Trump Tak Mau Lagi Debat Capres dengan Kamala Harris

Internasional

Trump Tak Mau Lagi Debat Capres dengan Kamala Harris

Rita Uli Hutapea - detikJateng
Kamis, 10 Okt 2024 15:04 WIB
US Vice President and Democratic presidential candidate Kamala Harris (R) shakes hands with former US President and Republican presidential candidate Donald Trump during a presidential debate at the National Constitution Center in Philadelphia, Pennsylvania, on September 10, 2024. (Photo by SAUL LOEB / AFP)
Kamala Harris berjabat tangan dengan Donald Trump saat debat presiden di National Constitution Center di Philadelphia pada 10 September 2024. (Foto: AFP/SAUL LOEB)
Solo -

Calon presiden (capres) Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik, Donald Trump menyatakan bahwa dirinya menolak untuk melakukan debat capres kedua dengan rivalnya, Kamala Harris yang merupakan capres dari Partai Demokrat. Hal itu ditegaskan oleh Trump setelah Fox News menawarkan untuk menjadi tuan rumah debat kedua akhir bulan ini.

"Prosesnya sudah sangat terlambat, pemungutan suara (awal) sudah dimulai -- tidak akan ada pertandingan ulang!" kata Trump dalam unggahan dengan huruf kapital di platform media sosial Truth Social miliknya, pada Rabu (9/10/2024) waktu setempat dilansir dari detikNews.

Seperti diketahui pemilihan presiden di AS akan berlangsung pada 5 November mendatang. Trump dan Harris baru berhadapan dalam debat capres satu kali pada bulan September lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa media pemberitaan menyarankan agar mereka melakukan debat capres kedua. Namun, Trump tampaknya menolak.

"Kamala menyatakan dengan jelas, kemarin, bahwa dia tidak akan melakukan hal yang berbeda dari Joe Biden, jadi tidak ada yang perlu diperdebatkan," ujar Trump, dilansir kantor berita AFP, Kamis (10/10/2024).

ADVERTISEMENT

Hasil jajak pendapat The Guardian yang dirilis pada 5 Oktober, elektabilitas Harris unggul dengan perolehan 49,3 persen suara secara nasional, dibandingkan Trump yang mendapat 46 persen suara.

Angka tersebut dirilis saat pemungutan suara awal sudah berlangsung, dan menurut data Election Lab di University of Florida, lebih dari 1,4 juta warga AS telah memberikan suaranya hingga Jumat (4/10) siang waktu setempat.

Meski perolehan suara nasional atau popular votes penting, namun Pilpres AS menggunakan sistem electoral college. Artinya capres harus mampu mendapatkan 270 electoral votes dari total 538 electoral colleges untuk memenangkan Pilpres.

Jalan paling sederhana untuk mendapatkan hal tersebut adalah dengan memenangkan swing states atau negara bagian di mana Partai Demokrat atau Partai Republik masih memiliki potensi menang. Para pakar memprediksi pertarungan keduanya di negara bagian tersebut akan berlangsung sengit.

Ada tujuh swing states yang menjadi 'medan perang' dalam Pilpres AS, yakni Pennsylvania, Michigan, Wisconsin, Nevada, North Carolina, Georgia dan Arizona. Harris dinyatakan memimpin di sebanyak lima negara bagian dari total tujuh negara bagian yang menjadi swing states.

Hal itu berdasarkan angka rata-rata jajak pendapat untuk negara bagian yang dikumpulkan platform analisis jajak pendapat 538 selama 10 hari terakhir. Namun, kedua capres tetap memiliki peluang kemenangan yang sama.

Sedangkan negara bagian AS lainnya memiliki riwayat sebagai blue states, yang artinya selalu dimenangkan oleh Partai Demokrat, atau red states yang selalu dimenangkan oleh Partai Republik.




(afn/apu)


Hide Ads