Donald Trump Resmi Dilantik, Ini Daftar 47 Presiden AS dari Tahun 1789-2025

Donald Trump Resmi Dilantik, Ini Daftar 47 Presiden AS dari Tahun 1789-2025

Ulvia Nur Azizah - detikJateng
Selasa, 21 Jan 2025 09:14 WIB
People walk amongst US national flags erected by students and staff from Pepperdine University to honor the victims of the September 11, 2001 attacks in New York, at their campus in Malibu, California on September 10, 2015. The students placed some 3,000 flags in the ground in tribute to the nearly 3,000 victims lost in the attacks almost 14 years ago.      AFP PHOTO / MARK RALSTON / AFP / MARK RALSTON
Ilustrasi Amerika Serikat. Foto: AFP PHOTO/MARK RALSTON
Solo -

Presiden terpilih Donald Trump telah mengucapkan sumpah jabatan. Kini, Trump telah resmi menjadi Presiden ke-47 AS dan didampingi JD Vance sebagai Wakil Presiden.

Dikutip dari detikNews, pelantikan Trump dan JD Vance digelar di dalam Gedung Capitol AS, Washington DC. JD Vance lebih dulu diambil sumpah jabatannya oleh Hakim Agung Brett Kavanaugh.

Kemudian, tiba giliran Trump mengucapkan sumpah. Ketua Mahkamah Agung John Roberts pula yang mengambil sumpah Trump.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut ini sumpah Trump yang dibacakan John Roberts dan diikuti oleh Trump.

"Saya Donald John Trump bersumpah (atau menegaskan) dengan sungguh-sungguh bahwa saya akan menjalankan tugas sebagai Presiden Amerika Serikat dengan setia, dan akan, dengan kemampuan terbaik saya, menjaga, melindungi, dan membela Konstitusi Amerika Serikat," kata Trump dalam sumpahnya.

ADVERTISEMENT

Setelah pelantikan Donald Trump ini, mari kita lihat daftar lengkap 47 Presiden Amerika Serikat yang telah memimpin negara ini sejak 1789. Setiap Presiden memainkan peran penting dalam perjalanan panjang sejarah AS, menghadapi tantangan dan mencatat pencapaian masing-masing. Dihimpun dari laman resmi Gedung Putih, berikut adalah daftar singkat 47 Presiden AS yang pernah menjabat.

Daftar 47 Presiden AS

1. George Washington (1789-1797)

George Washington adalah presiden pertama Amerika Serikat. Dia dilantik pada 30 April 1789 di Federal Hall, New York. Washington memiliki peran penting dalam membentuk dasar negara, termasuk memimpin pasukan dalam Perang Revolusi Amerika dan membantu merancang Konstitusi.

Dalam masa jabatannya, dia menetapkan banyak preseden untuk pemerintahan, termasuk menekankan netralitas dalam kebijakan luar negeri. Setelah dua periode, ia memilih pensiun untuk menjalani kehidupan damai di Mount Vernon hingga wafat pada 1799.

2. John Adams (1797-1801)

John Adams adalah presiden kedua AS dan sebelumnya menjabat sebagai wakil presiden di bawah George Washington. Masa jabatannya menghadapi tantangan besar, terutama konflik dengan Prancis yang dikenal sebagai insiden XYZ. Kebijakan luar negerinya berfokus pada menghindari perang terbuka dengan Prancis. Meskipun kepemimpinannya sering dikritik, ia tetap dikenal sebagai seorang filsuf politik yang sangat cerdas. Adams mengakhiri masa jabatannya dengan pensiun di rumahnya di Quincy, Massachusetts.

3. Thomas Jefferson (1801-1809)

Sebagai presiden ketiga AS, Thomas Jefferson terkenal karena kepemimpinannya dalam pembelian Louisiana dari Perancis pada 1803, yang menggandakan wilayah negara itu. Jefferson, penulis utama Deklarasi Kemerdekaan, juga berkontribusi dalam memperluas kebebasan beragama dan mendirikan Universitas Virginia. Di akhir masa jabatannya, ia fokus pada proyek-proyek pendidikan dan budaya, serta memperjuangkan hak-hak negara bagian. Jefferson wafat pada 4 Juli 1826, tepat di hari peringatan 50 tahun Deklarasi Kemerdekaan.

4. James Madison (1809-1817)

James Madison dikenal sebagai "Bapak Konstitusi" karena perannya dalam menyusun dan meratifikasi dokumen penting tersebut. Sebagai presiden keempat AS, ia memimpin negara melalui Perang 1812 melawan Inggris, yang memengaruhi pertumbuhan rasa nasionalisme di Amerika. Ia juga berperan dalam pembentukan Bill of Rights. Setelah pensiun, Madison mendedikasikan dirinya untuk mempertahankan persatuan negara, terutama melawan ancaman separatisme.

5. James Monroe (1817-1825)

James Monroe adalah presiden kelima AS yang terkenal karena "Doktrin Monroe," kebijakan luar negeri yang melarang campur tangan Eropa di Amerika. Masa kepemimpinannya disebut sebagai "Era of Good Feelings" karena keberhasilan dalam menjaga stabilitas politik dan ekonomi meskipun ada perpecahan terkait perbudakan. Monroe juga memperluas wilayah AS dengan mengakuisisi Florida dari Spanyol. Ia mengakhiri hidupnya dalam kesederhanaan, meninggal pada 1831.

6. John Quincy Adams (1825-1829)

John Quincy Adams, putra John dan Abigail Adams, adalah Presiden keenam Amerika Serikat. Sebagai putra Presiden kedua, Adams memiliki karier yang mirip dengan ayahnya. Ia lahir di Massachusetts pada 1767 dan menyaksikan Perang Revolusi dari dekat. Sebelum menjadi Presiden, ia sukses sebagai diplomat, Senator, dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat.

Salah satu pencapaian besarnya adalah peran penting dalam perumusan Doktrin Monroe. Namun, masa kepresidenannya sering dihantam kritik, terutama dari kubu Andrew Jackson yang menuduhnya melakukan "bargaining" politik. Setelah kalah dalam pemilu, ia melanjutkan karier politik di DPR, menjadi suara utama melawan perbudakan hingga akhir hayatnya.

7. Andrew Jackson (1829-1837)

Andrew Jackson, Presiden ketujuh, dikenal sebagai sosok yang memperjuangkan rakyat biasa. Ia lahir di Carolinas pada 1767 dan meski pendidikannya terbatas, Jackson menjadi pengacara dan pahlawan perang. Popularitasnya melonjak setelah kemenangan besar di New Orleans saat Perang 1812.

Sebagai Presiden, ia menantang sistem perbankan dan menolak Second Bank of the United States, menganggapnya memberi keuntungan bagi elit. Jackson juga menghadapi krisis politik dengan Carolina Selatan terkait tarif, bahkan mengancam menggunakan kekuatan militer untuk mempertahankan persatuan negara. Kepemimpinannya yang tegas namun kontroversial membentuk fondasi partai Demokrat modern.

8. Martin Van Buren (1837-1841)

Martin Van Buren, Presiden kedelapan, dikenal dengan julukan 'Little Magician' karena kelihaiannya dalam politik. Ia berasal dari latar belakang sederhana di New York, putra seorang pemilik kedai. Sebelum menjadi Presiden, ia berperan besar sebagai Wakil Presiden dan Menteri Luar Negeri di bawah Andrew Jackson.

Namun, masa kepresidenannya dibayangi oleh krisis ekonomi besar, yaitu Panic of 1837, yang mengakibatkan resesi berkepanjangan. Meskipun ia mencoba menstabilkan keuangan negara melalui kebijakan treasury independen, langkah-langkahnya kurang populer. Setelah masa jabatannya, Van Buren tetap aktif dalam politik, termasuk menjadi calon dari partai Free Soil yang menentang perluasan perbudakan.

9. William Henry Harrison (1841)

William Henry Harrison adalah Presiden kesembilan yang dikenal karena masa jabatan terpendek dalam sejarah, hanya 32 hari. Sebelumnya, ia adalah seorang jenderal militer yang terkenal atas kemenangannya di Battle of Tippecanoe. Sebagai kandidat dari partai Whig, ia memenangkan pemilu 1840 dengan citra sebagai pahlawan rakyat sederhana, meskipun sebenarnya berasal dari keluarga aristokrat Virginia.

Dalam pidato pelantikannya, Harrison menekankan pentingnya taat pada kehendak rakyat melalui Kongres. Namun, ia jatuh sakit segera setelah menjabat dan meninggal karena pneumonia, meninggalkan program-program Whig tanpa pemimpin.

10. John Tyler (1841-1845)

John Tyler, yang menjadi Presiden kesepuluh, adalah wakil presiden pertama yang naik jabatan setelah kematian Presiden sebelumnya. Ia lahir di Virginia pada 1790 dan dikenal sebagai pendukung kuat hak-hak negara bagian.

Pada masa kepresidenannya, Tyler berkonflik dengan partainya sendiri, Whig, karena ia sering menggunakan hak veto terhadap kebijakan partai tersebut. Akibatnya, Tyler diusir dari partai Whig, tetapi ia tetap berhasil menandatangani undang-undang penting seperti tarif baru dan aneksasi Texas pada 1845. Setelah masa jabatannya, ia beralih mendukung Konfederasi Selatan selama perang saudara dan meninggal sebagai anggota parlemen Konfederasi pada 1862.

11. James K. Polk (1845-1849)

Sebagai Presiden ke-11 Amerika Serikat, James K. Polk dikenal karena memperluas wilayah negara secara signifikan. Ia mendukung ide Manifest Destiny, termasuk aneksasi Texas, penyelesaian perbatasan Oregon, dan akuisisi California melalui Perang Meksiko-Amerika. Keberhasilannya menambah wilayah besar bagi AS memicu perdebatan tajam tentang perbudakan di daerah baru.

12. Zachary Taylor (1849-1850)

Jenderal veteran perang ini menjadi Presiden ke-12 yang siap mempertahankan persatuan Amerika bahkan dengan kekuatan militer jika diperlukan. Meskipun memiliki latar belakang sebagai pemilik budak, Taylor lebih mengutamakan kepentingan nasional daripada mendukung perpecahan akibat isu perbudakan. Kepresidenannya singkat karena ia meninggal setelah satu tahun menjabat.

13. Millard Fillmore (1850-1853)

Sebagai pengganti Taylor, Millard Fillmore mengambil pendekatan yang lebih kompromis terhadap isu perbudakan. Ia mendukung Compromise of 1850 yang berusaha meredakan ketegangan antarwilayah. Namun, penandatanganannya terhadap Fugitive Slave Act membuatnya kehilangan dukungan dari para Whig utara yang anti-perbudakan.

14. Franklin Pierce (1853-1857)

Franklin Pierce menjadi Presiden ke-14 dengan harapan memelihara stabilitas nasional. Namun, kebijakan seperti mendukung Kansas-Nebraska Act justru memperburuk ketegangan antarwilayah. Masa jabatannya diwarnai dengan konflik di Kansas yang menjadi cikal bakal Perang Saudara.

15. James Buchanan (1857-1861)

Sebagai Presiden ke-15, James Buchanan menghadapi meningkatnya ketegangan yang memicu Perang Saudara. Ia gagal menangani perpecahan antara Utara dan Selatan, terutama setelah keputusan kontroversial Dred Scott. Sikapnya yang pasif saat negara bagian selatan mulai memisahkan diri memperburuk krisis yang diwariskan kepada penggantinya, Abraham Lincoln.

16. Abraham Lincoln (1861-1865)

Sebagai presiden ke-16 Amerika Serikat, Lincoln terkenal karena mengeluarkan Emancipation Proclamation pada tahun 1863 yang membebaskan budak di wilayah Konfederasi. Ia memimpin negara melalui Perang Saudara dan bertekad mempertahankan persatuan meskipun menghadapi tantangan besar. Kehidupannya yang penuh perjuangan, mulai dari masa kecil di pedalaman Kentucky hingga menjadi pengacara otodidak, menggambarkan semangat kegigihan dan pembelajaran seumur hidup.

17. Andrew Johnson (1865-1869)

Setelah Lincoln dibunuh, Johnson yang memiliki pandangan kuat tentang hak-hak negara bagian, menjadi presiden ke-17. Ia melaksanakan rekonstruksi awal tanpa persetujuan Kongres, tetapi kebijakannya yang memaafkan pemimpin Konfederasi memicu konflik dengan Partai Republik Radikal. Meskipun ia nyaris dimakzulkan, Johnson terus berjuang mempertahankan pendekatannya terhadap rekonstruksi.

18. Ulysses S. Grant (1869-1877)

Grant, pahlawan perang saudara, menjadi presiden ke-18 dengan membawa harapan stabilitas. Namun, masa jabatannya sering kali dirusak oleh korupsi dan kurangnya kepemimpinan yang tegas. Sebagai presiden, ia tetap mendukung rekonstruksi dengan menggunakan kekuatan militer untuk memastikan hak-hak mantan budak, meski pengaruhnya terbatas pada perubahan jangka panjang.

19. Rutherford B. Hayes (1877-1881)

Meskipun terpilih melalui pemilu yang sangat kontroversial, Hayes membawa reformasi sederhana dan kejujuran ke Gedung Putih. Ia memulai era baru dengan mengakhiri rekonstruksi, menarik pasukan federal dari Selatan, dan mencoba menciptakan rekonsiliasi di negara yang masih terpecah. Kebijakan ini, meski dimaksudkan untuk perdamaian, tidak berhasil mengatasi ketegangan rasial yang terus berlangsung.

20. James Garfield (1881)

Garfield, presiden ke-20, dikenal karena melawan korupsi politik dan mengembalikan wibawa institusi kepresidenan. Meskipun masa jabatannya sangat singkat, ia berhasil menantang patronase di New York dan menunjukkan ketegasan dalam menghadapi lawan politiknya. Tragisnya, ia tewas akibat pembunuhan setelah hanya 200 hari memimpin, meninggalkan warisan reformasi yang belum selesai.

21. Chester A. Arthur (1881-1885)

Sebagai Presiden ke-21 Amerika Serikat, Chester A. Arthur menjadi pemimpin setelah kematian James Garfield. Dia dikenal karena penampilan yang gagah dan kebijakan reformasi pelayanan sipil melalui Undang-Undang Pendleton. Arthur berhasil menunjukkan dirinya sebagai pemimpin yang independen, meskipun sebelumnya dikenal dekat dengan politik patronase.

22. Grover Cleveland (1885-1889 dan 1893-1897)

Grover Cleveland adalah Presiden pertama yang menjabat dua kali dalam periode yang tidak berturut-turut. Dia tercatat sebagai Presiden AS ke-22 dan 24. Cleveland terkenal sebagai pembela prinsip tanpa perlakuan istimewa kepada kelompok ekonomi tertentu dan upayanya mengurangi tarif tinggi. Cleveland juga dikenal tegas, seperti saat mengirim pasukan federal untuk menindak pemogokan di Chicago.

23. Benjamin Harrison (1889-1893)

Presiden ke-23 ini dikenal karena memperjuangkan kebijakan luar negeri yang tegas, termasuk mendukung Kongres Pan-Amerika. Di dalam negeri, ia mendukung tarif tinggi dan menandatangani Undang-Undang Anti-Trust Sherman. Meski sukses di beberapa bidang, pemerintahannya dikenal dengan julukan "Kongres miliaran dolar" karena pengeluaran yang besar.

24. William McKinley (1897-1901)

William McKinley memimpin Amerika Serikat melewati masa depresi dan meraih kemenangan dalam Perang Spanyol-Amerika. Ia dikenal sebagai pendukung tarif protektif untuk industri dalam negeri. Tragisnya, masa kepresidenannya berakhir setelah ia ditembak oleh seorang anarkis pada tahun 1901.

25. Theodore Roosevelt (1901-1909)

Menjabat sebagai presiden termuda dalam sejarah Amerika Serikat setelah pembunuhan William McKinley, Roosevelt dikenal sebagai pemimpin progresif yang penuh energi. Ia memperkuat kekuasaan eksekutif, memperjuangkan kebijakan luar negeri yang kuat, dan berkontribusi besar dalam reformasi sosial serta konservasi alam. Beberapa pencapaian utamanya meliputi pembubaran monopoli, pembangunan Terusan Panama, dan mempromosikan perlindungan lingkungan.

26. William Howard Taft (1909-1913)

Meskipun lebih nyaman di bidang hukum, Taft menjadi presiden atas dorongan dan dukungan Roosevelt. Kepresidenannya dikenal dengan peran administratif yang efektif, termasuk pengajuan amandemen pajak pendapatan dan pemilihan senator secara langsung. Namun, ia sering dikritik karena kurang mampu menangani perselisihan politik antara kaum progresif dan konservatif.

27. Woodrow Wilson (1913-1921)

Sebagai pemimpin gerakan progresif, Wilson membawa banyak perubahan penting, termasuk pembentukan Federal Reserve dan undang-undang perdagangan yang adil. Ketika Perang Dunia I pecah, ia awalnya menjaga netralitas, tetapi akhirnya membawa Amerika untuk berperang demi "menyelamatkan demokrasi dunia." Setelah perang, ia berupaya membentuk Liga Bangsa-Bangsa meskipun gagal mendapatkan dukungan dari Senat.

28. Warren G. Harding (1921-1923)

Kepresidenannya dikenal dengan slogan "normalcy," yang menawarkan stabilitas setelah perang dan reformasi besar sebelumnya. Harding berhasil memulihkan ekonomi pasca perang dan membatasi imigrasi, tetapi masa jabatan singkatnya dirusak oleh skandal besar seperti Teapot Dome. Ia meninggal mendadak sebelum skandal tersebut terungkap sepenuhnya.

29. Calvin Coolidge (1923-1929)

Menggantikan Harding, Coolidge dikenal karena pendekatan konservatifnya terhadap pemerintahan dan fokus pada efisiensi ekonomi. Ia memprioritaskan pengurangan pajak dan penghematan anggaran, mencerminkan era kemakmuran di bawah kepemimpinannya. Namun, ia juga dikritik karena tidak berbuat banyak untuk membantu sektor pertanian yang tertekan.

30. Herbert Hoover (1929-1933)

Sebelum menjabat sebagai Presiden ke-31 Amerika Serikat, Herbert Hoover dikenal sebagai seorang insinyur pertambangan sukses dan kemanusiaan besar yang membantu memberi makan Eropa pasca-Perang Dunia I. Lahir di Iowa, ia tumbuh di Oregon, dan menamatkan pendidikan di Universitas Stanford. Hoover sempat menghadapi tantangan berat selama Depresi Besar, namun berbagai kebijakan ekonominya kerap disalahpahami dan ia menjadi kambing hitam atas krisis ekonomi tersebut.

31. Franklin D. Roosevelt (1933-1945)

Roosevelt memimpin Amerika Serikat saat Depresi Besar dan Perang Dunia II. Ia dikenal dengan program New Deal yang dirancang untuk menghidupkan kembali perekonomian serta menciptakan reformasi sosial besar seperti Jaminan Sosial. Melalui kepemimpinannya yang karismatik, ia berhasil mengembalikan kepercayaan masyarakat pada masa sulit. Roosevelt juga memainkan peran penting dalam pembentukan PBB sebelum meninggal saat masa jabatannya yang keempat.

32. Harry S. Truman (1945-1953)

Truman mendadak menjadi Presiden setelah kematian Roosevelt dan langsung dihadapkan pada keputusan besar, termasuk penggunaan bom atom di Jepang. Ia memperkenalkan kebijakan Truman Doctrine dan Marshall Plan untuk melawan pengaruh Soviet di Eropa. Dalam negeri, ia memprakarsai Fair Deal yang mencakup ekspansi Jaminan Sosial dan hak-hak sipil. Keberaniannya dalam mengambil keputusan penting menjadikan warisannya tetap diingat.

33. Dwight D. Eisenhower (1953-1961)

Eisenhower membawa pengalaman sebagai komandan militer Perang Dunia II ke kursi kepresidenan. Ia fokus pada kebijakan luar negeri untuk mengurangi ketegangan Perang Dingin dan memperkuat NATO. Di dalam negeri, ia mendukung desegregasi sekolah dan memulai proyek infrastruktur besar seperti sistem jalan tol antarnegara bagian. Ia dikenal dengan pendekatan moderat dalam kebijakan yang mengedepankan keseimbangan.

34. John F. Kennedy (1961-1963)

Sebagai Presiden termuda yang terpilih, Kennedy membawa energi dan visi baru untuk Amerika Serikat. Ia memimpin di tengah situasi Perang Dingin, termasuk dalam Krisis Misil Kuba yang hampir membawa dunia ke ambang perang nuklir. Kennedy juga mempromosikan kesetaraan hak sipil dan membentuk Peace Corps untuk membantu negara-negara berkembang. Kehidupannya terhenti secara tragis akibat pembunuhan di Dallas.

35. Lyndon B. Johnson (1963-1969)

Lyndon B. Johnson dilantik menjadi Presiden setelah kematian John F. Kennedy. Ia meluncurkan program "Great Society" yang fokus pada pemberantasan kemiskinan dan perbaikan pendidikan. Meski dihadapkan dengan perang Vietnam yang semakin intens, ia berhasil memperkenalkan kebijakan Medicare dan reformasi sosial yang berpengaruh besar bagi masyarakat Amerika.

36. Richard Nixon (1969-1974)

Richard Nixon berhasil mengakhiri keterlibatan Amerika dalam Perang Vietnam dan memperbaiki hubungan dengan China serta Uni Soviet. Namun, ia terlibat dalam skandal Watergate yang akhirnya membuatnya mundur dari jabatan. Meski demikian, ia tercatat sebagai pemimpin yang berhasil menegosiasikan pengurangan senjata nuklir dan memulihkan stabilitas internasional.

37. Gerald R. Ford (1974-1977)

Gerald R. Ford menjabat sebagai Presiden dalam situasi sulit setelah Nixon mengundurkan diri akibat Watergate. Ia berfokus pada pemulihan ekonomi dan pengendalian inflasi, meskipun keputusan kontroversialnya untuk memberi pengampunan kepada Nixon menuai kritik. Ford berusaha menjaga kestabilan negara dengan kebijakan fiskal konservatif dan mendorong kebijakan luar negeri yang stabil.

38. Jimmy Carter (1977-1981)

Jimmy Carter berusaha membawa pemerintah lebih efisien dan lebih memperhatikan hak asasi manusia. Di tengah tantangan ekonomi dan inflasi yang tinggi, ia berhasil memfasilitasi kesepakatan damai Camp David antara Mesir dan Israel. Meskipun demikian, krisis penyanderaan di Iran dan masalah ekonomi membuatnya kalah dalam pemilu 1980.

39. Ronald Reagan (1981-1989)

Ronald Reagan membawa Amerika keluar dari resesi melalui pemotongan pajak dan pengeluaran pemerintah. Dengan kebijakan "peace through strength," ia memperkuat militer dan memfokuskan pada pengakhiran Perang Dingin melalui diplomasi dengan Uni Soviet. Reagan juga berhasil memperbaiki ekonomi dan mengurangi pengangguran, meskipun defisit negara meningkat selama masa kepresidenannya.

40. George H. W. Bush (1989-1993)

George H. W. Bush menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat ke-41 dan memimpin negara di tengah perubahan besar dunia. Sebagai seorang veteran Perang Dunia II dan tokoh politik berpengalaman, Bush menghadapi tantangan internasional seperti runtuhnya Uni Soviet dan invasi Irak ke Kuwait. Meskipun sukses dalam kebijakan luar negeri, terutama di Timur Tengah, beliau kalah dalam pemilihan ulang karena kesulitan ekonomi domestik.

41. Bill Clinton (1993-2001)

Bill Clinton, yang menjadi Presiden ke-42, memimpin negara pada era pasca-Perang Dingin dan membawa AS ke tingkat ekonomi yang tinggi. Di masa pemerintahannya, ia berhasil menciptakan surplus anggaran dan menurunkan angka pengangguran. Meski mendapat kontroversi akibat skandal pribadi, Clinton tetap mempertahankan popularitas tinggi sepanjang masa kepresidenannya.

42. George W. Bush (2001-2009)

George W. Bush, sebagai Presiden ke-43, menghadapi serangan teroris 9/11 yang mengubah jalannya pemerintahannya. Selain memimpin perang melawan terorisme, ia menginvasi Irak untuk menjatuhkan Saddam Hussein. Kebijakan luar negerinya yang agresif serta perang di Afghanistan dan Irak menjadi ciri khas kepemimpinannya, meskipun ekonominya terguncang pada akhir masa jabatan.

43. Barack Obama (2009-2017)

Barack Obama, Presiden ke-44, membuat sejarah sebagai Presiden Afrika-Amerika pertama Amerika Serikat. Dengan kebijakan luar negeri yang mendukung diplomasi dan hubungan internasional, Obama juga berhasil meraih pencapaian domestik seperti reformasi kesehatan yang dikenal dengan Obamacare. Keberhasilannya dalam mengatasi krisis finansial global serta pembunuhan Osama bin Laden membuat pemerintahannya penuh dinamika.

44. Donald Trump (2017-2021)

Donald Trump, Presiden ke-45, dikenal dengan pendekatan yang kontroversial dan penggunaan media sosial untuk berkomunikasi langsung dengan rakyat. Kebijakan dalam negeri yang mencakup pemotongan pajak dan pembatasan perdagangan, serta langkah-langkah luar negeri yang berani, seperti memindahkan kedutaan AS ke Yerusalem, menjadi fokus utama masa jabatannya.

Trump juga terlibat dalam dua kali pemakzulan meskipun tetap memimpin sampai akhir masa jabatannya. Pada pemilihan presiden yang berlangsung pada 2024, Trump kembali terpilih sebagai presiden AS dan dilantik hari ini, 20 Januari 2025.

45. Joe Biden (2021-2025)

Joe Biden, yang menjabat sebagai Presiden ke-46 (2021-2025), lahir di Scranton, Pennsylvania. Sebelum menjadi Presiden, ia telah mengabdi selama 36 tahun sebagai senator dari Delaware. Sepanjang kariernya, ia berperan besar dalam sejumlah kebijakan penting, termasuk undang-undang Kekerasan terhadap Perempuan dan reformasi kesehatan.

Sebagai Wakil Presiden (2009-2017), ia berkolaborasi dengan Presiden Obama untuk mengesahkan Undang-Undang Perawatan Kesehatan Terjangkau dan merespons krisis ekonomi global. Kini, dalam kepemimpinannya, Biden berfokus pada pemulihan ekonomi dan penguatan peran Amerika di panggung dunia.

Demikian informasi lengkap mengenai daftar 47 Presiden AS, yang sebenarnya hanya pernah dijabat oleh 45 orang karena Grover Cleveland dan Donald Trump menjabat dua kali tetapi tidak berturut-turut. Semoga bermanfaat!




(par/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads