10 Ciri Toxic Relationship dan Cara Mengatasi Hubungan yang Tidak Sehat

10 Ciri Toxic Relationship dan Cara Mengatasi Hubungan yang Tidak Sehat

Syifa`ul Husna - detikJateng
Rabu, 21 Agu 2024 15:24 WIB
Annoyed boyfriend arguing with his girlfriend
Ilustrasi toxic relationship Foto: Getty Images/martin-dm
Solo -

Toxic relationship adalah istilah yang menggambarkan hubungan beracun atau hubungan tidak sehat yang memiliki dampak negatif bagi kesehatan fisik dan mental. Hubungan toksik biasanya tidak disadari oleh korban karena terlalu mempercayai pasangan hingga melupakan realitas dirinya.

Toxic relationship merupakan hubungan yang berisi konflik, manipulasi, penyangkalan, dan penelantaran yang terus berulang. Hubungan ini tidak menyenangkan baik bagi korban maupun orang-orang di sekitarnya karena memberikan kerugian yang berarti dalam jangka waktu lama.

Oleh karena itu kenali ciri-ciri toxic relationship dan cara mengatasi hubungan yang tidak sehat yang dikutip dari laman Healthline berikut ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa Saja Ciri-ciri Hubungan yang Toxic?

Sebenarnya toxic relationship memiliki ciri-ciri yang berbeda tergantung sifat hubungannya. Sering kali ciri-ciri ini tidak kentara dan tidak disadari oleh korban. Berikut ini ciri-ciri yang dapat diidentifikasi pada hubungan toksik.

1. Kurang dukungan

Hubungan dapat dikatakan sehat apabila terdapat keinginan bersama untuk memilih satu sama lain agar sukses dalam semua bidang kehidupannya. Namun ketika terjebak di dalam toxic relationship semua pencapaian atau kesuksesan berubah menjadi ajang kompetisi.

ADVERTISEMENT

Akibatnya, waktu yang dihabiskan bersama tidak lagi terasa menyenangkan karena tidak ada dukungan atau dorongan dari salah satu pihak. Hal ini terkesan membuat kebutuhan dan minat satu sama lain tidak lagi penting dan hanya tersisa sifat egois.

2. Komunikasi yang tidak sehat

Sebagian komunikasi atau percakapan dalam toxic relationship didominasi sarkasme, kritik, dan penghinaan, alih-alih saling menghormati satu sama lain. Seiring waktu bahkan salah satu pihak mulai menghindari perdebatan dan kabur dari masalah.

3. Cemburu yang berlebihan

Sikap cemburu merupakan hal yang wajar, namun hal ini menjadi masalah apabila dilakukan secara berlebihan sampai seolah-olah menyabotase pasangan dari lingkungan sosial. Kecurigaan dan ketidakpercayaan pada pasangan membuat hubungan semakin renggang.

4. Mengontrol perilaku pasangan secara berlebihan

Rasa cemburu dan kurang percaya menimbulkan pasangan selalu ingin tahu keberadaan dan apa yang sedang dilakukan pasangan secara berlebihan. Bahkan sering kali mereka merasa kesal atau jengkel ketika pasangan tidak segera membalas pesan dan akhirnya mengirim pesan berulang kali hingga Anda membalasnya.

Seiring waktu perilaku ini berubah menjadi dominan dan berusaha mengontrol perilaku pasangan sesuai keinginannya. Dalam beberapa kasus, upaya mengontrol pasangan ini juga dapat menimbulkan penyalahgunaan dan kerugian.

5. Kebencian

Kebencian yang menumpuk dan menjadi sebuah dendam semakin lama akan mengikis sebuah hubungan. Kebencian ini muncul dari keluhan-keluhan kecil yang tidak diungkapkan kepada pasangan karena tidak ada kesempatan atau karena ketakutan tertentu. Terjadinya toxic relationship sering kali dipicu oleh kurangnya rasa percaya kepada pasangan untuk mendengarkan dan memahami keluh kesah dengan baik.

6. Ketidakjujuran

Terus menerus berbohong pada pasangan baik itu untuk menghindari menghabiskan waktu atau khawatir bagaimana reaksinya jika mengatakan yang sebenarnya dapat menyebabkan hubungan yang toksik. Sikap ini menciptakan ketidakjujuran dan kurangnya kepercayaan di antara pasangan, yang dapat menyebabkan kehancuran hubungan yang seharusnya didasarkan pada kejujuran dan saling pengertian.

7. Tidak memiliki rasa hormat kepada pasangan

Tidak menghormati pasangan, seperti sering terlambat, dengan sengaja, melupakan acara penting, dan perilaku lain yang menunjukkan ketidakpedulian bisa menjadi penyebab toxic relationship. Hal Ini menjadi tanda seseorang tidak menghargai waktu dan komitmen pasangannya dalam sebuah hubungan.

Tindakan-tindakan seperti ini dapat mengindikasikan kurangnya penghargaan terhadap pasangan. Meskipun demikian, perlu diingat bahwa beberapa orang mungkin mengalami kesulitan dalam menepati janji atau mengingat acara penting, sehingga mengkomunikasikan permasalahan ini kepada pasangan adalah tindakan yang tepat untuk membantu mencari solusi masalah tersebut.

8. Finansial yang tidak sehat

Urusan finansial di dalam hubungan perlu melibatkan kesepakatan kedua belah pihak tentang bagaimana uang akan dikelola, baik itu pengeluaran, tabungan, atau investasi. Namun, jika salah satu pasangan terus-menerus melanggar perjanjian keuangan yang sudah disepakati, entah itu dengan membeli barang-barang mahal tanpa izin atau menarik uang dalam jumlah besar tanpa berunding, itu bisa membuat hubungan menjadi toksik.

Ini menunjukkan kurangnya penghargaan terhadap kesepakatan bersama dan dapat menyebabkan ketegangan dan ketidakpuasan dalam hubungan tersebut.

9. Stress terus-menerus

Saat menghadapi tantangan hidup, seperti urusan finansial yang kurang memenuhi, merupakan hal yang wajar jika hubungan Anda mengalami ketegangan. Namun, jika hal tersebut menyebabkan rasa gelisah secara terus-menerus, bahkan tanpa adanya stress eksternal, itu bisa menjadi tanda bahwa ada masalah yang perlu ditangani.

Stress yang berkelanjutan ini dapat merugikan kesehatan fisik dan mental. Anda mungkin merasa terbebani, lelah secara fisik dan mental, atau bahkan merasa tidak sehat secara umum. Apabila tidak ditangani dengan baik dan tidak dikomunikasikan dengan pasangan hal ini dapat menyebabkan konflik hubungan.

10. Mengabaikan kebutuhan diri

Mengabaikan kebutuhan diri dengan mengikuti apa pun yang diinginkan oleh pasangan, bahkan jika itu bertentangan dengan keinginan atau tingkat kenyamanan Anda, adalah gejala hubungan yang toksik. Menurut psikolog klinis Catalina Lawsin, PhD, perilaku ini mengindikasikan bahwa ada ketidakseimbangan dalam hubungan.

Sebab salah satu pihak mungkin mendominasi atau mengendalikan situasi dengan mengabaikan kebutuhan dan batasan yang sehat kepada pasangan. Hal ini dapat merusak kesejahteraan emosional dan mental pasangan, serta menciptakan dinamika yang tidak seimbang dalam sebuah hubungan.

Dampak Toxic Relationship

Toxic relationship sering kali disebabkan oleh hubungan yang didominasi kecemburuan dan keegoisan yang berlebihan sampai-sampai salah satu pihak berada di bawah kendali pasangan. Seseorang yang menjadi korban hubungan yang toksik ini akan merasakan konflik batin yang menyebabkan depresi, cemas, dan depresi.

Selain itu, mengutip jurnal berjudul Dampak Toxic Relationship terhadap Kesehatan Mental oleh Ageng Saepudin Kanda dan Ranti Kivania, terdapat sejumlah dampak yang diakibatkan oleh toxic relationship, terutama dalam sisi kesehatan mental yang dapat merusak fisik maupun psikis mereka.

Akibat terjebak dalam toxic relationship, seseorang biasanya tidak memiliki rasa percaya diri, memiliki rasa trauma, cenderung menutup diri dari lingkungan sekitar, merasa selalu banyak kekurangan, dan ketidakpercayaan dirinya kerap memicu stress dan kecemasan.

Cara Mengatasi Hubungan Toxic Relationship

Banyak orang beranggapan bahwa hubungan semacam ini tidak dapat diperbaiki, padahal tidak selalu demikian. Faktor penentu utama memperbaiki hubungan toksik adalah keterlibatan kedua pasangan untuk berubah.

Jika hanya satu pihak yang berusaha menciptakan hubungan yang sehat, kemungkinan perubahan akan terjadi menjadi sangat kecil. Kembali mengutip laman Healthline, berikut ini beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memperbaiki hubungan toksik.

1. Bersedia untuk bertanggung jawab

Jika kedua belah pihak mengakui bahwa hubungan yang dijalani memiliki masalah dan bersedia memperbaikinya, hal itu menandakan langkah awal yang baik. Penting untuk mengenali dan mengevaluasi perilaku masa lalu yang menyebabkan toxic relationship sebagai bentuk kesadaran diri dan tanggung jawab diri.

2. Kesediaan untuk memperbaiki hubungan

Jika kedua belah pihak bersedia mengalokasikan waktu dan usaha untuk meningkatkan hubungan, itu adalah pertanda yang baik. Hal Ini bisa terlihat dari keinginan untuk berkomunikasi lebih dalam atau menghabiskan waktu berkualitas bersama secara teratur.

3. Peralihan dari yang sebelumnya menyalahkan menjadi pengertian

Mengubah cara berbicara dari saling menyalahkan menjadi mencari pemahaman dan pembelajaran bisa membantu memperbaiki hubungan. Komunikasi seperti ini dapat meredakan konflik.

4. Terbuka terhadap bantuan dari profesional

Tidak ada yang salah dengan mencari bantuan profesional, baik itu melalui konseling individu maupun pasangan. Kadang-kadang, bantuan dari pihak luar seperti konselor hubungan dapat memberikan perspektif yang netral dan dukungan yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah hubungan yang kompleks.

Itulah uraian tentang ciri-ciri toxic relationship beserta dampak dan cara mengatasi hubungan yang tidak sehat. Semoga bermanfaat, Lur!

Artikel ini ditulis oleh Syifa`ul Husna peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(sto/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads