27 Puisi Hari Kemerdekaan 17 Agustus Penuh Semangat, Cocok untuk Lomba

27 Puisi Hari Kemerdekaan 17 Agustus Penuh Semangat, Cocok untuk Lomba

Anindya Milagsita - detikJateng
Jumat, 08 Agu 2025 16:02 WIB
Ilustrasi puisi kemerdekaan
Foto: Dok. iStock
Solo -

Ada berbagai cara yang bisa dilakukan oleh masyarakat Indonesia dalam menyambut peringatan hari kemerdekaan di tanggal 17 Agustus setiap tahunnya. Termasuk dengan membaca puisi bertemakan Proklamasi Kemerdekaan atau perjuangan para pahlawan dalam meraih kemerdekaan di masa lalu. Berikut akan diuraikan 27 puisi Hari Kemerdekaan 17 Agustus untuk dijadikan sebagai referensi bacaan bagi berbagai kalangan masyarakat.

Biasanya puisi bertemakan Proklamasi Kemerdekaan dibacakan untuk memaknai atau mengenang kembali momentum bangsa Indonesia akhirnya bisa merdeka dan terbebas dari belenggu penjajah. Bukan hanya itu saja, puisi 17 Agustus juga sering kali menjadi ide lomba yang diselenggarakan di berbagai aspek kehidupan. Baik itu di sekolah, kantor, instansi, lembaga, hingga tingkat karang taruna sekali pun.

Nah, bagi detikers yang membutuhkan referensi puisi bertemakan Hari Kemerdekaan 17 Agustus, artikel ini akan merangkum beberapa contohnya. Simak baik-baik berbagai pilihannya berikut ini, yuk!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

27 Puisi Hari Kemerdekaan 17 Agustus

Mengacu dari buku 'Antologi Puisi Kemerdekaan - Indonesia Maju' oleh Komunitas Muda Bersejarah, 'Antologi Puisi Kemerdekaan: Kepak Sayap Unitomo Untuk Negeri' oleh Damajanti Sri Lestari, dkk., 'Antologi Puisi Kemerdekaan' karya Alfin Nirhayatul Islamiyah, dkk., 'Puisi Kemerdekaan: Antologi Puisi' karya 17 Guru Indonesia, 'Antologi Puisi Tema Kemerdekaan' oleh Nur Rahmi dkk., berikut kumpulan puisi Hari Kemerdekaan 17 Agustus yang dapat menjadi referensi bacaan dalam menyemarakkan HUT RI di tahun ini.

ADVERTISEMENT

1. Mengisi Kemerdekaan oleh Suyono, SPd, MPd

Mengisi kemerdekaan ini
Aku adalah pejuang kedua orang tuaku
Karena saya orang yang tak mampu
Dan aku akan mewujudkan mimpiku
Menjadi tulang punggung keluarga
Dan saya akan membahagiakan kedua orang tuaku

Aku akan menjadi panutan bagi adik-adikku
Demi terwujudnya cita-cita mereka
Agar kebahagiaan menyelimuti raga orang tuaku

Permata indah impian mereka
Tergenggam erat dalam dekapannya
Kerutan-kerutan wajah terlihat bak gelombang
Saat senyuman merekah di bibirnya.

Bayangan ini, akan menjadi penyemangat
Untukku berjuang melawan derasnya
Arus kehidupan, yang bisa membuatku terhanyut
Jika tak mampu.

2. Para Legenda oleh Kusuma Wijaya

Ya, hari 16 boelan 8 tahoen '45 saat itu.
Adakah hari 17 bila tidak ada hari 16 di masa itu?
Adakah hari Jumat bila tidak ada hari Kamis kala itu?
Adakah proklamasi bila sebelumnya tidak ada aksi?

Adakah Pegangsaan Timur 56 bila Rengasdengklok tak menjadi saksi?
Entahlah, ada yang percaya Tuhan sudah menggariskan.
Ada yang bertutur alur sejarah memang tak terelakkan.

Ya, sebentar lagi semua akan terkenang kembali.
Semua akan kembali mengingat maklumat pemegang kendali.
Semua akan kagumi sang proklamator wali bangsa Indonesia,
Bung Karno dan Bung Hatta yang tak lekang oleh usia.

Tetapi, siapa yang ingat pertentangan golongan tua dan golongan muda?
Golongan tua memilih jalan aman dan wacana tanpa jeda.
Golongan muda bersikeras merdeka sekarang tanpa ditunda.
Siapa yang akan ingat Tan Malaka dengan keras kepalanya mendesak para pemuda Menteng 31 untuk berteriak merdeka selamanya?
Siapa yang kenang Wikana, Jusuf Kunto, Syudanco Singgih dan Sukarni yang kala itu mengamankan Bung Karno dan Bung Hatta dengan berani, lantas mendesak pendiri bangsa proklamirkan kemerdekaan sekarang juga?
Tak perlu menunggu janji-jani yang nyatanya tak akan pernah terduga.
Tak perlu melalui carut marut kuasa yang tak pernah berbuah lega.
Ya, hari 17 boelan 8 tahoen '45 atau tidak sama sekali.
Ya, merdeka 100 persen atau lebih baik mati berkali-kali.

Entahlah, siapa yang akan mengenang nama-nama mereka.
Toh mereka tak berharap dikenang setelah Indonesia merdeka.
Hormatku untuk Merah Putihku.
Baktiku untuk Indonesiaku.

3. Tiga Kolom Editorial Kemerdekaan oleh Andreas Agil Munarwidya

1/
Andai kemerdekaan serupa barang dipajang dalam etalase
Dipilih diambil dibayar seharga bahan kebutuhan manusia
Tak akan kita lihat itu berita:
Tentang Abkhazia serta Ossetia Selatan
Antara Nagorno-Karabkh dengan Azerbaijan
Atau Israel versus Palestina yang berdarah-darah
Dan juga Indonesia sebenarnya
Sebelum tanggal tujuh belas bulan delapan tahun satu sembilan empat lima

2/
Barangkali memang kemerdekaan itu mitos belaka
Di siaran radio, di program tivi-tivi, di internet sekaligus
Semua pekik, "Kita sudah merdeka!"
Tapi paradoks adalah kedok kenyataan
Penjajahan di atas dunia tidak pernah dihapuskan
Karena bisa jadi hanya nama itu perikemanusiaan dan perikeadilan

3/
Karena kemerdekaan itu barang langka
Serupa dipamerkan dalam museum
Dipandang difoto dikomentari
Mahfum tak 'kan bisa dibeli dengan harga tiket masuknya
Dan, ah.. kemerdekaan itu belumlah hak segala bangsa
Ditulis bermaterai enam ribu
Disobek santai oleh orang-orang berkuasa

4. Kisah Tanah Legenda oleh Ayu Zagita

Manakala kisah terdahulu
Derai-derai merah menutup pertiwi
Pula penuh sesak jeritan pilu
Ulah momok yang menimbun peti
Bara serdadu kian beradu

Menepis ruam pada tungkai yang ruai
Lepas kepung daratan tanpa tandus
Tembang-tembang kemenangan menggema
"Merdeka!"
"Kita merdeka!"

Tabu gemuruh suka cita tergambar
Manakala pergumulan landai tumbang
Khatam sudah kisah tanah legenda
Lantas dilukis penuh tinta merah

Laksana bulan mengenang malam
Lencana terpatri menembus kalam

5. Indonesia Maju oleh Istiqomah Sufyani

Wahai Indonesiaku
Aku bersyukur menjadi kewarganegaraanmu Indonesiaku
Aku bersyukur telah diperjuangkan para pejuang karena Indonesia

Tanpa jasa para pejuang
Aku ataupun kita tak bisa berada dalam zona ketenangan seperti sekarang ini
Ketenangan dalam apa?
Ketika kita bisa bernapas lega tanpa terdengar lagi suara tembakan dan darah berjatuhan di mana-mana
Dan tidak ada lagi para kaum hawa menangis ketika diinjak, dipukul dan digunakan seenaknya semena-mena, bahkan dilecehkan bukan sesuai kodratnya kaum wanita
Tidak ada lagi pekerjaan tanpa upah ataupun gaji bagi kaum lelaki
Kini kami bebas dari segala rasa itu

Wahai Indonesiaku
Majulah Indonesiaku
Izinkanku berjuang sebagai pembela negaraku wahai Indonesia
Izinkanku menjadi salah satu pejuangnya
Untuk masa depan yang akan datang
Untuk anak-anakku, anak Indonesiaku yang kian berkembang dengan baik

Karena pada hakikatnya zaman dahulu adalah sejarah
Namun dari sejarah kita akan belajar
Kita akan memulai belajar memperbaiki
Belajar berjuang untuk Indonesia agar setiap zamannya tetap maju bersama
Bersama meraih impian para pejuang
Belajar menjadi yang baik sepenuh hati untuk Indonesiaku tercinta
Belajar menjadi pejuang penuh kebahagiaan dan kebanggaan untuk Indonesiaku

Wahai Indonesiaku
Jika kumulai malas, lalai dengan semua perjuangan para pejuang
Tolong ingatkan aku agar tidak larut dalam kemalasan dan kelalaianku
Karena pada hakikatnya aku adalah seorang manusia yang penuh kekhilafan dan tak luput dari kesalahan

6. Merdeka atau Mati oleh Yamin

Darah menggenang di tanah tak bertuan
Ratusan nyawa melayang
Bergelimpangan di medan perang
Mengangkat panji kemenangan

Seorang pejuang berteriak lantang
Gagah berani memegang senjata lawan penjajah
Dua kata menjadi pilihan
Merdeka atau mati

Tubuh kekar dihujani peluru
Penuh lubang di sekujur tubuh
Darah bercucuran mereka tetap tegak berdiri
Sekali lagi lantangkan merdeka atau mati

7. Merdeka, Kini dan Nanti oleh Ahmad Suryadi

Merdeka ini adalah upaya yang tak kenal lelah
Usaha yang tak pernah menyerah
Merdeka ini adalah cucuran keringat dan darah
Yang setia mencucur hingga melimpah ruah

Merdeka ini adalah lelah
Lelah yang dirasakan oleh setiap jiwa
Merdeka ini tak mudah digapai
Karena berjuta ton darah raib serta tergadai

Merdeka didapat dengan taruhan nyawa
Demi merdeka jutaan nyata dan jiwa melayang
Demi merdeka untuk senyum esok yang lebih
Demi merdeka untuk senyum bangsa Indonesia
Demi merdeka ibu pertiwi, kini dan nanti

8. Kamilah yang Pantas Merdeka oleh Annuquyah

17 Agustus kembali datang
Banyak sejarah, banyak pengorbanan, banyak peninggalan
Musim yang mengabadikan
Buku sejarah yang menceritakan

Inilah kami tidak takut gugur di medan perang
Tujuan kami bukan kematian melainkan kemerdekaan abadi
Wahai penjajah!
Kedatanganmu memberontak, merampas, mencaci maki dan menyiksa orang-orang tak berdosa

Entah mengapa kata putus asa
Tidak pernah tertulis dalam pendirian kami
Meskipun pada akhirnya kami jadi sejarah yang mungkin selamanya dikenang

Sebelum itu, darah menjadi minuman kami
Bunyi pistol menjadi syair di setiap derap langkah
Peluru menjadi makanan kami
Ada yang melintas, ada yang diam
Ada yang menembus tubuh memanggil kematian

Tumbuh menjadi pengorbanan
Kami dapatkan kemerdekaan yang kami impikan
Kamilah yang pantas merdeka

9. Untuk Siapa oleh Rachmat Priyanto

Untuk siapa kemerdekaan ini ?
Bila pekik kemerdekaan itu keluar dari perut anak bangsa yang kelaparan
Saat teriakan "merdeka" terucap dari jutaan anak bangsa yang tersisih kehilangan pekerjaan
Gema kemerdekaan keluar dari perut bumi pertiwi yang terus dirampok tiada henti

Apalah arti merdeka ?
Bila negeri ini terbenam oleh hutang triliyunan yang tak mangkin lunas hingga tujuh turunan
Anak bangsa hanya jadi penonton dan tersisihkan oleh jutaan aseng yang masuk tiada henti
Kemiskinan,pengangguran dan ketidakadilan menjadi hadiah ke 76 tahun kemerdekaan ini

Haruskah ku teriakkan kata "merdeka"?
Bila korupsi dan kolusi begitu bebas dilakukan dengan penuh kebanggaan di negeri ini
Aset aset penting yang jadi kebanggaan negara ini tergadaikan demi ambisi kekuasaan
Sang merah putih pun berkibar lesu karena kedaulatan negeri yang terus dalam ancaman
Entah kemana burung garuda yang pernah jadi kebanggaan negeri ini telah pergi?
Di mana negeri Indonesiaku yang dulu ku kenal kaya raya, indah, subur dan makmur kini?
Tidur dan bermimpilah nak, diatas perut lapar ibunda
Biarlah mereka habiskan triliyunan rupiah di hari ulang tahun ini yang tak tahu untuk siapa?

10. Satu Kata oleh Rosida Putri Sahara

Untuk siapa kemerdekaan ini?
Bila pekik kemerdekaan itu keluar dari perut anak bangsa
yang kelaparan
Saat teriakan "merdeka" terucap

Naiknya merah putih membawa peluh serta rintih
Satu bangsa yang tersakiti terseok maupun terbantai
Bambu runcing, golok pun belati mulai bangkit walau tertatih
Hidup atau mati demi satu kata, Diulangi, demi satu kata
Merdeka

11. Bumi Pertiwi oleh Nur Rahmi

Merdeka adalah upaya yang tak kenal lelah
Untuk tiap tetes keringat dan darah Setia bercucur hingga melimpah ruah Demi sang merah putih berdiri dengan gagah Merdeka!!!
Seru mereka
Oh, Bumi Pertiwi ku ini
Diperjuangkan tak takut mati
Namun saat ini kau dikhianati
Bendera berkibar semakin tinggi
Merah semakin memudar
Putih semakin menguning
Yang berhak masih berpaling

Hukum diperjual beli
Kebenaran dicaci maki
Keadilan ditusuk duri
Apa makna kemerdekaan ini?
Jika rakyat tak dapat menikmati
Harga barang pokok menjulang tinggi
Kemiskinan mendominasi
Apa benarkah kita sudah merdeka kini?

12. Kita Sudah Merdeka oleh Dinda Safira

Jajaran-jajaran ranjau merobek tapak
Darah segar mulai tercucur
Menelusuri tanah demi tanah di negeri Indonesia. Tapi....apa mereka berhenti? tidak!!! Sama sekali tidak! Hingga akhirnya, seruan 'MERDEKA' menggelegar.

Sontak langkah mereka terpacu untuk melangkah lebih cepat Sang saka mulai naik, naik, dan naik. Hingga ia berada tepat di pucuk kemerdekaan. Semua bibir melengkung sempurna bersamaan dengan mata yang menyipit

Tak kan ada lagi darah yang akan mengalir setelah ini

Dan hingga kini sang saka akan terus berkibar

Bahkan esok, nanti, akan seterusnya akan tetap begitu.

Perjuangan mereka telah terbayar
Tak kan ada lagi penindasan
Tak kan ada lagi pemaksaan
Yang ada hanyalah kemerdekaan
Ya....merdeka

13. 17 Agustus oleh Suyono, SPd, MPd

17 Agustus yang penuh semarak
Pekik "Merdeka" kata itu menggema di setiap daerah
Melalui perjuangan pahlawan yang telah gugur
Perjuangan yang mampu membawa indonesia
Menuju kemerdekaan
17 Agustus angka bersejarah
Kemajuan dan prestasi dipamerkan
Untuk mengisi kemerdekaan
Bendera indonesia berkibar dengan gagah
Meliuk bersama hembusan angin
Lagu kebangsaan dinyanyikan
Negara indonesia semakin bergema di seluruh dunia

17 Agustus menjadi saksi
Kemerdekaan indonesia tak sebatas mimpi
Kemerdekaan kita diraih dengan tetes darah dan air mata
Indonesia bisa menikmati udara kemenangan

17 Agustus semua berlomba
Menuju lapangan, menatap dan menghormati sang saka
Merah putih telah berkibar
Bersama semangat kemerdekaan
Indonesia kini telah merdeka.

14. Barisan Masa Depan oleh Acep Suhendar

Kami sudah siap bergerak
Kami sudah tak sabar untuk menatap langit
Gerakan kami serentak
Untuk segera menemukan berlian yang terkubur

Nyali kami tak bisa diukur oleh apa pun
Ketika bel mulai berbunyi
Kami akan berlari sekencang-kencangnya
Menyongsong masa baru yang akan hadir

Beritakan hal ini pada Bung Karno
Beritakan juga hal ini pada Bung Hatta
Bahwa mereka tak pernah sia-sia menciptakan negeri ini
Bahwa mereka telah berhasil memerdekakan bangsa ini

Kami barisan masa depan bergerak tanpa batas
Lampaui batas kemampuan dan bakat kami
Kami nyawa negeri ini
Kami pondasi bangsa ini

Dan kamilah yang akan memandu ibu bapa
Menuju podium kemenangan sesungguhnya

15. 1708 oleh Ahmad M Mabrur Umar

1708
Sejarah negeri telah terukir dalam ribanya
Dahulu dijajah, kini lantang bersorak merdeka
Merah putih berkibar gagah penuh karisma
Salam satu semboyan Bhinneka Tunggal Ika

1708
Takkan rela terjajah lagi
Malam suram berganti cerah mentari pagi
Tidak lagi terdengar tangisan pertiwi
Datanglah segera, jangan ayal lagi

1708
Bukti sejati juang para pahlawan
Mengangkat bambu, bedil pun dilawan
Penjajah dilawan, negeri sendiri jadi kawan
Walau langit kelam berbalut pekat sang awan

Jangan lagi, jangan ada lagi
Tumpah darah karena beda tak berperi
Bersatulah bangsaku seperti para terdahulu
Jangan ada jajah, pun dari bangsa sendiri

16. Hari Kemenangan Indonesia oleh Ade Yulfani

Bukan begini negeriku dulu
Semua penuh darah, asap dan debu
Senapan mengeluarkan peluru
Dengan suara yang bergemuruh
Kini negara aman terjaga dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika
Berdiri dengan kokoh berlandaskan Pancasila
Terangkai dalam Undang Undang Dasar negara tahun 1945
Bebas tanpa terikat dengan Hak Asasi Manusia
Pada 17 Agustus 1945 benderaku tersenyum indah di cakrawala
Lewat perjuangan para pahlawan yang mengorbankan
kata semangat juang penuh perkasa
Kini aku bangga menjadi anak Indonesia
Di hari ini adalah hari ulang tahun Indonesia merdeka
Ku coba mengingat ulang pelajaran tentang HUT RI yang tercinta
Karena cita-cita harus dilanjutkan oleh generasi muda bangsa
Bendera merah putih berkibar di bumi pertiwi yang merdeka
Tiada kata indah selain doa syukur atas nikmat dari yang maha esa
Kemenangan sejati kini semua rasakan indahnya Indonesia merdeka jaya selamanya

17. Kata Merdeka oleh Suyono, SPd, MPd

Tak terhitung darah tertumpah membanjiri persada
Ribuan nyawa melayang bersama dentuman bom penjajah
Yang tersisa berjuang mati-matian
Demi mengusir penjajah melawan penjajah

Pahlawan engakau rela berkorban
Demi terwujudnya kata merdeka
Jasamu akan kami kenang
Begitu juga pengorbananmu...

Hari ini adalah hari kemerdekaan
Dimana pada hari ini bangsa indonesia
Memperingati hari kelahiranmu
Dari segala penjuru negeri ini...

Semangat para pahlawan
Juga tertanam didalam diri kita
Saat ini indonesia telah merdeka
Jayalah indonesia, merdeka...

18. Pahlawan oleh Muhammad Zainur

Indonesia tanah air ku.
Pahlawan melawan penjajah demi negaraku.
Walaupun badan di tembus peluru.
Tapi semangat mereka tetap menggebu.
Mereka rela berkorban nyawa.
Demi Indonesia lekas merdeka.
Jasa mereka takkan kulupakan.
Setiap tanggal 17 Agustus kan selaluku kenangkan.
Berhari-hari mereka bersembunyi.
Menerkam awan dengan bambu runcing.
Walaupun pun nyawa akan melayang.
Tetap berani maju untuk kemerdekaan.
Sekeras itulah perjuangan mereka.
Mereka berjasa demi kemerdekaan bangsa
Meski raga hancur tertimpa tanah
Tapi namamu akan selalu terkenang
Terima kasih pahlawanku.
Walau asamu tak sesederhana itu.
Aku berjanji akan menjaga peninggalanmu.
Takkan ku biarkan Negara ini seperti dulu.

19. Negeriku oleh Wilda Selvianti

Negeriku dulu
Dipenuhi asap dan peluru
Tangisan di setiap penjuru
Membuat semua raga rapuh

Jeritan mengisi saksi bisu
Betapa sakitnya negeriku
Sakit yang tak terbayangkan
Perih mengisi hati ku
Pahlawan bangsa berjuang
Demi pulihkan negeriku
Negeri yang begitu suci
Jauh dari penjajahan.

Negeriku....
Sekarang kau telah pulih
Berkat perjuangan pahlawanku
Kau kembali asri nan jaya.

20. Merdeka oleh Raden Ali

Aku berterima kasih
Pada tuhan dan juga para pahlawan
Yang telah memperjuangkan kemerdekaan
Hingga mereka rela menghilang dari kehidupan

Di madura ada sakera juga para kiai
Yang selalu siap berperang demi merebut kembali NKRI
Selama 350 tahun mereka tak pernah tidur
Untuk memerangi para tentara sekutu

Terima kasih pahlawanku
Sampai sekarang jasamu kan kukenang selalu Semoga NKRI tetap tegak berdiri Hingga ribuan agustus mendatang

21. Realita Kemerdekaan Bersuara oleh Ade Lanuari Abdan Syakura

Buat apa mereka jika kebebasan berbicara dibungkam?
Kritik ke atas hancur tangan dipasung
Bukankah sebuah suara manusia bernilai kebaikan
Apabila ditanggapi secara bijak?

Sayang tidak bagi kita yang berada di sini
Kritik hanyalah upaya menebar fitnah keji
Untuk menjatuhkan orang lain

Sungguh tak pernah terbayang dalam benak kami
Untuk menebar fitnah di sini
Menghancurkan negeri yang telah lama merdeka dari rongrongan penjajah

Kami hanya ingin memperbaiki negeri ini dengan lisan kami
Kami hanya ingin menyampaikan bahwa kemerdekaan
Tak hanya mengusir para penjajah
Melainkan menghancurkan segala hal yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan
Sehingga memanusiakan manusia bukan lagi menjadi pemanis bibir
Sejatinya menjadi ruh dalam setiap perbuatan mereka

Kami rindu kemerdekaan ini
Di mana nyaris tergenggam pada tangan
Apakah kami bisa menggapainya di masa depan?

22. Merdeka Itu Mahal oleh Ahza Purnama

Jika aku ingin bebas
Jika kau ingin tak terikat
Jika kau ingin tak tertekan
Jika kau ingin hidup damai
Berarti kau ingin merdeka kawan

Tapi apa yang kau buat
Apakah sudah berkorban
Apakah sudah juang
Apakah sudah perang
Atau hanya berpangku tangan kawan

Tahukah kau
Ribuan jiwa runtuh tertimbun
Untuk membebaskan pertiwi dari penjajah keji
Walau darah membanjiri raga kawan
Ingat merdeka itu mahal

Jangan sia-siakan kemerdekaan ini
Merdeka itu tak bisa dibeli
Jangan samakan seperti roti
Merdeka itu sebuah ikatan hati
Dari pejuang untuk pertiwi

23. Detik-detik Kemerdekaan oleh Rahmy Ardhie

Telah tersekat nafas nafas
rakyat menunggu cemas
dalam derita dan nestapa
nyawa-nyawa melayang tidak berharga

Saat itu, penjajah merangsek ke pelosok desa
memutar balikkan fakta
menghasut dalam dusta
membungkam berita

Detik-detik kemerdekaan telah sampai
di penghujung pagi
Soekarno Hatta tampil ke depan
proklamasi kemerdekaan dibacakan

Kata merdeka telah menggema
mengangkasa ke penjuru bangsa
menyusup ke dalam sukma
seluruh rakyat gembira menyambut
kemerdekaan Indonesia
dalam haru dan bahagia

24. Merah Putih untuk Pertiwi oleh Alfin Nihayatul Islamiyah

Guratan tinta emas dalam kertas bekas
Memori masa kelam terlintas
Dalam balutan darah yang masih menggenang
Melaju melewati masa menjadi kenangan

Maksud terbuai dalam hati yang luluh
Kisah puluhan tahun yang beradu dalam peluh
Kelu rasanya hati berdayuh-dayuh
Kertas bekas waktu menjadi rapuh

Merdeka! Diiringi Indonesia raya yang menggema
Air mata yang siap meluncur kapan saja
Penantian di penghujung usia
Akhir kata yang menjadi lega seluruh warga bumi putera

25. Mentari Indonesia oleh Bunda Azki

Derap langkah para penjaga paksa
Letupan senjata tanpa aksama
Ribuan nyawa hilang tanpa dosa
Hanya derai air mata yang berkuasa

Ketika doa dan air mata bersama
Penjuru bumi langit berkuasa
Sebilah bambu runcing mencakar angkasa
Kekuatan besar mencabar bumi seisinya

Merdeka, merdeka, merdeka
Peluh dan lara berganti indahnya nirwana
Luka tikam menganga berganti senyuman sukma
Ribuan dera tergantikan secercah sinar khatulistiwa

Kisah romansa akan indah pada waktunya
Bukan karena kamu dan aku saja
Namun korelasi keduanya
Karena kita sama, kita adalah Indonesia

26. Anugerah Terindah oleh Asfis Suminarsih

Tiada kata yang dapat terucap
Kala membaca lembaran kitab-kitab
Kubaca dengan hati yang ikut terlelap
Dalam buaian sejarah pejuang penuh harap

Berikan segala jiwa raga mereka
Tiada takut akan bahaya
Bersama-sama wujudkan asa
Hingga raga terpisah dengan nyawa

Meski kini mereka telah tiada
Kami kan mengenang dan memuja
Perjuangan telah dapatkan merdeka
Anugerah terindah dari Sang Pencipta

27. Pahlawanku oleh Suyono, SPd, MPd

Saat kutatap fotomu
Di di setiap ruangan kelas
Berjejer figura-figura yang terlihat rapi
Dalam hari aku mengagumimu

Tatapanmu tajam, seakan ingin penjajah cepat pergi
Kepalan tanganmu menunjukan kharismamu
Sebagai orang yang tangguh
Bangga pernah memilikimu
Pahlawanku

Perjuanganmu kini kami nikmati
Mampukan kami mengisi hasil perjuanganmu
Jasamu akan ku kenang selalu
Sampai akhir hayat hidupku

Takkan rapuh semangatku
Mengingat akan perjuanganmu
Yang telah gugur dimedan tempur
Ragamu telah pergi, tapi semangatmu tetap hadir di tengah kami

Terimakasih atas perjuanganmu
Walau kami hanya bisa menatapmu melalui bingkai foto
Merah putih menjadi saksi bisu nasibmu
Semangat ini
Yang selalu berkibar di hatiku

Itulah tadi rangkuman puisi Hari Kemerdekaan 17 Agustus yang bisa dibaca untuk menyemarakkan peringatan Proklamasi Kemerdekaan di tahun ini. Semoga membantu!




(par/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads