.webp)
detikJateng, pada Kamis (29/5), berkesempatan untuk melihat langsung bentuk fisik dan cara kerja stairlift di Candi Borobudur. Lokasi pemasangan stairlift ini dari pelataran Candi Borobudur berjalan belok kanan.
Nantinya, akan terlihat bangunan ramp untuk berjalan sampai di lantai 3. Keberadaan stairlift ini berada di lantai 3 sampai lantai 7.
Di mana untuk menaiki stairlift ini, pengunjung tinggal duduk di kursi. Stairlift ini digerakkan menggunakan tenaga listrik.
Kemudian, ada sabuk pengamanan dan untuk menghidupkan tinggal menekan remote di kursinya. Nantinya, stairlift akan berjalan sendiri hingga sampai di lantai atasnya.
Setelah itu, pengunjung berpindah di stairlift berikutnya hingga sampai di lantai 7. Untuk stairlift ini mampu mengangkut maksimal berat 140 kg.
 Stairlift yang dipasang di Candi Borobudur saat kunjungan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden Prabowo Subianto, Kamis (29/5/2025). Foto: Eko Susanto/detikJateng |
Adapun kecepatan alat ini sekitar 0,15 meter per detik dengan 45 detik per lantai. Pemasangan stairlift ini telah dirancang tanpa merusak struktur bebatuan candi.
Pada tangga naik dipasang karet (rubber mat), kemudian di atasnya dipasang plat besi untuk menopang rel. Rel yang dipasang ini tak menggunakan paku atau pengeboran.
Ketua DPD Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Jawa Tengah, Tanto Soegito Harsono, mengatakan stairlift yang dipasang dirasa sangat membantu saat naik Candi Borobudur bagi yang sepuh atau lansia. Kemudian dengan stairlift ini mempercepat waktu untuk naik Candi Borobudur.
"Rasanya satu menit ya sudah berpindah lantai. Kalau kita dengan jalan kaki, juga merasa saat lelah. Nah, itu mungkin lebih lambat, berhenti, ambil napas dulu gitu ya. Sangat terbantu (dengan stairlift)," kata Tanto kepada wartawan di Candi Borobudur, Kamis (29/5/2025).
Pihaknya pun melihat dan mendapatkan penjelasan untuk tumpuannya di pelat besi dan tidak ada pengeboran ke lantai. Ia pun memberikan apresiasi dengan keberadaan stairlift yang ada tersebut.
"Dan satu kata yang saya katakan, luar biasa. Jadi kaki saya yang biasa sakit, sekarang naik tidak terasa karena naik starlift ya," sambung Tanto yang masih dalam perawatan pascaoperasi kakinya.
Pihaknya hampir tiap minggu naik puncak Candi Borobudur untuk mengantarkan umat Buddha maupun tamu lainnya. Ia jika naik Candi Borobudur membawa tongkat.
"Oh ya, jauh sekali (bedanya). Kalau kita dengan (jalan) kaki, terutama karena kaki saya bekas operasi, jadi saya harus bawa tongkat ya untuk naik, untuk jaga keseimbangan badan. Tapi, dengan adanya starlift ini, kita duduk manis, hanya berpindah kursi, sudah sampai di atas," ujarnya.
Hal senada disampaikan Bhante Phrakhruwinaitorn Rungdet yang asal Thailand. Pihaknya pun juga mencoba naik stairlift dan cocok bagi lansia naik candi.
"Bagus mengutamakan ya mungkin fasilitas khusus yang lansia. Atau orang-orang yang punya penyakit susah naik, gampang capek. Itu cocok sekali," katanya.
Pihaknya berharap berharap kepada pemerintah agar ini bisa digunakan untuk yang lansia.
"Yang utama yang kita fokus. Dan tokoh-tokoh agama juga banyak sekali yang usianya banyak (sepuh) dan kaki, lutut sudah ada yang banyak bekas operasi. Andai kata kalau ada lift seperti ini. Sangat membantu sekali," kata dia.
(apu/afn)
