Ular tanah atau malayan pit viper (Calloselasma rhodostoma) termasuk salah satu jenis ular yang kerap dijumpai di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia. Karena cukup sering ditemui, kita perlu mengetahui ular tanah berbisa atau tidak?
Dikutip dari laman Thailand Snakes, ular tanah memiliki tubuh gempal dan relatif pendek. Tubuhnya rata-rata kurang dari 1 meter. Kepala ular ini berbentuk segitiga dengan mata berbentuk vertikal, yang menjadi ciri khas pit viper. Tubuhnya memiliki warna coklat kekuningan atau abu-abu dengan pola bergaris atau berbintik, membantu mereka berkamuflase dengan baik di lingkungan yang kering dan berbatu.
Selain itu, ular ini memiliki ekor yang lebih ringan dengan ujung putih yang menjadi ciri khas. Ekor ini digunakan oleh ular muda untuk memikat mangsa dengan cara menggerakkan ekor yang menyerupai serangga. Lalu, ular tanah berbisa atau tidak? Mari simak penjelasannya!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ular Tanah Berbisa atau Tidak?
Berdasarkan penelitian berjudul Venom-Gland Transcriptomics of the Malayan Pit Viper (Calloselasma rhodostoma) for Identification, Classification, and Characterization of Venom Proteins oleh Poom Adisakwattana dkk, ular tanah atau Calloselasma rhodostoma adalah salah satu ular berbisa yang hidup di Asia Tenggara.
Ular ini dikenal sebagai jenis yang sangat berbahaya karena bisa atau racunnya tergolong dalam kategori 1, yang berarti termasuk jenis ular dengan bisa yang penting secara medis. Gigitan ular tanah ini dapat menyebabkan efek serius pada tubuh, yang memerlukan penanganan medis segera.
Penelitian pada kelenjar bisa ular tanah menunjukkan bahwa racunnya mengandung beberapa jenis toksin, yaitu snake venom serine proteases (SVMP), snake C-type lectins (Snaclec), dan snake venom serine proteases (SVSP). Toksin-toksin ini memiliki peran yang berbeda dalam menyebabkan kerusakan pada jaringan tubuh korban.
Racun SVMP adalah yang paling dominan dan diketahui dapat merusak jaringan serta memicu perdarahan. Snaclec dan SVSP juga berkontribusi terhadap efek berbahaya dari bisa ular tanah, yang keseluruhannya dapat menyebabkan gangguan sistem peredaran darah.
Keragaman toksin dalam bisa ular tanah ini membuat pengembangan obat dan penangkal yang efektif menjadi sulit. Setiap jenis toksin memiliki perbedaan struktur dan urutan asam amino, yang berarti bahwa tubuh merespons masing-masing toksin dengan cara berbeda.
Penelitian genom ular tanah ini, yang berfokus pada ekspresi dan interaksi gen penghasil bisa, sangat diperlukan agar ilmuwan dapat mengembangkan penawar yang lebih baik.
Efek Gigitan Ular Tanah
Dikutip dari laman Thailand Snakes, gigitan ular tanah bersifat necrotoxic, yaitu dapat merusak semua sel yang terkena bisa, termasuk sel darah merah, otot, dan jaringan ikat. Efek gigitan sering kali mencakup kerusakan jaringan di area gigitan yang dapat menyebabkan kehilangan bagian tubuh seperti jari atau jaringan di sekitar gigitan.
Selain itu, bisa ini dapat menyebabkan perdarahan dari berbagai lubang tubuh, seperti mata, hidung, mulut, telinga, serta alat kelamin, dan dalam kasus yang parah, perdarahan di otak yang dapat berakibat fatal. Meskipun jarang berakibat kematian bila segera mendapat perawatan medis, penundaan ke rumah sakit dapat meningkatkan risiko kematian.
Untungnya, kini tersedia antivenom khusus untuk bisa ular ini yang dapat membantu mengatasi efek gigitan jika diberikan tepat waktu.
Demikian penjelasan lengkap mengenai ular tanah yang sangat berbisa dan berbahaya untuk manusia. Semoga bermanfaat!
(sto/rih)