Seorang anak menjadi korban pelecehan yang dilakukan seorang guru perempuan, inisial ST (35) di Grobogan. Korban kini dibawa ke sebuah pondok pesantren (ponpes) untuk diterapi.
Pengasuh ponpes, Ahmad Gufron, menerangkan korban awalnya datang dengan kondisi pendiam dan tidak mau berkumpul bersama sesama santri. Namun, kini perkembangannya begitu positif.
"Alhamdulillah sekarang perkembangannya baik. Anaknya sudah mengikuti kegiatan belajar bersama teman-temannya, ngaji, mau cerita. Awalnya dulu pendiam dan tertutup," kata Ahmad saat ditemui di kediamannya, Jumat (10/1/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ahmad Gufron mengungkapkan korban sudah berada di pondok pesantrennya selama tiga bulan terakhir atas permintaan keluarga dan rekomendasi kepala dusun. Di sana korban diharapkan menjalani terapi psikologis psikologi supaya tak terpuruk.
"Ya agar psikis normal lagu. Kita didik kembali. Dapat amanah orang tua dan tokoh masyarakat," ujarnya.
Sempat Dihubungi Lagi oleh Pelaku
Ahmad Gufron melanjutkan, korban ternyata sempat dihubungi lagi oleh ST. Bahkan, keduanya sempat bertemu.
Sekembalinya dari bertemu bu guru tersebut, pihak ponpes menyita ponselnya. Baru setelah itu korban terlihat lebih lega sekaligus terbuka.
"Waktu itu saya tinggal acara di kampung. Korban ternyata ikut ST. Entah dijemput atau bagaimana. HP-nya saya sita, baru ternyata lebih enjoy setelah HP disita. Mau diajak bicara. Awalnya diajak pergi, saya suruh cari anak pondok, ketemu dia di sawah. Saya suruh ambil untuk bawa pulang ke sini. Waktu itu masih belum jujur, ngomong nggak bawa HP. Dia seperti takut, bingung, tertekan harus bagaimana," jelas Ahmad.
Begitu ponsel disita, korban mulai bisa berbaur dengan rekannya, bahkan dia bercerita. Ahmad mengaku dia sempat membaca salah satu pesan dari guru mesum tersebut, yang membuatnya geleng kepala.
"Saya pernah baca WA-nya. Intinya, 'kalau kamu karakternya nggak bisa dekat sama keluargamu, pasti deketnya kamu sama saya'. Itu dari ST," tegasnya.
Korban Anak Broken Home
Ahmad menuturkan korban berasal dari keluarga yang kurang bahagia. Dia disebut tinggal bersama kakek neneknya.
Dia kurang terbuka dengan keluarga dan kurang kasih sayang. Suatu ketika saat kelas 8 SMP dia curhat ke ibu gurunya tersebut. Ternyata disambut oleh gurunya bahkan diberi perhatian lebih dengan membelikan beberapa barang.
"Saya tanya itu awalnya dekat dengan ST awal mulanya untuk curhat karena dapat masalah. Ikut ngaji-ngaji. Karena nyaman, berjalannya waktu kalau ada sesuatu sampai seperti itu, ya karena itu masih anak ya, karena mungkin ada nyaman dikasih ini itu akhirnya sungkan menolak," ujar Ahmad.
Korban juga sempat menyatakan penyesalannya karena berbuat asusila dengan gurunya. Namun Ahmad menegaskan jika korban itu seperti diperalat.
"Korban kemarin saya tanya. Kamu dengan itu ada penyesalan? 'Saya baru sadar mas kalau salah,' kata korban. Katakanlah terperalat, lah," katanya.
Seperti diberitakan, rumah ST pernah digerebek warga pada November 2023 saat dia dan korban berada di dalam kamar mandi. Kemudian dilakukan mediasi sehingga diputuskan dengan syarat tidak mengulanginya lagi. ST juga dipecat dari sekolah tempat kerjanya.
Namun ternyata mereka masih berhubungan bahkan ST memfasilitasi korban untuk kos selama lima bulan. Kemudian pada akhir September 2024 korban diinapkan di rumah ST.
Suatu ketika ST sedang menjenguk putrinya di pondok pesantren dan korban di rumah ST sendirian. Ayah ST yang tinggal tidak jauh dari sana mendengar suara orang batuk dari rumah ST. Dia terkejut karena seharusnya rumah itu kosong. Ayah ST yang emosi mendobrak dan menganiaya korban. Mediasi kembali dilakukan.
Pihak korban sudah melaporkan soal penganiayaan. Kemudian untuk asusila sudah diselidiki polisi, sedangkan korban akan melapor resmi pada Senin pekan depan. Sementara itu ST saat didatangi rumahnya ternyata tidak ada di sana.
(apu/apu)