Haedar Nashir Larang Kampus Muhammadiyah Beri Gelar Profesor Kehormatan

Haedar Nashir Larang Kampus Muhammadiyah Beri Gelar Profesor Kehormatan

Anang Firmansyah - detikJateng
Kamis, 10 Apr 2025 15:01 WIB
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir saat memberi sambutan pengukuhan Rektor UMP, Profesor Jebul Suroso sebagai guru besar bidang Manajemen Keperawatan, Kamis (10/4/2025).
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir saat memberi sambutan pengukuhan Rektor UMP, Profesor Jebul Suroso sebagai guru besar bidang Manajemen Keperawatan, Kamis (10/4/2025). Foto: Anang Firmansyah/detikJateng
Banyumas -

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, menegaskan agar Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA) tidak memberikan gelar profesor kehormatan kepada siapapun. Hal itu dikatakan saat pengukuhan Rektor UMP Profesor Jebul Suroso sebagai guru besar bidang manajemen keperawatan.

Ia meminta sekolah tinggi Muhammadiyah tidak mengikuti universitas lain yang bisa memberikan gelar profesor kehormatan kepada tokoh-tokoh besar.

"Pesan kami dari PP Muhammadiyah, PTMA jangan ikut-ikutan kasih gelar profesor kehormatan. Karena profesor itu melekat dengan profesi dan institusinya, itu jabatan," kata Haedar dalam sambutannya di UMP, Kamis (10/4/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Haedar bahkan sampai menegaskan sampai dua kali agar pemberian gelar profesor kehormatan tidak dilakukan oleh PTMA. Sebab bisa menghilangkan marwah institusi.

"Ini pesan saya, biarpun belum ada SK-nya. Anggap itu perintah ketum demi marwah dan kekuatan PTMA," tegasnya.

ADVERTISEMENT

Menurut dia dengan bertambahnya Jebul Suroso menjadi guru besar, kini PTMA total memiliki 431. Dengan bertambahnya 1 guru besar, ia berharap bisa berdampak pada kualitas pendidikan.

"PTMA ada 431 guru besar. Dengan bertambahnya guru besar, harus berdampak signifikan bagi kualitas keunggulan dan peran strategis perguruan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah," jelasnya.

Haedar menginginkan dengan banyaknya jumlah guru besar, PTMA bisa masuk dalam jajaran universitas top di seluruh dunia. Hal ini bukan dirasa tidak mungkin, karena ada 20 PTMA yang saat ini statusnya unggul.

"Kita sudah ada 20 PTMA memiliki fakultas kedokteran dan otomatis unggul, 14 PTMA akreditasi unggul," ungkapnya.

Ia meminta agar para guru besar dari Muhammadiyah lebih giat bekerja agar PTMA bisa masuk dalam universitas unggul kelas dunia bisa terwujud.

"Jadi bahwa kita harus bekerja keras hanya untuk masuk standar world university ranking. Artinya bahwa biarpun di dalam negeri kita merasa besar, tapi di konteks dunia kita ketinggalan," ujarnya.

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Jebul mengungkapkan untuk memperoleh gelar profesor dirinya mengangkat penelitian soal Transformasi Perawat Dalam Lanskap Politik Kesehatan di Indonesia.

"Saya adalah guru besar di bidang Manajemen Keperawatan. Saya adalah seorang perawat. Materi yang saya angkat adalah transformasi perawat dalam lanskap politik kesehatan di Indonesia. Saya berharap karakter perawat semakin baik yang ramah kepada teknologi semakin kuat dan modern dan juga memiliki jiwa enterpreneur sama," ungkapnya.

Ke depannya, ia berharap pemerintah Indonesia tidak hanya berfokus pada pengobatan orang sakit. Tetapi juga bisa mengedukasi gaya hidup sehat.

"Sementara ini perawat itu identik dengan merawat orang padahal sebenarnya dia memiliki peran memberikan promosi kesehatan. Saya berharap ke depan Indonesia tidak hanya fokus mengobati orang sakit, tetapi lebih kepada mempromosikan hidup yang sehat. Ini tentu akan berkontribusi besar kepada efisiensi anggaran dan pada kualitas sumber daya manusia," pungkasnya.




(apu/ahr)


Hide Ads