Pernahkah kamu memperhatikan bahwa pohon Natal hampir selalu menggunakan pohon cemara? Baik yang asli maupun buatan, bentuk khasnya yang menjulang dan rimbun selalu menjadi pusat perhatian di rumah, taman, hingga tempat umum selama musim Natal. Tapi, kenapa identik dengan pohon cemara, bukan kelapa atau mangga?
Pemilihan cemara sebagai pohon Natal ternyata tidak hanya soal estetika, tetapi juga mengandung makna yang dalam. Dari simbol spiritual hingga sejarah panjang yang melibatkan berbagai budaya, pohon cemara memiliki kisah yang menjadikannya begitu lekat dengan Natal.
Lantas, kenapa Natal identik dengan pohon cemara? Mari simak penjelasan lengkap yang dihimpun detikJateng dari laman Michigan State University, Britannica, dan Hungaria Conservative berikut ini!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kenapa Natal Identik dengan Pohon Cemara?
Ini dia beberapa alasan utama kenapa pohon cemara digunakan sebagai pohon Natal.
1. Simbol Kehidupan Abadi
Pohon cemara selalu hijau sepanjang tahun, sehingga dianggap sebagai perlambangan hidup abadi. Dalam tradisi Kristen, pohon ini sering digunakan untuk mengingatkan umat akan janji kehidupan kekal bersama Tuhan.
Penggunaan pohon cemara sebagai simbol ini telah berlangsung selama ribuan tahun, bahkan sebelum kedatangan agama Kristen. Orang-orang Romawi kuno juga menggunakan cabang-cabang pohon cemara untuk menghias rumah saat pergantian tahun sebagai tanda harapan akan musim semi yang segera datang. Dalam tradisi pagan, ranting-ranting hijau digunakan untuk menghias rumah selama perayaan titik balik matahari musim dingin.
Dalam tradisi Kristen, pohon cemara mulai digunakan sebagai hiasan yang melambangkan hubungan manusia dengan Tuhan. Keabadian daun-daun hijau pohon ini dipandang sebagai cerminan kasih Tuhan yang tidak pernah berakhir, terutama di musim dingin yang melambangkan kegelapan dan kesulitan.
2. Simbol Harapan di Musim Dingin
Musim dingin sering dikaitkan dengan kegelapan dan kekosongan. Oleh karena itu, pohon cemara memberikan kehangatan visual dan simbolik di tengah suasana dingin. Di Michigan misalnya, banyak yang menggunakan pohon cemara untuk menghiasi rumah mereka selama musim dingin, bahkan di luar konteks Natal. Pohon ini dianggap membawa harapan dan kegembiraan, terutama selama hari-hari kelabu.
Sebagai simbol harapan, pohon cemara mampu menginspirasi semangat baru di tengah tantangan hidup. Tradisi ini mengingatkan manusia untuk terus berharap, bahwa musim semi akan datang dan selalu ada cahaya di balik kegelapan.
3. Warisan Tradisi Jerman
Tradisi menghias pohon cemara dimulai di Jerman pada Abad Pertengahan. Pohon ini awalnya dikenal sebagai paradise tree yang melambangkan Taman Eden dalam kisah penciptaan manusia. Pada tanggal 24 Desember yang diperingati sebagai hari Adam dan Hawa, pohon ini dihiasi dengan apel untuk menggambarkan kisah tersebut. Seiring waktu, hiasan lain seperti lilin mulai ditambahkan untuk melambangkan Kristus sebagai cahaya dunia.
Martin Luther yang merupakan tokoh penting dalam Reformasi Protestan, diyakini sebagai orang pertama yang memperkenalkan tradisi ini. Ia menggunakan pohon cemara yang dihias di dalam rumah untuk merayakan kelahiran Yesus. Kebiasaan ini kemudian menyebar dengan cepat di Jerman, di mana popularitas pohon cemara terus meningkat hingga menjadi tradisi nasional.
4. Penyebaran ke Negara Barat
Tradisi pohon Natal meluas ke negara-negara lain melalui migrasi orang-orang Jerman. Di Inggris, pohon cemara menjadi populer setelah diperkenalkan oleh Pangeran Albert, suami Ratu Victoria, pada abad ke-19. Sebuah ilustrasi keluarga kerajaan Inggris di sekitar pohon Natal yang diterbitkan pada tahun 1848 memengaruhi masyarakat Inggris dan Amerika untuk mulai menggunakan pohon cemara sebagai bagian dari perayaan Natal mereka.
Di Amerika Serikat, tradisi ini awalnya menghadapi penolakan dari kaum Puritan yang menganggapnya memiliki akar paganisme. Namun, pada abad ke-19, pohon cemara menjadi simbol yang diterima secara luas, terutama setelah gambar pohon Natal kerajaan Inggris muncul di media Amerika. Pohon ini dihias dengan bahan-bahan lokal seperti kapas, popcorn, dan kacang-kacangan sebelum dekorasi modern berkembang.
Makna Hiasan Lampu pada Pohon Natal
Pohon Natal adalah salah satu simbol paling ikonik dalam perayaan Natal di seluruh dunia. Hiasan-hiasannya yang beragam, termasuk lampu-lampu kecil, tidak hanya mempercantik pohon tetapi juga memiliki makna yang dalam. Tradisi menghias pohon Natal dengan lampu berasal dari perkembangan sejarah yang panjang.
Lampu pada pohon Natal pertama kali dipopulerkan di Jerman pada abad ke-16. Martin Luther konon menjadi orang pertama yang menambahkan lilin-lilin kecil pada pohon. Inspirasi ini datang ketika ia melihat bintang-bintang berkilauan di antara pohon-pohon pinus pada malam musim dingin. Lilin-lilin tersebut melambangkan Kristus sebagai lentera dunia yang mengacu pada ajaran dalam Alkitab.
Seiring waktu, penggunaan lilin digantikan dengan lampu-lampu listrik yang lebih aman. Tradisi ini menjadi semakin populer di berbagai negara, terutama setelah diperkenalkan ke Inggris oleh Pangeran Albert dan Ratu Victoria pada abad ke-19. Ilustrasi mereka bersama pohon Natal yang dihias menarik perhatian banyak orang dan mempercepat adopsi tradisi ini di Eropa dan Amerika.
Hiasan lampu juga membawa makna spiritual dan emosional. Kilauan lampu yang menghiasi pohon Natal menciptakan suasana hangat dan damai di tengah musim dingin. Secara simbolis, cahaya lampu menggambarkan harapan, kehidupan, dan kehadiran ilahi di tengah kegelapan dunia.
Nah, itulah tadi sejumlah alasan kenapa Natal identik dengan pohon cemara. Semoga bermanfaat!
(par/par)