinan dan penyesuaian dengan rutinitas bayi membutuhkan waktu. Bersabarlah dengan diri sendiri dan biarkan proses ini berjalan alami.

7. Perhatikan Durasi dan Intensitas Gejala

Baby blues biasanya muncul dalam beberapa menit hingga beberapa jam sehari dan hilang dalam 1-2 minggu setelah melahirkan. Jika gejala terus berlangsung lebih dari dua minggu atau semakin berat, ini bisa menjadi tanda postpartum depression, sehingga perlu konsultasi ke tenaga kesehatan.

8. Konsumsi Suplemen yang Dianjurkan

Jika diperbolehkan oleh dokter, suplemen Omega-3 dapat membantu menurunkan risiko baby blues dan postpartum depression. Nutrisi ini penting baik untuk ibu maupun perkembangan bayi.

Perbedaan Baby Blues dan Postpartum Depression

Baby blues dan postpartum depression (PPD) sama-sama terkait dengan perubahan mood setelah melahirkan, tetapi ada perbedaan penting yang membedakan keduanya.

1. Durasi dan Intensitas

Gejala yang muncul pada baby blues bersifat sementara dan ringan. Biasanya muncul pada hari ke-2 atau ke-3 setelah persalinan dan cenderung membaik dalam waktu 1-2 minggu. Sedangkan postpartum depression lebih berat dan berlangsung lebih lama, bisa muncul beberapa minggu hingga bulan setelah melahirkan, serta gejalanya tidak membaik bahkan dapat bertambah parah.

2. Gejala Emosional

Pada baby blues, ibu mungkin mengalami perubahan mood yang cepat, mudah sedih atau menangis, cemas ringan, lelah, iritabilitas, dan sulit konsentrasi sesekali. Sementara pada postpartum depression, perasaan sedih, putus asa, atau tidak berharga terjadi hampir sepanjang waktu. Ibu bisa kehilangan minat terhadap bayi atau kegiatan sehari-hari, muncul rasa bersalah berlebihan, dan sulit merasakan kebahagiaan.

3. Dampak pada Aktivitas Sehari-hari

Gejala baby blues umumnya tidak mengganggu kemampuan merawat bayi secara signifikan. Ibu masih bisa menjalankan rutinitas sehari-hari meskipun merasa lelah atau sedih sesaat.

Sebaliknya, postpartum depression dapat mengganggu fungsi sehari-hari, termasuk merawat bayi. Ibu mungkin kesulitan makan, tidur, atau melakukan tugas perawatan bayi karena rasa cemas, depresi, atau kelelahan yang ekstrem.

4. Faktor Risiko

Hampir semua ibu baru berisiko mengalami baby blues karena perubahan hormon dan kelelahan fisik pasca persalinan, dengan prevalensi sekitar 70-80%. Sementara itu, postpartum depression terjadi pada sekitar 10% ibu baru melahirkan. Risikonya meningkat jika ada riwayat depresi sebelumnya, masalah kesehatan bayi, kehamilan sulit, stres tinggi, kurang dukungan sosial, masalah finansial, atau hubungan yang kurang harmonis.

5. Keterkaitan dengan Suasana Hati dan Tidur

Gejala baby blues muncul dan hilang sepanjang hari, kadang hanya beberapa menit atau jam, dengan gangguan tidur ringan meski bayi sedang tidur. Pada postpartum depression, gangguan suasana hati konsisten, rasa lelah dan cemas terus-menerus, insomnia berat, serta sulit merasa tenang atau nyaman.

6. Durasi Munculnya Gejala

Gejala baby blues biasanya membaik sendiri dalam dua minggu. Dukungan sosial dan perawatan diri dapat membantu mempercepat pemulihan. Sementara postpartum depression membutuhkan perhatian profesional jika gejala bertahan lebih dari dua minggu atau semakin parah. Konsultasi dengan tenaga kesehatan penting agar ibu mendapatkan penanganan yang tepat.

Sampai di akhir pembahasan ini, apakah kamu telah memahami gejala dan penyebab baby blues, detikers? Semoga penjelasan di atas bermanfaat!




(par/aku)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads