Isi Buku 'Habis Gelap Terbitlah Terang' Karya RA Kartini dan Biografinya

Isi Buku 'Habis Gelap Terbitlah Terang' Karya RA Kartini dan Biografinya

Anindya Milagsita - detikJateng
Senin, 21 Apr 2025 12:50 WIB
Ilustrasi isi Buku Habis Gelap Terbitlah Terang
Ilustrasi isi buku 'Habis Gelap Terbitlah Terang'. (Foto: freepik/Freepik)
Solo -

Bicara soal Raden Ajeng Kartini atau RA Kartini biasanya selalu dikaitkan dengan sebuah buku karyanya yang bertajuk 'Habis Gelap Terbitlah Terang'. Namun, mungkin ada sebagian masyarakat Indonesia yang masih menyimpan rasa penasaran mengenai isi buku 'Habis Gelap Terbitlah Terang' karya RA Kartini.

Mengutip dari laman resmi Visit Jawa Tengah, dikatakan bahwa buku 'Habis Gelap Terbitlah Terang' disimpan dalam Museum RA Kartini yang terletak di Rembang, Jawa Tengah. Sebelumnya buku ini diterbitkan pertama kalinya di tahun 1911 dengan menggunakan bahasa Belanda. Lalu pada tahun 1922, 'Habis Gelap Terbitlah Terang' kembali dicetak oleh Penerbit Balai Pustaka dengan judul 'Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pemikiran'. Kemudian, sejak tahun 1938 buku 'Habis Gelap Terbitlah Terang' yang beredar di Indonesia merupakan terjemahan dari Armijn Pane.

Dikenal sebagai salah satu buku yang menyimpan nilai historis bagi sejarah Indonesia, buku 'Habis Gelap Terbitlah Terang' hingga kini menarik perhatian masyarakat Indonesia. Salah satunya bagi mereka yang menyukai sastra asli Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lantas sebenarnya seperti apa isi buku 'Habis Gelap Terbitlah Terang' karya RA Kartini? Sebelum membaca bukunya secara langsung, mari simak ulasan singkatnya yang dilengkapi dengan biografi RA Kartini melalui artikel ini.

Apa Itu Habis Gelap Terbitlah Terang?

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, 'Habis Gelap Terbitlah Terang' merupakan sebuah buku karya dari salah satu pahlawan wanita asal Indonesia yaitu RA Kartini. Dikutip dari buku 'Sejarah: Untuk kelas 1 SMA' karya M. Habib Mustopo, 'Habis Gelap Terbitlah Terang' adalah sebuah kumpulan surat yang ditulis oleh RA Kartini untuk ditujukan kepada Nyonya Abendanon.

ADVERTISEMENT

Sebagai informasi, Nyonya Abendanon merupakan sahabat pena dari RA Kartini yang tinggal di Belanda. Melalui surat-surat tersebut Kartini menyampaikan perasaannya terkait keadaan perempuan yang hidup pada masa tersebut. Bukan hanya itu, Kartini juga memberikan pemikirannya tentang keinginannya untuk menjunjung kesetaraan bagi kaum perempuan. Surat-surat yang telah ditulis oleh Kartini tersebut lantas dikumpulkan menjadi satu dan diwujudkan dalam sebuah buku berjudul 'Habis Gelap Terbitlah Terang'.

Sementara itu, disampaikan melalui buku 'Gelap Terang Kartini: Sisi Lain Hidup dan Karya Sang Perempuan Perkasa' karya Nurlaela Isnawati, kumpulan surat Kartini dalam buku 'Habis Gelap Terbitlah Terang' ternyata diambil dari salah satu kutipan dalam syair yang telah dituliskan oleh Kartini. Adapun bunyi dari syair yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Habis malam terbitlah terang,
Habis badai datanglah damai,
Habis juang sampailah menang,
Habis duka tibalah suka.

Diketahui bahwa syair itu dikutip oleh Kartini dalam suratnya yang ditujukan kepada E.C. Abendanon pada tahun 1902.

Isi Buku Habis Gelap Terbitlah Terang

Lantas seperti apa isi dari buku 'Habis Gelap Terbitlah Terang' karya RA Kartini? Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, isi dari buku tersebut merupakan kumpulan surat yang pernah ditulis oleh Kartini kepada sahabat penanya yang bernama Abendanon dan sejumlah teman-temannya di Belanda.

Dirangkum dari ulasan pembaca buku 'Habis Gelap Terbitlah Terang' yang dibagikan dalam laman Goodreads, isi dari surat-surat Kartini menceritakan tentang pemikiran dan keinginannya terkait bangsa Indonesia, khususnya kaum perempuan. Dikisahkan bahwa melalui surat-suratnya Kartini mengungkapkan keinginannya untuk bersekolah tetapi terkendala oleh anggapan yang saat itu berlaku di tengah-tengah masyarakat.

Pada saat itu, kaum perempuan yang ingin menempuh pendidikan dipandang rendah karena dianggap ingin menyamai seperti orang Belanda. Situasi tersebut tak membuat Kartini menyerah, dirinya berusaha untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah Hindia-Belanda dengan mengirimkan permintaan agar mendapatkan dana pendidikan bagi dirinya dan juga adiknya.

Namun, balasan dari pemerintah Hindia-Belanda yang tak kunjung datang membuat Kartini kembali menyampaikan kegelisahannya kepada teman-temannya di Belanda. Mereka pun menyarankan agar Kartini membuka sekolah sendiri di sana. Alhasil, Kartini memberanikan diri untuk membuka sekolah kecil yang diperuntukkan bagi anak-anak dari berbagai kalangan masyarakat.

Pada saat itu, materi yang diperkenalkan oleh sekolah Kartini bukanlah materi umum yang biasanya dijumpai di sekolah-sekolah yang lain. Sebaliknya, anak-anak diajari untuk memiliki keterampilan dasar yang dibutuhkan dalam kegiatan sehari-hari.

Melalui buku ini, pembaca juga akan diajak untuk mengikuti surat-surat yang dikirim oleh Kartini saat dirinya bertemu dengan pujaan hati. Orang itu tak lain adalah Raden Adipati Joyodiningrat yang saat itu menjabat sebagai bupati Rembang. Calon suami dari Kartini ternyata adalah salah satu orang yang mendukung penuh keinginan Kartini untuk memajukan kaum perempuan pada masa itu.

Bahkan setelah menikah, Kartini digambarkan sebagai sosok yang secara aktif terlibat dalam kegiatan yang berkaitan dengan kaum perempuan. Perjalanan dan perjuangan Kartini dalam mengangkat derajat perempuan agar memiliki kesetaraan inilah yang membuat buku 'Habis Gelap Terbitlah Terang' menjadi salah satu karya yang layak untuk diapresiasi dan diharapkan dapat menginspirasi para pembacanya.

Biografi RA Kartini

Setelah mengetahui isi buku 'Habis Gelap Terbitlah Terang' secara sekilas, mari berkenalan secara lebih dekat dengan Raden Ajeng Kartini atau RA Kartini. Dirangkum dari buku 'Biografi Pahlawan Kusuma Bangsa' karya Ria L dan 'Bahasa Indonesia Smp Kelas VII' karya Dra. Idda Ayu Kusrinni, M.Pd., berikut biografi RA Kartini yang diuraikan secara singkat.

Disampaikan bahwa Raden Ayu Kartini atau Raden Ajeng Kartini merupakan sosok perempuan yang lahir pada tanggal 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah. Ia anak dari pasangan R.M.A.A Sostroningrat dan M.A. Ngasirah. Kartini merupakan anak pertama.

Awalnya Kartini sempat menempuh pendidikan yang setara dengan sekolah dasar. Namun, karena tuntutan adat yang membatasi kaum wanita pada saat itu, Kartini pun harus merelakan pendidikannya dengan berhenti sekolah dan lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah.

Meskipun begitu, tekad Kartini untuk belajar tak padam dan membuatnya berusaha membagikan pemikiran-pemikirannya kepada para sahabatnya melalui surat. Sahabat-sahabatnya itu berasal dari Belanda. Salah satu sosok yang dekat dan sering kali terhubung melalui surat adalah Abendanon.

Melalui surat-surat itu Kartini menyatakan keprihatinannya akan kondisi kaum wanita dan keinginannya untuk menciptakan perubahan. Salah satunya dengan memajukan kaum perempuan agar memiliki hak yang sama seperti kaum pria.

Pertemuannya dengan Raden Adipati Joyodiningrat membawanya berhasil mewujudkan mimpi untuk mendirikan sekolah. Sosok pria yang tak lain adalah suami Kartini tersebut memberikan dukungan agar Kartini dapat mendirikan sekolah khusus wanita.

Meskipun disibukkan dengan kegiatannya dalam kegiatan yang berkaitan dengan kaum wanita, Kartini tetap menjalankan perannya sebagai istri. Ia diketahui melahirkan anak pertamanya pada tanggal 13 September 1904 silam. Sayangnya, empat hari setelah melahirkan atau bertepatan dengan tanggal 17 September 1904, Kartini dinyatakan telah wafat. Mendiang Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang, Jawa Tengah.

Demikian tadi ulasan singkat mengenai isi buku 'Habis Gelap Terbitlah Terang' karya R.A Kartini yang dilengkapi dengan biografi sosoknya. Semoga informasi ini bermanfaat, ya.




(sto/apu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads