Untuk pertama kalinya, Markas Komando Daerah Militer (Kodam) IV/Diponegoro akhirnya punya gereja. Uniknya, gereja yang dibangun berbentuk miniatur GPIB Immanuel Semarang, atau yang lebih sering dikenal dengan Gereja Blenduk.
Namanya adalah Gereja Oikumene Diponegoro yang dibangun dalam waktu sekitar tiga bulan. Panglima Kodam IV/Diponegoro, Mayor Jenderal TNI Deddy Suryadi, usai meresmikan gereja tersebut mengatakan pembangunan tersebut sebagai salah satu bentuk merawat kebhinekaan serta memberikan tempat beribadah bagi prajurit maupun masyarakat umum.
"Selama ini melaksanakan ibadah ada ruang kelas ada lab, ada aula, tidak spesifik tempat ibadah. Selama berdiri belum ada gereja," kata Deddy di Makodam IV/Diponegoro, Selasa (10/6/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami berharap, gereja ini menjadi pusat spiritualitas, kedamaian dan pelayanan bagi umat serta masyarakat yang ada di sekitarnya," imbuhnya.
Gereja tersebut dibangun dengan biaya sebesar Rp 1,9 miliar melalui kolaborasi antara Kodam IV/Diponegoro, masyarakat, serta mitra dan donatur lokal. Gereja dibangun dengan konsep mirip Gereja Blenduk yang ada di Kota Lama Semarang namun lebih kecil.
"Ini gereja memang dibuat biar lebih unik aja. Biasanya kan gitu-gitu saja. Kita melihat agar ada seni dan sejarah," ujarnya. Deddy kemudian mengangguk saat ditanya wartawan apakah Gereja Blenduk menjadi inspirasi dalam pembuatan gereja di Makodam.
![]() |
Dalam sambutannya, Deddy juga sempat mengungkapkan keinginannya membangun rumah ibadah lainnya yang belum ada di Makodam IV/Diponegoro. Namun kini ia hendak bergeser pada tugas baru yang diberikan yaitu sebagai Pangdam Jaya.
"Masjid selesai, kemudian gereja. Mau yang lain tapi sudah dipindahkan ke Jakarta," kata Deddy saat sambutan.
"Mohon maaf jika selama bertugas ada yang kurang berkenan. Kita jalin komunikasi yang udah terjalin dengan baik. Semoga apa yang sudah kita lakukan bisa bermanfaat," imbuhnya saat berpamitan sebelum menutup sambutan.
Sementara itu Aspers Kasdam IV/Diponegoro, Kolonel Arm Ezra Nathanael, selaku ketua panitia pembangunan Gereja Oikumene Diponegoro mengatakan gereja tersebut bukan hanya diperuntukkan bagi prajurit TNI dan PNS di lingkungan Kodam IV, tetapi juga terbuka bagi masyarakat umum. Dia juga menjelaskan arti "Oikumene" yaitu persatuan yang mencerminkan semangat inklusif gereja ini.
"Gereja ini merupakan tempat ibadah yang menyatukan berbagai denominasi Kristen, baik Protestan, Presbyterian, Katolik, maupun denominasi lainnya. Gereja ini adalah rumah doa, tempat silaturahmi, dan simbol persatuan dalam keberagaman," kata Ezran.
Gereja tersebut memang terlihat seperti Gereja Blenduk dengan satu ruangan dan panggung bermimbar di depannya. Kursi-kursi berjajar untuk digunakan jemaat. Halamannya pun luas dan Deddy juga mempersilakan jika ada yang ingin foto-foto dengan latar Gereja Oikumene Diponegoro.
(apu/ahr)