Sejarah Benteng Stelsel, Taktik Belanda Kalahkan Pangeran Diponegoro

Sejarah Benteng Stelsel, Taktik Belanda Kalahkan Pangeran Diponegoro

Anindya Milagsita - detikJateng
Minggu, 13 Jul 2025 12:13 WIB
Pangeran Diponegoro
Pangeran Diponegoro. Foto: (dok. istimewa)
Solo -

Selama berjuang melawan penjajah tidak sedikit pahlawan kita yang harus menghadapi rintangan dan kesulitan tertentu. Tidak terkecuali Pangeran Diponegoro yang harus melakukan perlawanan atas benteng stelsel yang digunakan oleh pihak Belanda.

Untuk diketahui, Pangeran Diponegoro merupakan salah satu Pahlawan Nasional yang menunjukkan perjuangan tak kenal putus asa dalam menghadapi pihak penjajah. Disampaikan dalam buku 'Sejarah Nasional Indonesia: Masa Prasejarah Sampai Masa Proklamasi Kemerdekaan' karya M Junaedi Al Anshori, Pangeran Diponegoro merupakan cucu dari Sultan Hamengku Buwono II.

Dirinya merupakan sosok yang menaruh perhatian pada penderitaan rakyatnya. Terutama kondisi saat rakyat yang saat itu dibebankan untuk membayar pajak di tengah kondisi yang sulit. Pajak tersebut dikatakan dibayarkan kepada pihak penjajah. Kemudian ada tindakan penjajah yang membuat Pangeran Diponegoro memilih untuk memberikan perlawanan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu di antaranya adalah keputusan pihak Belanda dalam membuat jalan yang berada di area pemakaman leluhur Pangeran Diponegoro. Inilah yang membuat Perang Diponegoro tercetus. Perlawanan yang diberikan oleh Pangeran Diponegoro dan rakyatnya sontak membuat pihak Belanda tak tinggal diam.

Mereka juga melakukan berbagai upaya agar dapat mendesak mundur Pangeran Diponegoro dan pasukannya. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan membuat benteng stelsel. Dengan adanya benteng ini ternyata menyulitkan Pangeran Diponegoro untuk bergerak dan memberikan serangan. Lantas, apa sebenarnya benteng stelsel itu? Mari simak ulasannya berikut.

ADVERTISEMENT

Apa Itu Benteng Stelsel?

Mengutip dari buku 'Wahana IPS Ilmu Pengetahuan Sosial' oleh Tim Pena Cendekia, benteng stelsel adalah taktik atau strategi yang dilakukan oleh pihak Belanda dengan cara membuat benteng-benteng yang tersebar di berbagai tempat. Adapun tujuan diterapkannya benteng stelsel ini guna mempersempit ruang gerak musuh, sehingga pihak musuk tidak memiliki kesempatan untuk melarikan dirinya.

Sementara itu, benteng stelsel juga digunakan sebagai taktik dalam menyerang Pangeran Diponegoro. Benny G Setiono dalam bukunya 'Tionghoa Dalam Pusaran Politik' menjelaskan benteng stelsel adalah taktik yang dilakukan oleh seorang jenderal Belanda untuk mengalahkan pasukan Pangeran Diponegoro. Dengan melakukan taktik tersebut, sang jenderal memerintahkan pasukannya untuk membangun sebanyak mungkin benteng-benteng yang dianggap sebagai lokasi strategis.

Langkah tersebut dilakukan agar keberadaan benteng-benteng tadi dapat mengurung atau menjepit pasukan Pangeran Diponegoro. Siapa sangka, kalau ternyata taktik tersebut berhasil mendapatkan dampak yang cukup signifikan terhadap pergerakan Pangeran Diponegoro dan pasukannya.

Keefektifan taktik bentel stelsel membuat satu per satu orang kepercayaan Pangeran Diponegoro menyerah pada pihak Belanda. Kondisi inilah yang bisa dibilang membuat pasukan Pangeran Diponegoro merasa kesulitan.

Sejarah Benteng Stelsel

Lantas, bagaimana latar belakang benteng stelsel bisa muncul? Sebelumnya telah dijelaskan ada seorang jenderal dari Belanda yang menerapkan taktik benteng stelsel. Masih dijelaskan dalam buku yang sama, yaitu 'Wahana IPS Ilmu Pengetahuan Sosial', jenderal yang dimaksud adalah Jenderal de Kock. Pada sekitar tahun 1827 silam, sang jenderal menerapkan benteng stelsel yang bertujuan agar pergerakan pasukan Pangeran Diponegoro terdesak.

Tak hanya bermaksud membuat pasukan lawan terdesak, dengan adanya benteng stelsel ini pihak Belanda juga menawarkan perundingan. Dengan begitu, tujuannya agar Pangeran Diponegoro menyetujui perundingan tersebut yang justru membawanya pada kondisi yang semakin menyulitkan.

Lebih lanjut, disampaikan dalam buku 'Sejarah untuk SMP dan MTs' karya Dr Nana Nurliana Soeyono, MA dan Dra Sudarini Suhartono, MA, awalnya Pangeran Diponegoro berhasil melakukan perlawanan dengan cara gerilya yang membawa kemenangan bagi pasukannya. Kemenangan tersebut diraih pada era tahun 1826 silam.

Kemudian kemenangan demi kemenangan yang diraih oleh pasukan Pangeran Diponegoro membawanya mampu menguasai beberapa wilayah di Pulau Jawa. Situasi tersebut membuat Belanda tidak tinggal diam. Mereka berusaha mencari cara agar dapat berunding dengan pihak Pangeran Diponegoro.

Salah satu orang yang memikirkan tentang hal tersebut adalah seorang jenderal bernama Jenderal de Kock. Saat itu sang jenderal mengirimkan surat kepada Pangeran Diponegoro tentang ajakan berdamai melalui perundingan.

Namun demikian, setelah surat tersebut dijawab oleh Pangeran Diponegoro untuk menyarankan Jenderal de Kock memilih tanggal dan waktu perundingan, tidak ada lagi jawaban yang dikirimkan oleh pihak Belanda. Untuk itu, perlawanan Pangeran Diponegoro terus-menerus digencarkan.

Kegigihan perlawanan dari pasukan Pangeran Diponegoro, Jenderal de Kock justru memikirkan siasat yang mampu membawa pasukannya meraih kemenangan mutlak. Setahun setelahnya, yaitu pada 1827, Jenderal de Kock menyusun taktik agar dapat mempersempit ruang gerak dari pasukan Pangeran Diponegoro.

Taktik yang dimaksud adalah benteng stelsel yang dilakukan dengan mendirikan benteng-benteng untuk mengepung pasukan Diponegoro. Tak hanya mendirikan dengan cara sembarangan, pihak Belanda memperhitungkan dengan baik jarak antara benteng yang satu dengan yang lainnya.

Perhitungan tersebut dimaksudkan agar mobilitas pasukan mereka berjalan dengan baik. Bahkan, Jenderal de Kock melengkapi setiap benteng dengan adanya sejumlah pasukan.

Sambil menerapkan taktik benteng stelsel, pihak Belanda dan Pangeran Diponegoro juga turut melakukan perundingan secara berkala. Namun demikian, sejumlah perundingan gagal mencapai kesepakatan yang disetujui kedua belah pihak.

Puncak perundingan yang menentukan nasib pasukan Pangeran Diponegoro terjadi pada tahun 1830. Pada saat itu, perundingan dilakukan di Kedu, Magelang, Jawa Tengah. Sayangnya, perundingan kembali mengalami kegagalan. Tak hanya itu saja, pada saat yang sama, Pangeran Diponegoro justru ditangkap oleh pasukan Belanda atas siasat yang sudah dilakukan mereka.

Kemudian pasukan Pangeran Diponegoro sekaligus Pangeran Diponegoro diasingkan ke Manado. Pada tahun 1834 pengasingan Pangeran Diponegoro dipindahkan ke Makassar. Pada sisa hidupnya Pangeran Diponegoro terus berada dalam pengasingan. Hingga akhirnya tepat di tanggal 8 Januari 1855, Pangeran Diponegoro meninggal dunia.

Demikian tadi sekilas sejarah benteng stelsel sebagai taktik yang dilakukan oleh pihak Belanda dalam upaya mengalahkan Pangeran Diponegoro. Semoga informasi tadi dapat menambah wawasan baru bagi detikers, ya.




(par/par)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads