Dua hari sebelum Lebaran 2019, seorang pria melakukan aksi nekat meledakkan diri sendiri alias bom bunuh diri di depan pos polisi Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah. Berikut kronologi ringkasnya.
Sebelum peristiwa terjadi, Kementerian Agama melalui sidang isbat menetapkan 1 Syawal 1440 H/2019 M jatuh pada Rabu, 5 Juni. Tanggal ini diperoleh setelah tim pemantau rukyat tidak melihat hilal sehingga Ramadan tahun tersebut digenapkan menjadi 30 hari.
Beberapa jam setelah sidang isbat menetapkan awal Syawal 1440 H, pelaku mengeksekusi rencananya. Bagaimana kronologi peristiwa tersebut? Adakah korban jiwa yang ditimbulkan akibat aksi bomber itu?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kronologi Lengkap Bom Bunuh Diri Kartasura Lebaran 2019
Dirangkum dari detikNews, berikut linimasa ringkas bom bunuh diri Kartasura 2019 yang sempat menghebohkan:
Persiapan Aksi Sejak 2018
Pelaku bom bunuh diri Kartasura Lebaran 2019 lalu ternyata sudah menyiapkan rencananya selama setahun. Hasil investigasi menemukan, pelaku terpapar jaringan ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) sejak 2018. Ia bahkan sudah dibaiat oleh Abu Bakar al-Baghdadi, pimpinan ISIS.
Rofik Asharuddin, sang pelaku, yang telah terkena doktrin kekerasan, kemudian berlatih membuat peledak. Ia membuat mercon di belakang rumah dan berlatih meledakkannya. Bahan-bahannya, dibeli Rofik dari hasil minta uang kepada sang ibu.
"Dia minta uang sama ibunya. Hanya dari ibunya. Beli alat dicicil sejak 2018, beli elektronik, bahan kimia untuk jadi black powder, kemarin casingnya panci, kalau panci ada di rumah. Dia meledakkan manual. Orang tua sudah ingatkan agar tidak buat-buat mercon, tahunya mercon besar," jelas Kapolda Jateng saat itu, Irjen (Pol) Rycko Amelza Dahniel.
Senin, 3 Juni 2019
Dua hari sebelum Lebaran, yakni Senin, 3 Juni 2019 malam, terdengar suara ledakan yang mirip suara ban meletus. Sang pelaku, Rofik Asharuddin, terkapar akibat aksinya dengan kondisi perut dan tangan yang terluka. Ia lalu dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan.
"Pelaku ini duduk di trotoar di depan pos polisi sekitar 5-10 menit. Tiba-tiba sekitar 22.45 WIB, terjadi ledakan yang cukup kencang yang mengakibatkan pelaku mengalami luka di depan pos," jelas Karo Penmas Divisi Humas Polri, Brigjen Dedi Prasetyo.
Beruntungnya, bom bunuh diri tersebut tidak menimbulkan korban lain. Satu-satunya yang terluka adalah Rofik. Meski begitu, seorang warga dan 8 personel Polri lain segera keluar pos polisi untuk menghindari potensi ledakan susulan.
Sedianya, bom akan diledakkan di pos polisi. Namun, bom justru meledak di luar pos. Hal ini disampaikan langsung oleh Kapolri saat itu, Jenderal Tito Karnavian.
"Itu dia mau nyerang pos polisi, tapi (bom) meledak di luar pos. Tapi semua sudah kita kerahkan untuk mencoba mendalami jaringannya," ujarnya di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (5/6/2019).
Selasa, 4 Juni 2019
Keesokan harinya, H-1 Lebaran, pos polisi yang terkena ledakan bom sudah kembali difungsikan. Pos tersebut tampak memiliki bekas ledakan di bagian dinding kayu yang terlihat gosong dan sedikit berlubang.
Sejumlah polisi berada dalam pos yang terletak di bagian barat Tugu Kartasura tersebut, mengawasi arus mudik lebaran. Bukan tanpa sebab, tempat tersebut adalah jalur pertemuan antara Solo, Semarang, dan Yogyakarta.
Sebelumnya, rumah pelaku digeledah polisi. Penggeledahan dilakukan pada pukul 02.00 WIB dini hari. Pagi harinya, tepatnya pukul 08.00 WIB, polisi kembali melakukan penggeledahan. Beberapa hal yang ditemukan adalah serbuk belerang, areng, dan serbuk putih.
"Kita menduga ada beberapa barang yang kita temukan yang ada kaitan dengan di tempat kejadian," ujar Kapolda Jateng Irjen (Pol) Rycko Amelza Dahniel.
Rabu, 5 Juni 2019
Meski terkena ledakan, kondisi pelaku bom bunuh diri sudah membaik pada Rabu (5/6/2019). Selamatnya nyawa sang pelaku diakibatkan karena ledakan bom yang tak sempurna. Hal ini disebabkan proses perakitan yang tak sempurna pula.
"Lukanya hanya di sekitar tempat dia menyimpan bom panci, di perut, di tangan. Sudah dilakukan penahanan, kondisi makin baik karena lukanya tidak serius," terang Irjen (Pol) Rycko Amelza Dahniel saat ditemui pada Rabu (5/6/2019).
Senin, 10 Juni 2019
Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri sukses menangkap 2 orang yang membantu pelaku merakit bom bunuh diri. Mulanya, polisi mengira aksi nekat Rofik dilakukan seorang diri. Namun, setelah pemeriksaan intensif, diketahui adanya dua kaki tangan yang membantu.
"Jadi secara keseluruhan Densus 88 telah mengungkap kasus ini yang di mana awalnya kita menyimpulkan ini adalah sebuah upaya lone wolf. Tapi ternyata setelah dilakukan pemeriksaan secara intensif, dapat diungkapkan bahwa kasus ini terjadi karena adanya sebuah kerja sama dari 3 tersangka tersebut," jelas Kombes Asep Adi Saputra, Kabag Penum Divisi Humas Polri saat itu, Senin (10/6/2019).
Salah satu kaki tangan Rofik dibekuk di Lampung, pada Minggu (9/6/2019). Sementara itu, yang lain ditangkap di area Sukoharjo.
"Pertama, dilaksanakan di Lampung, yang diamankan adalah tersangka AA alias Umar (30). Kemudian sebelumnya juga ditangkap di Sukoharjo tersangka S (31). Kedua tersangka ini merupakan bagian dari pelaksanaan aksi bom bunuh diri di Kartasura tersebut," kata Asep Adi Saputra.
Keduanya juga diketahui sama-sama berbaiat ke pimpinan ISIS, layaknya RA. Prosesi baiat itu sendiri berlangsung melalui media sosial.
Selasa, 11 Juni 2019
Pelaku yang telah membaik kondisinya sudah berstatus tahanan. Ia akan ditahan dalam sel terpisah di Mapolda Jawa Tengah.
"Kamis pisah, sudah siapkan sel pisah, kami punya tahanan lain 10 orang. Sekarang belum dilakukan penahanan di Polda, masih pemeriksaan di Densus. Nanti kalau sudah di sini punya hak untuk dibesuk," jelas Irjen (Pol) Rycko Amelza Dahniel, Selasa (11/6/2019).
Demikian kilas balik singkat kasus bom bunuh diri Kartasura 2019 yang sempat menghebohkan.
(afn/afn)