Dampak Autoimun Jika Menyerang Kulit: Kenali Ciri dan Cara Mengobatinya

Dampak Autoimun Jika Menyerang Kulit: Kenali Ciri dan Cara Mengobatinya

Nur Umar Akashi - detikJateng
Selasa, 24 Jun 2025 12:21 WIB
Asian woman suffering from pain in hand at home.
Ilustrasi penyakit autoimun. Foto: Getty Images/iStockphoto/Panupong Piewkleng
Solo -

Ketika sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi tubuh justru menyerang tubuh itu sendiri, artinya seseorang sudah terkena autoimun. Penyakit satu ini bisa menyerang sistem pencernaan, sendi & tulang, maupun kulit.

Menurut penjelasan dari Verywell Health, terdapat beberapa jenis penyakit autoimun yang diketahui menyerang kulit. Di antaranya adalah psoriasis, skleroderma, lupus, dermatomiositis, epidermolisis bulosa, pemfigoid bulosa, dan pemfigus.

Lebih lanjut, penyebab autoimun pada kulit sebenarnya tidak bisa dikatakan dengan pasti. Para peneliti mengatakan sejumlah kemungkinan pemicunya, yakni radiasi ultraviolet dari matahari, makanan tertentu, hormon, dan infeksi. Bukan hanya itu, beberapa orang diyakini punya kecenderungan genetik terhadap penyakit autoimun kulit jenis tertentu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Secara umum, dampak autoimun jika sampai menyerang kulit sangat bervariasi tergantung tipe penyakitnya. Namun, yang umum adalah ruam berkepanjangan, kulit kering, bercak putih, dan kulit sulit sembuh.

Ingin tahu lebih banyak mengenai penyakit autoimun kulit? Cari tahu ciri dan cara mengobatinya yang telah detikJateng siapkan di bawah ini, yuk!

ADVERTISEMENT

Ciri Penyakit Autoimun Kulit

Sebenarnya, ciri setiap jenis penyakit autoimun bervariasi. Dirujuk dari laman Atlanta Medical Dermatology, secara umum ciri penyakit autoimun kulit adalah:

  • Bercak merah bersisik
  • Ruam
  • Pengencangan atau pengerasan kulit
  • Hilangnya pigmen kulit sehingga menimbulkan bercak putih
  • Lesi dan lepuh

Lebih rincinya, di bawah ini ciri serangan autoimun pada kulit berdasar beberapa jenis penyakit:

1. Psoriasis

Disadur dari laman NHS, psoriasis menyebabkan kulit dipenuhi bercak-bercak kering yang tertutup sisik. Warna bercak tersebut bisa jadi berbeda tergantung warna dasar kulit seseorang. Misalnya, untuk orang Indonesia yang notabene punya kulit cokelat, bercak psoriasis akan berwarna merah muda atau merah dengan sisik putih keperakan.

2. Dermatomiositis

Berlainan dengan psoriasis, dermatomiositis sejatinya adalah kelainan autoimun yang umum menyerang otot. Namun, penyakit ini juga diketahui menyerang kulit. Dikutip dari laman Penn Medicine, ciri dermatomiositis meliputi lemah otot, sulit menelan, ruam berwarna ungu-merah, dan sesak napas.

3. Lupus Kutan

Menurut keterangan dari The Australasian College of Dermatologists, ciri lupus kutan sangat bervariasi tergantung subtipenya, yakni ACLE, SCLE, Intermiten, dan CCLE. Namun, secara umum, ciri lupus kutan adalah ruam berbentuk bercak merah bersisik.

4. Skleroderma

Sederhananya, skleroderma adalah penyakit langka yang menyebabkan pengerasan atau pengencangan kulit. Dirujuk dari Mayo Clinic, gejala utama skleroderma adalah pengerasan kulit, umumnya dimulai dari bagian jari, tangan, kaki, dan wajah. Ciri lainnya adalah timbul masalah pencernaan, seperti kembung, diare, dan sembelit.

5. Pemfigus

Dikutip dari National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Disease, pemfigus adalah penyakit yang mengakibatkan kulit melepuh. Lepuhan tersebut cenderung rapuh dan mudah pecah sehingga dapat menimbulkan luka berkerak. Sering kali, lepuhan muncul pertama kali di wajah, kemudian menyebar ke area kulit lain di tubuh.

Cara Mengobati Penyakit Autoimun Kulit

Berdasar penjelasan dari situs Health University of Utah, penyakit autoimun kulit tidak bisa disembuhkan secara total. Namun, efek 'kambuhnya' bisa diatasi dengan pengobatan maupun perawatan tertentu.

Diambil dari University of Miami Health System, penanganan kondisi autoimun pada kulit bisa sangat bervariasi. Pasien mungkin diminta mengikuti terapi fisik untuk membantu mengatasi rasa sakit sekaligus meningkatkan kekuatan tubuh.

Tidak hanya terapi fisik, terapi cahaya mungkin dianjurkan untuk mengurangi ruam sekaligus mengatasi rasa gatal. Ada pula perawatan dengan menggunakan laser medis. Tentunya, penanganan ini membutuhkan dokter ahli dan tidak bisa dilakukan sembarangan.

Pada kasus yang ekstrem, operasi mungkin dibutuhkan, seperti misal untuk mengatasi komplikasi akibat skleroderma. Yang lain mungkin hanya memerlukan perawatan berupa olesan salep, krim, atau losion ke bagian kulit.

Kesimpulannya, penyakit autoimun kulit dapat diatasi dengan penanganan tepat sesuai jenisnya. Apabila detikers memiliki kondisi tersebut, segera kunjungi fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan diagnosa dan penanganan tepat.

Cara Mencegah Penyakit Autoimun Kulit

Menurut keterangan dari situs Larkin Health, dewasa ini, hanya sedikit penelitian dan bukti terkait bagaimana cara mencegah gangguan autoimun. Sejumlah profesional menyarankan untuk mengurangi stres sekaligus menjaga pola makan sehat guna memastikan kekebalan tubuh berfungsi optimal.

Di bawah ini beberapa tips yang bisa detikers terapkan sehari-hari untuk memperkecil kemungkinan penyakit autoimun kulit:

  1. Kurangi tepung dan gula dari pola makan.
  2. Minimalisir asupan gluten dari pola makan.
  3. Makan lebih banyak lemak sehat karena mengandung sifat antiperadangan alias antiinflamasi.
  4. Jangan lupa untuk makan sayuran dan buah-buahan secara rutin.
  5. Apabila ada alergi terhadap makanan tertentu, hindari.
  6. Konsumsi suplemen untuk meningkatkan zat-zat yang dibutuhkan tubuh. Namun, konsultasikan dengan dokter agar kadarnya sesuai.
  7. Lakukan olahraga atau aktivitas fisik secara rutin. Sebab, olahraga dikenal sebagai antiperadangan alami.

Demikian pembahasan ringkas mengenai dampak autoimun pada kulit, mulai dari ciri-ciri, pengobatan, dan tips pencegahannya. Semoga bisa menambah wawasan detikers, ya!




(par/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads