Gurindam, pantun, dan syair merupakan bagian dari puisi rakyat. Nah, materi puisi rakyat ini biasanya dijumpai dalam pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII. Sebelum masuk ke dalam pembahasan mengenai perbedaannya, apakah detikers sudah mengetahui pengertian dari puisi rakyat?
Mengutip buku Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas VII oleh Titik Harsiati dkk, puisi rakyat merupakan salah satu warisan budaya bangsa. Selain itu, puisi rakyat biasanya berupa gurindam, pantun, maupun syair.
Jika kalian sedang mempelajari materi mengenai puisi rakyat, artikel ini harus kalian simak baik-baik. Berikut ini perbedaan dari gurindam, pantun, dan syair lengkap dengan pengertian, contoh, dan ciri-cirinya, dikutip dari sumber buku yang telah disebut.
Gurindam
Pengertian Gurindam
Gurindam merupakan bentuk puisi lama yang dulunya berasal dari India. Lalu, istilah dari gurindam pun berasal dari bahasa India yang berarti "mula mula" atau "perumpamaan".
Selain itu, gurindam juga dapat disebut sebagai puisi lama Melayu yang menjadi warisan budaya.
Ciri-ciri Gurindam
Di bawah ini merupakan berbagai ciri dari gurindam:
- Terdiri atas dua baris dalam satu bait.
- Tiap baris memiliki jumlah kata sekitar 10-14 kata.
- Tiap baris memiliki rima sama atau sajak A-A, B-B, C-C, dan seterusnya.
- Mempunyai satu kesatuan yang utuh.
- Biasanya, baris pertama berisi soal, masalah, atau perjanjian.
- Sedangkan, baris kedua berisi jawaban, akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama (isi atau maksud dari gurindam terdapat pada baris kedua).
- Isi gurindam biasanya berupa petuah, nasihat, filosofi hidup maupun kata-kata mutiara.
Contoh Gurindam
Berikut ini salah satu contoh dari gurindam:
Jika hendak mengenal orang yang baik perangai
Lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai.
Cahari olehmu akan sahabat,
yang boleh dijadikan obat.
Cahari olehmu akan guru,
yang boleh tahukan tiap seteru.
Jika hendak mengenal orang berbangsa,
lihat kepada budi dan bahasa.
Jika hendak mengenal orang yang berbahagia,
sangat memeliharakan yang sia-sia.
Jika hendak mengenal orang mulia,
lihatlah kepada kelakuan dia.
Pantun
Pengertian Pantun
Pantun merupakan puisi Melayu yang tumbuh dan menjadi budaya dalam masyarakat. Di Indonesia, pantun dikenal dengan banyak istilah seperti, tonton (bahasa Tagalog), tuntun (bahasa Jawa), pantun (bahasa Toba) dan sebagainya.
Meskipun berbeda istilah, fungsi dari pantun itu sendiri tetap sama, yaitu untuk mendidik sambil menghibur.
Ciri-ciri Pantun
Ciri-ciri pantun dapat dilihat dari bentuknya, dan tidak boleh diubah-ubah. Sebab, jika diubah maka sulit untuk membedakannya dengan gurindam atau pun puisi lama lainnya.
Nah, di bawah ini merupakan ciri-ciri dari pantun:
- Tiap bait terdiri atas empat baris (larik).
- Tiap baris terdiri atas 8 sampai 12 suku kata.
- Rima akhir setiap baris adalah a-b-a-b.
- Pada baris pertama dan kedua merupakan sampiran.
- Lalu, pada baris ketiga dan keempat merupakan isi.
Contoh Pantun
Pantun #1
Air surut memungut bayam
Sayur diisi ke dalam kantung
Jangan diikuti tabiat ayam
Bertelur sebiji riuh sekampung
Pantun #2
Ikan nila dimakan berang-berang
Katak hijau melompat ke kiri
Jika berada di rantau orang
Baik-baik membawa diri
Pantun #3
Akar keladi melilit selasih
Selasih tumbuh di hujung taman
Kalungan budi junjungan kasih
Mesra kenangan sepanjang zaman
Syair
Pengertian Syair
Syair merupakan salah satu bentuk dari puisi lama. Dulunya syair berasal dari Persia dan masuk ke Indonesia bersama dengan datangnya agama Islam.
Awalnya istilah syair berasal dari bahasa Arab yaitu, "syi'ir" atau "syu'ur" yang berarti "perasaan yang menyadari". Selanjutnya, istilah "syu'ur" berkembang menjadi "syi'ru" yang berarti puisi menurut pengetahuan umum.
Seiring dengan perkembangannya, syair mengalami banyak perubahan hingga menjadi khas Melayu, jadi tidak sama lagi dengan sastra syair dari Arab.
Ciri-ciri
Sama seperti gurindam dan pantun, syair juga mempunyai cirinya tersendiri agar mudah untuk dipahami.
- Tiap bait terdiri dari empat baris.
- Tiap baris terdiri atas 8-14 suku kata.
- Menggunakan sajak a-a-a-a.
- Semua baris merupakan isi.
- Bahasa yang digunakan biasanya berupa kiasan.
Contoh
Syair perahu
Inilah gerangan suatu madah
Mengarangkan syair terlalu indah
Membetuli jalan tempat berpindah
Di sanalah iktikat diperbetuli sudah
Wahai muda kenali dirimu
Ialah perahu tamsil hidupmu
Tiadalah berapa lama hidupmu
Ke akhirat jua kekal hidupmu
Hai muda arif budiman
Hasilkan kemudi dengan pedoman
Alat perahumu jua kerjakan
Itulah jalan membetuli insan
Perteguh jua alat perahumu
Hasilkan bekal air dan kayu
Dayung pengayuh taruh di situ
Supaya laju perahumu itu
Sudahlah hasil kayu dan ayar
Angkatlah pula sauh dan layar
Pada beras bekal jantanlah taksir
Niscaya sempurna jalan yang kabir
Karya: Hamzah Fansuri
Nah, itulah rangkuman mengenai perbedaan gurindam, pantun, dan syair dalam puisi rakyat. Semoga bermanfaat ya, Lur.
(sto/dil)