Pemkab Tegal, Jawa Tengah, menggelar Slawi Okto Fest di Trasa, Procot, Slawi. Gelaran ini selain mengenalkan sejarah, budaya juga sebagai ajang mengenalkan UMKM hingga bursa mobil bekas.
Slawi Oktocfest ini merupakan rangkaian kegiatan yang dipusatkan di Taman Rakyat Slawi (Trasa) selama satu pekan. Kegiatan tersebut merupakan kerja sama antara Pemerintah Kabupaten Tegal dalam hal ini Dikbud Kabupaten, Dewan Kebudayaan Daerah Kabupaten Tegal (DKDKT), Dewan Kesenian Kabupaten Tegal (DKKT), Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) dan Kemendikbud Ristek RI dalam hal ini Unit Museum Semedo.
Rangkaian kegiatan Slawi Oktofest ini meliputi pameran budaya, situs purba Samedo, pentas kesenian tradisional, senam sehat, bursa mobil bekas dan aneka UMKM khas Kabupaten Tegal. Ada pun kegiatan yang digelar adalah :
- Gigantopithecus Expo yang dikemas dengan Pameran Temporer Wanara Seba di Co-Working Space selama 7 hari, dari mulai 7-13 Oktober 2024 ;
- Pekan Kebudayaan Daerah (PKD) dengan tema Wayang Gagrak Tegal pada 9-10 Oktober ; dan
- Pergelaran Kolosal Pandhita Wanara Agung dalam rangka Gigantopithecus Expo 2024 pada 13 Oktober 2024.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama Traca Oktofest berlangsung, diadakan pameran dengan menyajikan makanan tradisional khas Tegal dan Desa Bangga Budaya dari 5 desa yang telah dipilih. Pameran temporer menghadirkan Gigantopithecus blacki dalam berbagai aspek dengan storyline "Keragaman Fauna Purba Semedo Melengkapi dan Menguatkan Ekosistem Prasejarah Indonesia".
Di stand situs purba Samedo, dipamerkan aneka fosil purba yang berasal dari wilayah Kabupaten Tegal. Termasuk fosil binatang dan kera raksasa purba yang hidup ribuan tahun lalu.
Pameran situs purba ini termasuk paling banyak menarik pehatian pengunjung. Mereka tampak antusias mengamati fosil yang dipajang di etalasi stand.
Salah seorang pengunjung, Faras (18) mengaku tertarik dengan pameran fosil purba. Menurut dia, untuk mempelajari dan melihat fosil baik binatang maupun kera raksasa purba tidak perlu ke daerah lain, seperti Wajak di Jawa Timur.
"Sejak dibuka, saya sudah tertarik dengan stand fosil ini, karena suka sama sejarah. Ternyata disini juga ada situs purba, jadi bisa dipelajari tanpa harus ke daerah lain seperti di Jawa Timur," ujarnya saat mengunjungi Trasa Oktofest, Minggu (13/10/2024).
Sekda Kabupaten Tegal, Amir Makhmud mengatakan, acara Trasa Oktofest diharapkan menjadi pengalaman belajar yang menyenangkan. Kemudian dapat memicu perbincangan publik, menghadirkan selebgram lokal untuk berinteraksi dengan pengunjung pameran ala Tegalan.
"Animo publik terutama dari kalangan pelajar yang mengunjungi galeri pameran sampai dengan penghujung pameran di hari ini menandakan ketertarikan yang tinggi akan temuan fosil fragmen Gigantopithecus di situs Semedo sebagai spesies kera purba raksasa satu-satunya di Indonesia," beber Sekda Brebes.
Sebagai bentuk kepedulian Pemkab dalam mengembangkan UMKM dan budaya, kegiatan Trasa Octo Fest 2024 juga diramaikan dengan Pekan Kebudayaan Daerah Kabupaten Tegal 2024 selama dua hari dari tanggal 9-10 Oktober. Tema yang diangkat adalah Wayang Gagrak Tegal yang didalamnya ada lomba dan pemetasan wayang gagrak Tegal dari pelajar, pementasan sampyong dan kuntulan.
Selain juga ada bazar UMKM yang ikut meramaikan sampai dengan hari ini. Galeri UMKM ini memajang dan mengekspose produk-produk asli Tegal.
Tidak hanya itu, di Trasa ini juga sempat diramaikan sesi Nobar laga Timnas Indonesia melawan Bahrain, termasuk nantinya juga kegiatan Nobar bisa kembali digelar di sini, termasuk event penganugerahan Top 28 dan Bos Muda program Wirausaha Pemuda 2024 yang akan kita gelar tanggal 19 Oktober mendatang.
Khusus untuk malam nanti di penghujung Gigantopithecus Expo ini akan ditutup dengan Pagelaran Kolosal Pandhita Wanara Agung. Pentas ini melibatkan melibatkan kolaborasi seniman dari β Sanggar Putra Satria Laras, Yayasan Rumah Seni Tegal dan β ISI Surakarta.
"Saya mengimbau masyarakat Kabupaten Tegal dan sekitarnya bisa ikut menyaksikan pentas seni nanti yang melibatkan kolaborasi seniman kita dari β Sanggar Putra Satria Laras, Yayasan Rumah Seni Tegal dan β ISI Surakarta," pungkasnya.
(ega/ega)