Kongres Partai Solidaritas Indonesia (PSI) 2025 resmi dibuka hari ini di Gedung Graha Saba Buana, Kota Solo. Kongres yang berlangsung dua hari ini kan ditutup di Edutorium UMS Solo, besok.
Pembukaan Kongres PSI di Gedung Graha Saba Buana, Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo, hanya dihadiri oleh internal PSI. Di antaranya ada Ketua Dewan Pendiri PSI, Jeffrie Geovanie, anggota Pendiri PSI Grace Natalie, Raja Juli Antoni, dan lainnya. Kemudian ada tiga Calon Ketua Umum PSI periode 2025-2030, yakni Ronald A Sinaga atau Bro Ron, Kaesang Pangarep, dan Agus Mulyono Herlambang.
Dalam sambutannya, Ketua Dewan Pendiri PSI Jeffrie Geovanie memperkenalkan anggota Dewan Pendiri PSI satu per satu. Saat memperkenalkan Grace Natalie, dia juga menyinggung soal isu minoritas yang dimiliki Grace, namun tetap diangkat menjadi Ketum PSI yang pertama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pendiri berikutnya yang ingin saya sampaikan adalah, lima minoritas bernama Grace Natalie," kata Jeffrie, Sabtu (19/7/2025).
Minoritas pertama, ujar Jeffrie, Grace menjadi pemimpin parpol yang bergender perempuan. Dia bilang politik di Indonesia terlalu maskulin, didominasi laki-laki. Minoritas kedua yang dia maksud yaitu Grace beragama Kristiani.
"Minoritas ketiga, suku. Suku terbesar di Indonesia adalah suku Jawa. Harusnya kita memilih Ketum kita suku Jawa. Kita berani ambil resiko, minta Grace jadi ketum. Grace adalah suku Tionghoa," ujarnya.
Minoritas keempat adalah cantik. Jeffrie menyebut dalam politik Indonesia, susah mencari politisi yang cantik. Dan, minoritas yang kelima adalah pintar.
"Mohon maaf teman-teman politik, pinter pun juga minoritas di politik Indonesia. Biasa orang pintar lebih suka masuk menjadi pegawai bank, menjadi pegawai negeri," ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Jeffrie mengingat 10 tahun lalu saat mengangkat Grace Natalie menjadi Ketua Umum PSI yang pertama. Awalnya, ia menyadari PSI akan menjadi besar jika dipimpin oleh tokoh besar. Dia bilang tokoh yang menjadi inspirasi PSI ialah Presiden ke-7 Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi).
"Kalau kita datang, meminta untuk memimpin kita pada saat itu, pasti dia (Jokowi) menolak mentah-mentah. Kita tahu diri, saya katakan kita mulai dengan apa yang kita punya," ucapnya.
"Percaya sama saya, 5, 8 atau 10 tahun ke depan orang yang kita idam-idamkan itu, orang kita anggap sebagai inspirasi kita dalam berpolitik, yaitu Pak Jokowi, pasti akan jadi bagian dari keluarga besar kita," imbuhnya.
(dil/dil)