Vio Pendaki yang Sempat Hilang di Gunung Slamet Berbagi Kisah di Sekolah

Vio Pendaki yang Sempat Hilang di Gunung Slamet Berbagi Kisah di Sekolah

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Selasa, 15 Okt 2024 14:45 WIB
Siswi SMKN 3 Semarang yang sempat hilang di Gunung Slamet, Naomi Daviola, menjadi pembicara dalam acara SMKN 3 Semarang Parenting Terpadu, Senin (14/10/2024).
Siswi SMKN 3 Semarang yang sempat hilang di Gunung Slamet, Naomi Daviola, menjadi pembicara dalam acara SMKN 3 Semarang Parenting Terpadu, Senin (14/10/2024). Foto: Dok SMKN 3 Semarang.
Semarang -

Pendaki belia yang sempat hilang tiga hari di Gunung Slamet, Naomi Daviola (17) sudah kembali bersekolah dan mengikuti praktik kerja lapangan (PKL) di SMKN 3 Semarang. Vio yang hadir dalam kegiatan Parenting Terpadu di sekolah tersebut, berbagi kisah dengan para peserta. Ia mengingatkan para siswa terkait pentingnya izin orang tua.

Dari video yang diunggah akun Instagram Kepala SMKN 3 Semarang, Harti, yang bernama @harti_salatiga, tampak Vio yang mengenakan seragam berwarna merah itu hadir di tengah para siswa dalam acara SMKN 3 Parenting Terpadu.

Dalam kesempatan itu, Vio menceritakan pengalamannya saat hilang di Gunung Slamet dan bagaimana ia bisa bertahan. Salah satu yang ia tekankan yakni pentingnya restu orang tua jika hendak bepergian, terutama mendaki gunung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Buat teman-teman yang hobi hiking atau pergi ke mana, pokoknya izin yang jujur ke orang tua, karena izin orang tua itu penting," kata Vio dalam video yang diunggah @harti_salatiga, sebagaimana dilihat detikJateng, Selasa (15/10/2024).

Vio juga mengaku, tak meminta izin orang tua saat hendak mendaki Gunung Slamet. Alih-alih izin mendaki, ia justru izin mengikuti kegiatan pramuka dan berangkat ke Purbalingga sendiri naik motor.

ADVERTISEMENT

"Naik motor sendirian ke Purbalingga, keadaan motornya remnya blong," ungkapnya.

Usai peristiwa tersebut, Vio pun mengaku introspeksi atas kesalahannya. Terlebih karena tak jujur sehingga membuat risau orang tuanya.

"Kejadianku jadi pelajaran buat teman-teman semua, kalau misal nggak diizinin jangan marah, tapi nego ke orang tua," jelasnya.

Sementara itu, Kepala SMKN 3 Semarang, Harti, mengatakan kegiatan Gapadu yang mengangkat tema pembelajaran sosial emosial dan budaya positif itu telah terlaksana Senin (14/10) kemarin. Kegiatan ini menjadi pelajaran berharga bagi para siswa agar selalu meminta izin dari orang tua.

"Pelajaran ke depan kalau ada kegiatan sebaiknya izin ke orang tua. Kalau ada orang tua keberatan, sebaiknya punya teknik negosiasi. Sehingga pola pembinaan sekarang, siswanya sendiri yang akan mengambil aksi perubahan untuk dirinya sendiri," jelasnya.

Harti turut berharap, para siswa SMKN 3 Semarang dapat memetik pelajaran-pelajaran berharga dari peristiwa yang menimpa Vio.

"Pesannya komunikasi yang jujur dengan keluarga, bahwa ke depan terutama doa ibu adalah menjadi hal yang jangan disepelekan," tuturnya.

Sekolah Akan Bikin Ekstrakurikuler Pencinta Alam

Usai kejadian yang menimpa Vio, SMKN 3 Semarang berencana membuat kegiatan ekstrakurikuler pencinta alam.

"Mbak Naomi memberikan saran untuk sekolah, kalau bisa sekolah memiliki tambahan ekskul yaitu ekskul pencinta alam," kata Harti.

Harti mengungkapkan, dari kejadian yang menimpa Vio pun ia mengetahui bahwa kegiatan mendaki gunung saat ini menjadi tren di kalangan muda-mudi, terutama siswa SMKN 3 Semarang.

"Ternyata banyak anak-anak yang suka muncak. Sehingga ini menjadi aset positif karena itu juga softskill mereka maupun hardskill, bagaimana keterampilan untuk bertahan di alam terbuka kita support," jelasnya.

"Maka sekolah akan menampung ini (pengadaan ekstrakurikuler pecinta alam) sebagai potensi. Ini salah satu refleksi dari peristiwa hilangnya Naomi adalah menambah ekskul baru, yaitu pecinta alam," lanjutnya.

Kendati telah memiliki rencana, Harti mengatakan, pengadaan ekstrakurikuler tersebut bukan hal yang mudah. Butuh bimbingan dan pengawasan dari para ahli, sehingga Harti akan fokus melakukan seleksi untuk mencari guru pendamping dan pelatih khusus.

"Berikutnya kita akan seleksi gurunya, pelatihnya. Apakah pelatih itu harus ada standar tertentu, itu menjadi salah satu perhatian kami. Ini sudah kita rapatkan," jelasnya.




(apl/rih)


Hide Ads