- Ciri-ciri Teks Eksplanasi
- Struktur Teks Eksplanasi a. Pernyataan Umum b. Urutan Sebab Akibat c. Interpretasi
- Contoh Teks Eksplanasi Mengenai Fenomena Alam 1. Teks Eksplanasi tentang Terbentuknya Gunung Anak Krakatau 2. Teks Eksplanasi tentang Tsunami 3. Teks Eksplanasi tentang Gerhana Bulan Penumbra
Teks eksplanasi merupakan salah satu dari banyak teks yang dipelajari dalam bahasa Indonesia. Tujuan dari ditulisnya teks eksplanasi sendiri adalah untuk menunjukkan setiap langkah terjadinya suatu fenomena dan alasannya.
Mengutip laman kemdikbud.go.id, teks eksplanasi merupakan teks yang menjelaskan mengenai bagaimana proses terjadinya atau terbentuknya suatu fenomena atau kejadian, baik fenomena alam, sosial maupun budaya. Dalam jurnal berjudul Kemampuan Menulis Teks Eksplanasi pada Siswa Kelas XI SMK Muhammadiyah 1 Pontianak oleh Riska Yuliani, Nanang Heryana, dan Syambasril dijelaskan bahwa tujuan dari pembelajaran teks eksplanasi adalah agar siswa dapat belajar langsung dari lingkungan sosial serta alam yang sesuai.
Lalu apa bedanya teks eksplanasi dengan teks lainnya? Apakah teks eksplanasi memiliki ciri-ciri dan struktur yang berbeda dengan teks lain? Berikut ini ada contoh teks eksplanasi tentang fenomena alam lengkap dengan ciri-ciri dan strukturnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ciri-ciri Teks Eksplanasi
Dikutip dari buku Metamorfosis Teks Eksplanasi dalam Kehidupan oleh Rizka Desriani dkk, teks eksplanasi sendiri memiliki perbedaan dari teks lainnya, ciri-ciri teks eksplanasi terdiri dari:
- Terdiri dari pernyataan umum, urutan sebab akibat, dan interpretasi.
- Informasi yang ditulis merupakan informasi faktual, jadi semua kejadian yang dijelaskan memang kejadian yang nyata terjadi.
- Fakta yang ditulis biasanya selalu menyertakan penjelasan ilmiah.
- Teks bersifat informatif.
- Isi teks tidak mengarahkan pembaca pada opini tertentu.
- Terdapat urutan, seperti; pertama, kedua, ketiga, dst.
Struktur Teks Eksplanasi
Masih mengutip buku yang sama, struktur dari teks eksplanasi yang bertujuan untuk memudahkan penulisan serta pembaca dalam memahami suatu fenomena, struktur teks eksplanasi terdiri dari:
a. Pernyataan Umum
Pada bagian ini biasanya berisikan mengenai pernyataan umum sebagai pengantar topik atau memberikan gambaran awal kepada pembaca mengenai peristiwa yang akan dibahas.
b. Urutan Sebab Akibat
Di bagian sebab-akibat mulai membahas bagaimana sebuah fenomena terjadi, mulai dari urutan hingga alasan terjadinya suatu fenomena.
c. Interpretasi
Pada bagian akhir teks eksplanasi berisi intisari atau kesimpulan dari keseluruhan teks eksplanasi.
Contoh Teks Eksplanasi Mengenai Fenomena Alam
Berikut contoh teks eksplanasi mengenai fenomena alam yang dikutip dari buku Arif Cerdas untuk Sekolah Dasar Kelas 5 oleh Christiana Umi, Pembelajaran Menulis Teks: Suatu Pendekatan Kognitif oleh Dr. Dina Ramadhanti, M.Pd., Diyan Permata Yanda, M.Pd., dan Explore Bahasa Indonesia Jilid 2 untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI oleh Imam Taufik, Rusmiyanto, S. Prasetyo Utomo, Setia Naka Andrian, Minarni Try Astuti.
1. Teks Eksplanasi tentang Terbentuknya Gunung Anak Krakatau
Gunung Anak Krakatau merupakan kaldera atau fitur vulkanik yang terbentuk akibat erupsi besar Gunung Krakatau pada abad ke-19. Saat Gunung Krakatau meletus pada 1883, letusannya membentuk kaldera bawah laut. Kaldera ini membentuk gunung yang muncul hingga permukaan laut. Gunung ini pada akhirnya disebut Gunung Anak Krakatau.
Pada 27 Agustus 1883, Gunung Krakatau meletus. Pada saat itu, semburan abu vulkanik keluar dari puncak gunung setinggi 80 kilometer: Saat itu, terdengar dentuman yang dirasakan sampai ke Australia Tengah dan Pulau Rodriguez yang merupakan kepulauan di Samudera Hindia. Kejadian tersebut menyebabkan tsunami setinggi 30 meter dan menerjang pantai-pantai Teluk Betung, Lampung, dan pesisir Jawa Barat dari Merak sampai Ujung Kulon. Peristiwa besar tersebut menewaskan sekitar 36.000 orang. Selama peristiwa itu juga, Pulau Jawa dan Sumatra tertutup hujan abu. Letusan dahsyat itu membentuk kaldera bawah laut.
Kaldera yang terbentuk dari bawah laut tersebut lama-kelamaan membentuk sebuah gunung yang disebut Gunung Anak Krakatau. Gunung tersebut terus tumbuh dari waktu ke waktu. Gunung Anak Krakatau bertambah tinggi 4-6 meter setiap tahunnya. Hingga Tahun 2018, ketinggian Gunung Anak Krakatau mencapai lebih dari 300 meter di atas permukaan laut.
Pada 22 Desember 2018, Gunung Anak Krakatau kembali erupsi yang menyebabkan tsunami di Selat Sunda. Tsunami tersebut menyebabkan bencana di Pandeglang, Serang, dan Lampung Selatan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menduga tsunami tersebut terjadi karena ada dua peristiwa yang terjadi secara bersamaan. Dua peristiwa tersebut adalah aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau dan gelombang tinggi di perairan Selat Sunda.
2. Teks Eksplanasi tentang Tsunami
Tsunami adalah istilah yang berasal dari Jepang, terdiri atas dua kata, tsu dan name yang berarti 'pelabuhan' dan 'gelombang'. Para ilmuwan mengartikannya sebagai gelombang pasang atau gelombang laut akibat gempa. Tsunami adalah gelombang laut besar yang datang dengan cepat dan tiba-tiba menerjang kawasan pantai. Gelombang itu terbentuk akibat dari aktivitas gempa atau gunung berapi yang meletus di bawah laut.
Besarnya gelombang tsunami menyebabkan banjir dan kerusakan ketika menghantam daratan pantai. Pembentukan tsunami terjadi saat dasar laut permukaannya naik turun di sepanjang patahan selama gempa berlangsung. Patahan itu mengakibatkan terganggunya keseimbangan air laut. Patahan yang besar akan menghasilkan tenaga gelombang yang besar pula. Beberapa saat setelah terjadi gempa, air laut akan surut. Setelah surut, air laut kembali ke arah daratan dalam bentuk gelombang besar. Selain itu, pembentukan tsunami juga disebabkan oleh letusan gunung berapi di dasar lautan. Letusan itu menyebabkan tingginya pergerakan air laut atau perairan di sekitarnya. Semakin besar tsunami, makin besar pula banjir atau kerusakan yang terjadi saat menghantam pantai.
Tsunami memang telah menjadi salah satu bencana yang menyebabkan kerusakan besar bagi manusia. Kerusakan terbesar terjadi saat tsunami menghantam pemukiman penduduk sehingga menyeret apa saja yang dilaluinya. Oleh sebab itu, kita harus selalu waspada dan mempersiapkan diri menghadapi bencana ini. Namun, kita tidak perlu terlalu khawatir karena tidak semua tsunami membentuk gelombang besar. Selain itu, tidak semua letusan gunung berapi atau gempa yang terjadi diikuti dengan tsunami.
3. Teks Eksplanasi tentang Gerhana Bulan Penumbra
Setelah gegap gempita gerhana Matahari yang terjadi pada 9 Maret 2016, berikutnya adalah fenomena gerhana bulan penumbra yang terjadi pada 23 Maret 2016. Berbeda dengan gerhana bulan total ataupun sebagian, yang dapat kita lihat dengan mudah, gerhana bulan penumbra tidak mudah terlihat karena cahaya bulan tampak sedikit redup.
Gerhana bulan terjadi saat Bulan berada di antara lintasan Bumi dan Matahari. Ketika gerhana bulan terjadi, Bumi menghalangi cahaya Matahari sehingga Bulan memasuki bayangan Bumi. Posisi sejajar ketiga benda langit ini menyebabkan terbentuknya sudut kerucut bayangan Bumi. Bayangan pada kerucut terluar adalah area bayangan penumbra. Pada area ini, Bumi menghalangi sebagian cahaya Matahari untuk mencapai Bulan. Sementara bayangan kerucut yang ada di dalam adalah kerucut umbra karena Bumi menghalangi seluruh cahaya Matahari untuk mencapai Bulan.
Pada 23 Maret 2016, Bulan tidak berada di dalam umbra Bumi sehingga tidak terjadi gerhana bulan total. Pada saat itu, Bulan berada di dalam kerucut penumbra Bumi. Pada kondisi ini, Bumi hanya menghalangi sebagian cahaya matahari untuk mencapai Bulan. Sisa permukaan Bulan lainnya tetap menerima cahaya matahari. Akibatnya, Bulan tetap tampak cemerlang seperti bulan purnama, tetapi cahaya yang dipantulkan Bulan mengalami peredupan.
Gerhana bulan penumbra pada 23 Maret 2016 berlangsung selama 4 jam 15 menit 22 detik dengan kecemerlangan -0.312 magnitudo. Gerhana bulan penumbra ini bahkan dapat dilihat secara langsung dengan mata tanpa alat apa pun. Masyarakat Indonesia dapat melihat gerhana ini dari seluruh wilayah Indonesia. Masyarakat di wilayah Indonesia Tengah dan Timur bahkan dapat melihat proses gerhana Bulan penumbra dari awal. Sementara masyarakat Indonesia di wilayah Indonesia Barat hanya tidak dapat menikmati fenomena alam ini dari awal.
Perlu diingat, proses gerhana Bulan penumbra agak sulit untuk diketahui. Perubahan Bulan hanya berupa berkurangnya cahaya Bulan. Kita baru dapat menyadarinya ketika perbedaannya setelah 2/3 piringan Bulan memasuki penumbra Bumi. Meskipun begitu, kita dapat menikmati indahnya langit malam karena ada Bintang Spica di rasi Virgo dan Regulus di rasi Leo.
Itulah penjelasan teks eksplanasi hingga ciri-ciri, struktur, dan contohnya. Semoga dengan penjelasan diatas dapat menjadi informasi yang bermanfaat.
Artikel ini ditulis oleh Dayinta Ayuning Aribhumi, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(sto/apu)