7 Contoh Khutbah Jumat Menyambut HUT ke-79 RI Beserta Doanya

7 Contoh Khutbah Jumat Menyambut HUT ke-79 RI Beserta Doanya

Nur Umar Akashi - detikJateng
Kamis, 15 Agu 2024 17:38 WIB
Ilustrasi Ramadhan
Ilustrasi khutbah Jumat menyambut HUT ke-79 RI Foto: Getty Images/iStockphoto/Tabitazn
Solo -

Tahun ini, momen Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia akan jatuh pada Sabtu, 17 Agustus 2024. Oleh karena itu, pada Jumat, 16 Agustus 2024, para khatib bisa membawakan khutbah Jumat bertema penyambutan HUT ke-79 RI.

Khutbah Jumat untuk menyambut kemerdekaan dapat membawakan pelbagai macam topik yang relevan. Mulai dari pembahasan seputar cara mengisi dan mempertahankan hingga nilai-nilai teladan perjuangan bangsa.

Bagi detikers yang membutuhkan, di bawah ini telah detikJateng himpunkan tujuh contoh khutbah Jumat menyambut HUT ke-79 RI lengkap dengan doanya. Simak sampai tuntas!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kumpulan Khutbah Jumat Sambut HUT RI 2024

Khutbah Jumat Sambut HUT ke-79 RI #1: Cara Mengisi dan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

(sumber: situs NU Lampung)

Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Sebagai pembuka, mari kita bersama-sama bersyukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada kita semua dengan ucapan alhamdulillah alladzi bi ni'matihi tattimmus shalihât, khususnya nikmat kemerdekaan Republik Indonesia. Dengan nikmat kemerdekaan ini, kita semua bisa menunaikan ibadah, kebaikan, aktivitas, dan semua tanggung jawab dengan penuh ketenangan dan kenyamanan.

ADVERTISEMENT

Semoga ibadah dan kebaikan yang kita lakukan, bisa menjadi amal yang diterima oleh Allah SWT. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, allahumma shalli 'alâ Muhammad wa 'alâ alih wa sahbih, yang telah mengajarkan kita semua perihal pentingnya menumbuhkan sifat nasionalisme dalam diri kita semua, dan menjadikan nasionalisme sebagai salah satu awal kejayaan suatu bangsa. Semoga Allah melimpahkan keselamatan dan kesejahteraan kepada keluarganya, para sahabatnya, dan semua umatnya. Amin.

Selanjutnya, sebagai pembuka dalam khutbah Jumat di atas mimbar yang sangat mulia pada siang hari ini, kami selaku khatib mengajak kepada diri sendiri, keluarga, dan semua jamaah yang turut hadir pada pelaksanaan sholat Jumat ini, untuk terus berusaha dan berupaya dalam meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

Hanya dengan modal iman dan takwa, kita semua bisa menjadi hamba yang selamat di dunia dan akhirat. Sebab, tidak ada bekal terbaik yang layak untuk kita bawa menuju akhirat selain ketakwaan. Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Quran:

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الأَلْبَابِ

Artinya: Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat (QS Al-Baqarah [2]: 197).


Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Salah satu cara untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT adalah dengan cara mensyukuri semua nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada kita semua, yaitu nikmat iman dan takwa, nikmat sehat jasmani dan rohani, dan khususnya nikmat kemerdekaan Republik Indonesia. Dengan nikmat kemerdekaan ini, kita bisa menjaga dengan benar keimanan dan ketakwaan kita, juga bisa menjaga kesehatan jasmani dan rohani kita semua.

Berkaitan dengan keharusan untuk mensyukuri nikmat-nikmat-Nya, Allah SWT berfirman dalam Al-Quran:

مَا يَفْعَلُ اللَّهُ بِعَذَابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَآمَنْتُمْ وَكَانَ اللَّهُ شَاكِراً عَلِيماً

Artinya: Allah tidak akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman. Dan Allah Maha Mensyukuri, Maha Mengetahui (QS An-Nisa' [4]: 147).

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لا تُحْصُوها إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ

Artinya: Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang (QS An-Nahl: 18).

Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Nikmat kemerdekaan yang telah Allah berikan kepada kita semua ini wajib untuk dipertahankan dan kita jaga dengan benar. Cara untuk menjaga dan mempertahankan kemerdekaan adalah dengan cara menumbuhkan sikap cinta tanah air, atau yang kita kenal dengan nasionalisme. Sebab, ketika nasionalisme sudah tertanam dalam jiwa kita, maka kita akan terus berbakti dan mengabdi pada bangsa tercinta ini.

Selain itu, salah satu kata singkat yang sangat memotivasi kepada kita semua tentang hal ini adalah ungkapan para ulama perihal nasionalisme, yaitu, "Hubbul wathân minal imân-Cinta tanah air merupakan bagian dari iman." Kalimat bijak ini menjadi salah satu motivasi, khususnya bagi umat Islam untuk terus menumbuhkan iman dengan sikap nasionalisme yang tinggi pada negaranya, serta berusaha untuk mengharumkan nama bangsanya.

Representasi dari nasionalisme adalah kita akan selalu berusaha untuk selalu berbuat baik dan benar pada bangsa dan negara. Kita tidak akan membiarkan negara ini hancur, terpecah belah, dan tidak terarah. Hal ini sebagaimana penjelasan Syekh Muhammad Bakri as-Shiddiqi asy-Syafi'i dalam kitab Dalilul Falihin li Thuruqi Riyadlis Shalihin, ia mengatakan:

يَنْبَغِي لِكَامِلِ الْإِيْمَانِ أَنْ يُعَمَّرَ وَطَنَهُ بِالْعَمَلِ الصَّالِحِ وَالْإِحْسَانِ

Artinya: Sudah seharusnya bagi orang yang sempurna imannya untuk mengonstruksi negaranya dengan perbuatan-perbuatan benar dan baik.

Berbuat baik dan benar untuk negara adalah dengan cara berbuat adil, sejahtera, benar, jujur, serta menghindari setiap perbuatan yang bisa merusak nama baik bangsa, atau perbuatan yang bisa merugikan bangsa itu sendiri.

Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Selain menumbuhkan sikap nasionalisme, kita juga harus berjuang dan mengabdi untuk bangsa Indonesia. Dengan kata lain, semua perbuatan yang kita lakukan harus memiliki nilai manfaat untuk bangsa ini, menjaga marwah dan martabat bangsa, berusaha untuk terus mengharumkan nama baik negara.

Cara terbaik dalam hal ini adalah dengan cara memperbanyak ilmu pengetahuan dan membuang segala kebodohan yang ada dalam diri kita. Berkaitan dengan hal ini, Sayyid Muhammad mengatakan dalam kitab at-Tahliyatu wat Targhib fit Tarbiyati wat Tahdzib:

هُوَ أَنْ تَجْتَهِدَ فِي تَحْصِيْلِ الْعُلُوْمِ وَالمَعَارِفِ التي بِهَا تَتَمَكَّنُ مِنْ خِدْمَةِ الوَطَنِ العَزِيْزِ عَلَى وَجْهِ الْاِكْمَالِ فَاِنَّ الجَاهِلَ تَصَرُّفَاتُهُ كُلُّهَا دَرِيْعَةٌ لَا يَعْرِفُ مَا فِيْهَا المَنْفَعَة

Artinya: (Sikap nasionalisme pada negara) yaitu dengan cara berupaya untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuan, yang dengannya bisa mengabdi pada negara yang mulia, dengan cara yang sempurna. Sebab, semua tindakan orang bodoh adalah sebuah upaya yang ia tidak tahu manfaat di dalamnya.

Itulah upaya-upaya penting yang harus kita lakukan sebagai anak bangsa untuk mengisi kemerdekaan. Tidak ada cara yang lebih baik dan lebih ideal dalam mempertahankan kemerdekaan selain belajar untuk lebih berilmu, sehingga bisa mengabdi pada negara dengan ilmu tersebut, sehingga kerukunan, kesejahteraan, kebersamaan, dan persatuan akan terus terjalin. Sebab, kebodohan tidak memiliki manfaat untuk kebaikan suatu bangsa.

Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Demikian khutbah Jumat perihal pentingnya menjaga kemerdekaan Republik Indonesia ini. Semoga bisa membawa manfaat dan keberkahan bagi kita semua, dan digolongkan sebagai hamba yang istiqamah dalam menjalankan semua perintah dan menjauhi larangan-Nya. Amin ya rabbal alamin.

Khutbah Jumat Sambut HUT ke-79 RI #2: Merayakan Kemerdekaan dengan Berkontribusi untuk Negeri

(sumber: tulisan KH Hilmy Muhammad dalam situs NU Online)

Jama'ah sholat Jumat rahimakumullah,
Mari kita haturkan ungkapan syukur yang sebesar-besarnya kepada Allah Ta'ala, yang telah memberi nikmat dan anugerah yang tak terhingga banyaknya. Mari ungkapan itu kita upayakan melalui penguatan takwa kita, dengan cara melihat dan mencermati apa yang kita lakukan.

Apabila yang akan kita lakukan telah sesuai dengan perintah Allah dan tuntunan Rasulullah, maka segera laksanakan rencana tersebut. Sedang apabila yang akan kita lakukan ternyata berbeda atau bahkan bertentangan dengan petunjuk keduanya, maka segeralah ditinggalkan dan dibatalkan demi kebaikan kita.

Jama'ah sholat Jumat rahimakumullah,
Saat ini kita berada di bulan Agustus, bulan kemerdekaan, bulan keramat bagi Bangsa Indonesia. Saatnya kita merenung perjuangan besar bangsa dalam mencapai kemerdekaan dengan mengorbankan harta, benda, jiwa dan raga.

Saatnya kita mensyukuri sedemikian banyak nikmat yang kita peroleh di masa kemerdekaan ini: nikmat berupa kesempatan bekerja, berinovasi dan bahkan kemarin berprestasi dengan meraih emas di cabang panjat tebing dan angkat besi Olimpiade Paris tahun ini.

Pertumbuhan ekonomi kita, alhamdulillah, masih di atas 5 persen. Kehidupan politik kita, meskipun kita akan Pilkada, tapi secara umum kita berhasil menyelenggarakan Pilpres dan Pileg dengan sukses dan lancar.

Sungguh nikmat yang luar biasa banyak, yang patut terus disyukuri, apalagi saat banyak negara tidak mampu menyatukan warganya, bahkan harus berperang melawan musuh.

Jama'ah sholat Jumat rahimakumullah,
Di samping syukur atas anugerah-anugerah Allah, saatnya kita juga berintrospeksi dan ber-muhasabah, bahwa meskipun sudah 79 tahun merdeka, akan tetapi masih banyak persoalan yang harus menjadi perhatian dan keprihatinan kita.

Kita belum sepenuhnya bebas dari banyak permasalahan bangsa: masalah narkotika yang banyak beredar secara terbuka, prostitusi, perzinahan dan LGBT yang makin berani unjuk diri lewat media-media sosial, judi online yang merebak parah digandrungi generasi muda.

Di wilayah ketatanegaraan, hari ini kita tidak punya Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang sejak awal dirumuskan oleh para pendiri bangsa. Pembangunan negara kita berjalan tanpa arah yang jelas, karena yang berlaku sekedar menuruti visi-misi presiden terpilih, dan itu hanya 5-10 tahun sekali ganti.

Hari ini kita sadar kewenangan yang sangat besar di ranah eksekutif dan legislatif, baik dari aspek perundangan, penganggaran maupun pengawasan. Mereka yang dipilih adalah representasi parpol. Di negeri ini kalau mau jadi apa-apa harus bargaining lewat partai politik. Sedang pengaderan mereka sering tidak jelas.

Upaya mereka untuk terpilih acap kali juga pragmatis. Padahal negeri kita luas sekali, penduduknya banyak, dan majemuk. Sila ke-4 Pancasila sebagai dasar negara, mengamanatkan perwakilan kita dari semua golongan dan kelompok masyarakat, mewakili suku, daerah, profesi dan organisasi dalam bidang ekonomi, agama, sosial budaya dan lain-lain, yang mereka adalah kelompok mandiri dan bukan bagian dari partai politik.

Inilah realitas kemerdekaan. Oleh karena itu perayaan kemerdekaan kita sepatutnya memperhatikan hal-hal tersebut. Cinta tanah air tidak sekedar upacara ngerek bendera dan baris-berbaris, tapi juga dengan memikirkan, melakukan dan mengkreasikan karya terbaik bagi bangsa.

Untuk menjadi patriot, Anda tidak harus berlaga di medan perang. Untuk menjadi negarawan, Anda tidak harus bersidang di Senayan. Untuk menjadi pahlawan di masa sekarang, syaratnya cuma satu, yaitu kepedulian Anda terhadap perbaikan nasib bangsa dan negara.

Jama'ah sholat Jumat rahimakumullah,
Demikian khutbah ini disampaikan, semoga dapat dipahami dengan baik. Dan semoga Allah Ta'ala senantiasa membimbing kita dalam menjalani kehidupan yang lebih baik, amin.

Khutbah Jumat Sambut HUT ke-79 RI #3: Merdeka dengan Taat kepada Allah

(sumber: laman resmi Muhammadiyah)

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan kita nikmat iman dan Islam. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Hadirin yang dimuliakan Allah,
Tema khutbah kita kali ini adalah "Merdeka dengan Taat kepada Allah". Manusia yang merdeka adalah mereka yang terbebas dari hawa nafsu duniawi. Sebagaimana Allah berfirman dalam QS. An-Nazi'at ayat 40-41:

وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَىٰ

"Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sungguh, surga lah tempat tinggalnya."

Orang-orang yang terjajah adalah mereka yang senantiasa tidak mampu mengontrol nafsunya. Mereka yang tidak mampu mengendalikan hawa nafsu akan menjadi budak nafsu tersebut. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Jatsiyah ayat 23:

أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَىٰ عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَىٰ سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِ غِشَاوَةً ۖ فَمَن يَهْدِيهِ مِن بَعْدِ اللَّهِ ۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ

"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya, dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?"

Para koruptor adalah contoh dari manusia yang terjajah, tidak bebas, tidak merdeka. Mereka adalah budak dari keserakahan dan ketamakan. Para penjudi adalah contoh lain dari manusia yang tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri, mereka diperbudak oleh kecanduan. Tukang maksiat adalah contoh dari orang-orang yang tidak pernah merasakan kebebasan dalam dirinya, mereka terus-menerus terperangkap dalam dosa dan kesesatan.

Hadirin yang dimuliakan Allah,
Perang melawan musuh memang tugas yang berat, tetapi perang melawan nafsu adalah tugas yang lebih berat karena melawan diri sendiri. Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah orang yang kuat adalah pandai bergulat, tapi orang yang kuat adalah orang yang dapat menahan nafsunya ketika ia marah." (HR. Bukhari dan Muslim).

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Saudara-saudara yang dirahmati Allah,
Taat kepada Allah merupakan satu cara agar menjadi manusia yang bebas. Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nur ayat 52:

وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ

"Dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah serta bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan."

Allah memerintahkan agar tidak melakukan korupsi, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Baqarah ayat 188:

وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُم بَيْنَكُم بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِّنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْإِثْمِ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ

"Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan janganlah kamu membawa urusan harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan jalan berbuat dosa, padahal kamu mengetahui."

Allah juga memerintahkan agar tidak maksiat dan bermain judi, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Maidah ayat 90:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan."

Hadirin yang dimuliakan Allah,
Aturan-aturan yang Allah berikan bagi manusia bukan untuk membebani kehidupan, tapi justru untuk membebaskan kita dari segala bentuk penjajahan nafsu dan syetan. Dengan mengikuti petunjuk Allah, kita akan merasakan kebebasan yang sesungguhnya, kebebasan dari belenggu hawa nafsu dan dosa.

Marilah kita berusaha menjadi hamba yang merdeka dengan taat kepada Allah SWT. Semoga kita semua senantiasa diberikan kekuatan oleh Allah untuk melawan hawa nafsu dan menjadi hamba yang taat dan merdeka.

Khutbah Jumat Sambut HUT ke-79 RI #4: Spirit Mensyukuri, Mengisi, dan Merawat Nikmat Kemerdekaan

(sumber: tulisan Prof Dr H A Rusdiana, Drs, MM di laman resmi UIN Sunan Gunung Djati)

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah mengaruniakan berbagai nikmat kepada kita yang tak terhitung banyaknya serta masih memberikan kesempatan, kemudahan dan kesehatan serta petunjuk kepada kita semua untuk bisa menghadiri sholat Jumat pada hari ini. Semoga sholawat dan salam senantiasa terlimpah kepada Nabi kita Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya serta siapa saja yang mengikuti sunnah beliau secara lahir dan batin dengan penuh keikhlasan dan kesabaran hingga hari kiamat nanti.

Tak lupa kami mengingatkan diri kami sendiri dan jamaah Jumat sekalian agar senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, di mana pun kita berada dan dalam keadaan sendirian maupun di tengah orang banyak, dalam keadaan sehat maupun sakit, di kala lapang maupun sempit.

Sesungguhnya, sebaik-baik bekal dalam perjalanan adalah takwa dan hanya orang-orang bertakwa sajalah yang akan diterima amalan kebaikannya oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُوْلِي الأَلْبَابِ -١٩٧-

"Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat!" [Al-Baqarah: 197].

Selanjutnya Firman Allah SWT;

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ ۖ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ

"Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". [Al-Maidah: 27]

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Hakikat Kemerdekaan RI. Saat ini kita berada di bulan Agustus. Bulan yang di dalamnya terdapat hari kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diperingati setiap tahunnya pada tanggal 17. Momen ini mengingatkan kita semua tentang nikmat Allah yang agung berupa kemerdekaan bangsa Muslim yang besar ini dari cengekraman penjajahan Jepang dan beberapa negara Eropa pada masa lalu, yaitu Portugis, Inggris dan Belanda.

Masing-masing dari kita sudah paham arti kata merdeka secara bahasa, yaitu bebas, tidak terikat atau tergantung kepada pihak lain. Namun, apakah sebenarnya makna dari kemerdekaan itu dari tinjauan syar'i atau bagaimanakah perspektif Islam dalam memandang hakikat kemerdekaan?

Menurut Dr. Lukman Abdullah, saah seorang Mufti Wilayah Federal Malaysia, dalam konteks Islam, kemerdekaan berarti kebebasan bagi umat Islam untuk menjalankan kewajiban agamanya tanpa halangan apa pun.

Kata kemerdekaan itu memiliki makna sakral dalam Islam yaitu, kemakmuran, kedamaian dan harmoni atau kerukunan. Bagi seorang Muslim, kebebasan yang datang dengan makna kemerdekaan harus dihargai dan dipegang dengan kuat.

Namun, kata beliau, ada sebagian kalangan di masyarakat yang salah dalam mengartikan makna kebebasan atau kemerdekaan ketika sampai pada masalah memahami hak-hak asasi manusia. Mereka memaknai hal itu sebagai kebebasan berfikir dan dengan demikian mereka merasa bebas dan merdeka untuk melakukan apa saja yang mereka inginkan,

Bila mengacu kepada definisi yang diberkan oleh Dr Lukman Abdullah tersebut mengenai hakikat kemerdekaan, ini berarti selama umat Islam di sebuah negara belum mampu menjalankan seluruh kewajiban agamanya secara bebas tanpa halangan apa pun maka umat Islam tersebut pada hakikatnya belum merdeka.

Kalau dalam istilah fikih, sebagaimana dijelaskan oleh Dr. Ziyad bin 'Abid Al-Wasyukhi dalam disertasinya berjudul Al-Istidh'af wa Ahkamuhu fil Fiqh Al-Islami, kondisi semacam ini disebut dengan al-istidh'af, yaitu kondisi kaum Muslimin yang lemah dan tertindas oleh sebuah kekuatan yang menghalangi umat Islam untuk menjalankan kewajiban agamanya secara sempurna.

Kondisi Istidh'af ini lazimnya disebabkan oleh kekuatan kafir yang memusuhi Islam dan kaum Muslimin namun bisa juga terjadi karena adanya orang yang secara lahir menyatakan dirinya Muslim namun memberikan tekanan dan penindasan kepada kaum Muslimin sehingga mereka terhalang dari menjalankan kewajiban agamanya secara bebas dan sempurna.

Kondisi Istidh'af ini ada dua jenis. Yang pertama istidh'af total atau penuh, misalnya saat Nabi ﷺ dan para sahabat berada di Mekah. Jenis kedua berupa istidh'af parsial. Yang sering terjadi saat ini adalah jenis yang parsial, yaitu kaum Muslimin diberi kebebasan dalam menjalan ajaran agamanya yang berhubungan dengan ibadah mahdhah dan sebagian muamalah, seperti sholat, puasa, zakat, haji, nikah, cerai, talak, rujuk, bank syariah dan seterusnya.

Namun masih ada bagian lain dari Islam yang belum diberi kebebasan untuk dijalankan, biasanya berkaitan dengan masalah hukum dan politik pemerintahan. Hal ini biasanya karena sistem politik pemerintahan yang dianut memisahkan antara urusan agama dan negara.

Kemudian, bila mengacu kepada definisi Dr Lukman Abdullah tadi, maka orang-orang yang masih menjadi budak hawa nafsunya, merasa memiliki kemerdekaan penuh untuk melakukan apa pun yang dia ingikan atas nama hak asasi manusia, maka bisa pula dikatakan sebagai individu dan umat yang belum merdeka secara hakiki.

Mereka masih menjadi budak dari hawa nafsunya dan belum mampu membebaskan diri dari dominasi hawa nafsunya untuk ditundukkan agar patuh tunduk kepada Allah Ta'ala. Orang semacam itu sesungguhnya orang yang telah mejadikan hawa nafsunya sebagai tuhan bagi dirinya dan dirinya sebagai budak bagi hawa nafsunya. Allah Ta'ala berfirman:

أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَىٰ عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَىٰ سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ ۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? [Al-Jatsiyah: 23]

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Pertama Bagaimana Cara Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan?

Sebagai sebuah nikmat yang sangat besar, kemerdekaan negeri ini dari cengkeraman penjajah dari luar semestinya harus terus menerus disyukuri. Cara mensyukurinya bukan hanya dengan memperingati hari kemerdekaan negeri ini di setiap tanggal 17 Agustus. Bukan pula hanya dengan mengadakan berbagai atribut istimewa untuk memeriahkannya di setiap tempat-tempat publik dan gedung-gedung pemerintahan. Kalau hanya seperti ini cara mensyukuri kemerdekaan maka jelas sangat tidak imbang dengan besarnya nikmat kemerdekaan ini.

Sebagai orang yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala kita meyakini bahwa kemerdekaan merupakan rahmat Allah yang sangat besar kepada kaum muslimin di negeri ini. Hal ini pun juga dikukuhkan dalam pembukaan UUD 45. Oleh karenanya, kita semestinya mengembalikan cara bersyukur itu sesuai dengan apa yang dituntunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam kitab-Nya.

يَعْمَلُونَ لَهُ مَا يَشَاءُ مِنْ مَحَارِيبَ وَتَمَاثِيلَ وَجِفَانٍ كَالْجَوَابِ وَقُدُورٍ رَاسِيَاتٍ ۚ اعْمَلُوا آلَ دَاوُودَ شُكْرًا ۚ وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
"Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Beramallah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur". [Saba': 13].

Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan kepada Nabi Daud dan keluarganya agar bersyukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan kepadanya yang digambarkan pada awal ayat tersebut dengan cara beramal. Maksud beramallah di sini menurut para ulama ahli tafsir adalah lakukanlah ketaatan kepada Allah sebagai ungkapan syukur kepada Allah Ta'ala.

Sedangkan yang dimaksud Asy-Syakur adalah orang yang melaksanakan ketaatan dan mengungkapkan rasa syukur atas nikmat Allah dengan hati, lisan dan anggota badan. Hal ini sebagaimana diterangkan oleh Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili dalam kitabnya Tafsir Al-Wajiz.

Jadi cara bersyukur terhadap nikmat kemerdekaan ini adalah kaum Muslimin di negeri ini harus taat, tunduk dan patuh kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala paska nikmat tersebut diperoleh dan menjauhi larangan-larangan Allah Ta'ala. Melaksanakan perintah-perintah Allah baik dalam urusan pribadi, keluarga, masyarakat dan negara dan menjauhi apa saja yang Allah larang dalam semua itu.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Kedua: Bagaimana Mengisi Kemerdekaan?

Bila cara mensyukuri nikmat Allah adalah dengan melakukan ketaatan, lantas bagaiana dengan persoalan mengisi kemerdekaan? Cara mengisi kemerdekaan negeri ini adalah dengan melakukan berbagai aktifitas yang positif dan bermanfaat oleh masing-masing individu.

Bisa pula berupa pembangunan masyarakat di berbagai bidang kehidupan yang tentu saja dilakukan oleh pemerintah namun harus sesuai dengan aturan syariat. Selain itu, semuanya harus ditujukan untuk mendapatkan ridha Allah Subhanahu wa Ta'ala. Bukan dalam rangka untuk berbangga diri, apalagi menyombongkan diri atas berbagai kemajuan yang dicapai setelah kemerdekaan negeri ini. Sebab, setiap penyelewengan dari koridor syariat itu berarti merupakan bentuk kemaksiatan kepada Allah Ta'ala.

Bila aturan syariat sudah diabaikan dalam segala aktifitas kehidupan individu, bermasyarakat dan bernegara maka bangsa ini tidak akan pernah mampu untuk bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan sebenarnya. Yang dilakukan bukan bersyukur secara syar'i namun secara lisan saja dengan mengucapkan alhamdulillah dan mengakui bahwa kemerdekaan adalah rahmat dari Allah.

Namun setelah itu, saat harus bersyukur dalam bentuk perbuatan, justru tidak merasa terikat dengan aturan Allah yang memberi nikmat tersebut. Hal ini biasanya merupakan buah dari cara berpikir yang sekularistik, yang mengeluarkan tuntunan agama dari area pengelolaan pemerintahan dan negara. Memang hanya sedikit orang yang benar-benar bersyukur kepada Allah Ta'ala.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Ketiga Bagaimana Merawat Kemerdekaan?

Kemerdekaan sebagai sebuah nikmat yang agung perlu untuk dirawat agar nikmat ini tidak sirna atau lenyap. Sebab suatu nikmat itu bisa lenyap akibat tidak ada upaya untuk memelihara dan merawat nikmat tersebut.

Misalnya saja nikmat kesehatan itu bisa saja lenyap dan berubah menjadi kondisi sakit kronis yang menimpa seseorang akibat tidak merawat kesehatannya dan justru melakukan segala hal yang bisa merusak kesehatan tersebut dari waktu ke waktu.

Demikian pula dengan nikmat kemerdekaan. Pada prinsipnya cara untuk merawat nikmat kemerdekaan sama dengan cara merawat nikmat-nikmat Allah Ta'ala yang lain. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". [Ibrahim: 7].

Ayat ini secara tegas dan jelas menyatakan bahwa suatu nikmat itu akan terus ada bahkan bertambah bila penerima nikmat tersebut mampu bersyukur dengan benar dan nikmat itu akan lenyap dan sirna bila tidak bersyukur kepada Allah dengan benar.

Syaikh Abdurrahman As-Sa'di saat menerangkan ayat ini mengatakan, dan diantara bentuk siksa-Nya, adalah Allah akan melenyapkan nikmat yang telah Allah curahkan dari mereka. Bersyukur hakikatnya adalah pengakuan hati terhadap nikmat-nikmat Allah dan menyanjung Allah karenanya, serta mempergunakannya dalam keridhaan Allah. Sementara kufur terhadap nikmat Allah mempunyai pengertian yang berlawanan dengannya.

Untuk itu, tak ada jalan lain untuk merawat nikmat kemerdekaan selain menggunakan nikmat kemerdekaan ini untuk meraih ridha Alllah Subhanahu wa Ta'ala. Dan tidak ada jalan untuk meraih ridha Allah Ta'ala kecuali dengan mentaati seluruh hukum-Nya, perintah dan larangan-Nya di seluruh bidang kehidupan. Wallahu a'lam.

Khutbah Jumat Sambut HUT ke-79 RI #5: Hikmah Sejarah dan Tantangan Masa Depan

(sumber: situs PPPA Darul Quran)

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, yang telah memberi kita kesempatan untuk berkumpul di hadapan-Nya dalam suasana penuh syukur dan rasa hormat. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, utusan Allah yang membawa rahmat bagi seluruh alam.

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah,
Hari ini, kita berkumpul untuk mengenang dan merayakan momen bersejarah yang penuh makna dalam hidup bangsa Indonesia, yaitu kemerdekaan. Pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, mengakhiri masa penjajahan yang telah melumpuhkan dan memiskinkan bangsa ini selama berabad-abad. Kemerdekaan ini adalah hasil dari perjuangan gigih dan pengorbanan tak terhitung dari para pahlawan bangsa.

Sejarah kemerdekaan Indonesia mengajarkan kita tentang kekuatan tekad dan semangat juang. Para pahlawan kita, seperti Soekarno, Hatta, Sudirman, dan banyak lagi, tidak ragu untuk menghadapi risiko dan mengorbankan segalanya demi cita-cita kemerdekaan. Mereka mengajarkan bahwa keteguhan hati, keberanian, dan kesatuan adalah kunci utama dalam meraih kemerdekaan yang telah kita nikmati saat ini.

Kemerdekaan bukan hanya sekadar hak untuk merdeka dari penjajahan asing, tetapi juga hak untuk mengatur dan membangun negara sesuai dengan nilai-nilai keadilan, kesetaraan, dan kemakmuran. Namun, dengan hak tersebut juga datang tanggung jawab besar untuk menjaga dan mengembangkan bangsa ini. Kita tidak boleh lupa bahwa kemerdekaan ini merupakan amanah yang harus diemban dengan sungguh-sungguh.

Saudara-saudaraku yang beriman,
Saat ini, kita masih dihadapkan pada berbagai tantangan dalam membangun bangsa yang maju dan sejahtera. Tantangan ekonomi, sosial, politik, dan lingkungan mengharuskan kita untuk tetap bersatu, bermasyarakat, dan berbangsa dengan semangat kemerdekaan. Kita harus belajar dari masa lalu, bahwa persatuan adalah kekuatan utama dalam menghadapi setiap cobaan.

Kita juga harus menjunjung tinggi semangat nasionalisme, menghormati keragaman budaya, agama, dan suku bangsa yang ada dalam bangsa Indonesia. Mari kita bersama-sama menjaga persatuan dan kerukunan, serta mewujudkan cita-cita bangsa yang adil dan sejahtera bagi seluruh rakyatnya.

Akhir kata, mari kita terus mengenang dan merayakan kemerdekaan Indonesia dengan rasa syukur dan pengabdian yang tulus. Semoga kita senantiasa diberikan kekuatan dan petunjuk oleh Allah SWT dalam memajukan bangsa ini menuju masa depan yang lebih gemilang. Amin.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Khutbah Jumat Sambut HUT ke-79 RI #6: Memperingati Hari Kemerdekaan RI Dirgahayu Republik Indonesia

(sumber: buku Kumpulan Naskah Khutbah Jum'at Kementerian Agama)

Jama'ah Jum'at yang berbahagia!
Sebagai khatib saya mengajak para hadirin dan terutama diri saya sendiri untuk selalu meningkatkan kadar iman dan taqwa dengan sebenar-benarnya, dalam arti mengerjakan setiap apa yang diperintahkan Allah SWT, dan meninggalkan segala yang menjadi larangan-Nya.

Jama'ah jum'at yang berbahagia!
Tanpa terasa kita sudah kembali memperingati hari yang amat bersejarah dalam kehidupan bangsa kita yaitu Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Menyadari akan peristiwa tersebut, marilah kita kembali merenung pada saat terjadinya hari yang enuh arti, hari yang menjadi tonggak sejarah kemerdekaan negara kita.

Saat proklamator kemerdekaan membacakan naskah proklamasi yang walaupun hanya sekadar beberapa kalimat, namun mempunyai arti dan makna yang mampu menggoncangkan dunia. Gemanya membuat para penjajah gentar, karena disusuli oleh semangat bangsa Indonesia untuk mempertahankannya.

Dan para pejuang yang dengan gagah berani berjuang demi kemerdekaan, bukan saja pada saat tahun 1945, bahkan. sebelumnya, seperti diperlihatkan oleh semangat Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, Teuku Cik Ditiro, Sultan Hasanuddin maupun Pattimura. Dan itu semua dalam rangka beribadah, melaksanakan firman Allah SWT seperti dalam Surat Ar-Ra'd ayat 11:

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ .

"Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri" (Surat Ar-Ra'd -11)

Dari ayat tersebut, tersirat perintah Allah SWT bahwa umat manusia atau bangsa tidak akan bangkit dan berdiri sejajar dengan bangsa lain, apabila bangsa tersebut tidak mau berusaha untuk mendapatkannya dengan kekuatan sendiri, Bangsa Indonesia telah melaksanakan perintah Allah SWT tersebut, walaupun melalui proses perjuangan yang lama, panjang dan berliku, dengan mengorbankan harta benda, jiwa dan raga yang tak dapat dihi-tung karena begitu banyaknya.

Sidang jumat yang berbahagia!
Pada proses pertama perjuangan, dilakukan oleh sekelompok kecil, seperti Perang Padri yang sifatnya kèdaerahan. Demikian juga Pangeran Diponegoro, perjuangan Untung Surapati, Sultan Hasanuddin dan juga Pattimura, mereka berjuang menurut daerah yang lingkungannya sempit. Sedangkan dalam kelompok kecil itu pun masih terjadi perpecahan.

Sehingga kekuatan yang kecil itu makin rapuh dan dengan mudah penjajah mengalahkannya. Dengan tipu muslihat yang amat keji kaum penjajah melakukannya untuk mengadu domba antar kekuatan bangsa kita, sehingga mereka semua dapat dikuasai penjajah.

Pada proses selanjutnya para pemuda di seluruh nusantara menyadari bahwa tanpa persatuan yang kokoh, dan semangat yang terpadu di antara seluruh kekuatan rakyat, mustahil akan dapat mengalahkan kekuatan penjajah yang lebih maju baik peralatan, maupun pengorganisasiannya.

Maka pada tahun 1928 mulailah para pemuda bangun, ditandai oleh diikrarkannya Sumpah Pemuda Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa, kemudian kekuatan raksasapun mulai terbentuk. Kekuatan pada pemuda dari hari ke hari semakin kuat. dan pada saat adanya kekosongan kekuasaan setelah Jepang menderita kalah dari Sekutu pada Perang Dunia II itu, bangsa Indonesia bangkit merebut kemerdekaan dari tangan penjajah tepat pada tanggal 17 Agustus 1945.

Pada tanggal itulah terbentang jembatan emas. yang menghubungkan antara zaman penjajahan dengan zaman kemerdekaan yang penuh harapan. Tapi tantangan muncul kemudian, dengan usaha kaum penjajah yang ingin kembali berkuasa. Juga selain itu juga orang-orang yang tidak bertanggung jawab ikut mengacau.

Kembali para pejuang mempertahankan kemerdekaan. Di saat itu Jenderal Sudirman dan BKR serta rakyat bersatu padu menggalang kekuatan dalam satu gerak dan satu nafas mempertahankan kemerdekaan, sehingga dunia internasional akhirnya mengakui adanya negara Republik Indonesia yang merdeka, berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia, sampai Indonesia diterima sebagai anggota PBB secara penuh.

Jama'ah jum'at yang berbahagia!
Rupanya untuk memelihara. kemerdekaan tidak semudah membalikkan telapak tangan, karena cobaan untuk merubuhkan keutuhan negara terus berlangsung, sampai pada puncaknya dengan meletusnya usaha perebutan kekuasaan yang dilakukan oleh G 30 S PKI pada tahun 1965. Dengan runtuhnya kekuatan atheis PKI tersebut membuat bangsa Indonesia ini menjadi kuat, dan terlatih terhadap setiap usaha dari pihak manapun yang berusaha menumbangkan kekuasaan negara Republik Indonesia dengan dasar Pancasila ini.

Saat ini dalam alam pembangunan, kita merasakan kenikmatan sebagaimana dicita-citakan oleh para pejuang dan pahlawan kesuma bangsa yang telah gugur. Kita saat ini menikmati hasil bumi dan segala isinya, tanpa harus minta belas kasihan kepada siapapun.

Kita telah mengatur kehidupan kita sendiri, bebas menentukan sikap, tanpa tergantung dan menunggu perintah bangsa lain. Maka sewajarnyalah kita mensyukuri nikmat ini. Karena bagaimanapun hasil usaha ini adalah berkat ridha, rahmat dan inayah Allah SWT. sewajibnya kita bersyukur sesuai Surat Ibrahim ayat 7 yang berbunyi:

لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Ibrahim - 7)

Memang kita dalam keadaan yang gembira, tapi kegembiraan tersebut tidak perlu kita nyatakan dengan pesta pora, berhura-hura yang akan membuat kita terleha dan lupa pada tujuan Karena hal itu sangat bertentangan dengan nurani dan tujuan para syuhada dan lawan yang telah merelakan jiwa raga mereka demi kemerdekaan negara ini.

Kalau dalam merayakan hari bahagia ini kita menggunakan cara-cara yang tidak sesuai, bahkan tidak sesuai dengan norma dan nilai-nilai agama, hal itu berarti kita ikut larut dalam hal-hal yang membuat kita lupa pada jasa para pahlawan.

Marilah dalam merayakan hari kemerdekaan negara kita ini kita syukuri, kita tafakur dan kita merenung sudah sampai di manakah kita melangkah demi kemerdekaan ini, dengan langkah-langkah yang tepat menurut ajaran agama kita untuk kebahagiaan bangsa seluruhnya.

Umat Islam tidak dapat dipisahkan dengan perjuangan dan pembangunan bangsa, karena umat, Islam sangat dianjurkan untuk selalu mencintai negara tempat tanah tumpah darah, sebagaimana kata mutiara salah seorang ulama terkenal dari Mesir. Syauky Bey yang mengatakan:

حُبُّ الْوَطَنِ مِنَ الْإِيْمَانِ

"Cinta kepada tanah air adalah sebahagian dari iman".

Maksud dari kata tersebut adalah kita sebagai umat Islam dalam suatu negara harus selalu aktif berperan serta dalam keadaan apapun, baik dalam keadaan perang atau damai. Dalam keadaan berperang kita siap memanggul senjata membela negara dan dalam keadaan damai, lebih-lebih saat kita membangun, umat Islam harus aktif. Sehingga kelak bila negara ini benar-benar tinggal landas dan menjadi negara yang maju, kita umat Islam tidak tertinggal di landasan.

Jama'ah jum'at yang berbahagia!
Dari uraian khutbah, tadi dapat saya simpulkan bahwa pada hari ini kita kembali memperingati hari Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus. Dan terjadinya hari bahagia ini bukan karena belas kasihan atau pemberian dari bangsa manapun, tapi didapat melalui perjuangan yang panjang dan mengorbankan harta benda, jiwa dan raga para pahlawan yang banyak sekali.

Sekarang kita mendapat amanat dari para pendahulu kita ngunan. Kita umat Islam tidak akan dapat berperan serta dalam pembangunan, kalau kita tidak membekali diri dengan ilmu dari berbagai bidang, termasuk ilmu agama, sebagai dasar langkah kita menapak lebih lanjut.

Bila kita sudah melengkapi diri dengan ilmu dunia dan ilmu akhirat, insya Allah pembangunan negara kita akan tercapai, dan negara kita ini akan segera menjadi: "Baldatun thayibatun wa rabbun ghaafur", yaitu negara yang adil dan makmur di bawah naungan ampunan Allah SWT.

Khutbah Jumat Sambut HUT ke-79 RI #7: Memaknai Nusantara Baru, Indonesia Maju

(sumber: tulisan Ustadz H Muhammad Faizin dalam situs NU Online)

Ma'asyiral Muslimin jamaah sholat Jumat rahimakumullah
Satu dari sekian banyak nikmat Allah yang tak bisa kita hitung satu persatu dan terus kita nikmati sampai saat ini adalah nikmat kemerdekaan, terlepas dari kungkungan penjajahan, dan bisa menikmati udara kebebasan.

Sehingga menjadi sebuah keniscayaan bagi kita untuk mensyukuri nikmat kemerdekaan ini biqauli Alhamdulillahirabbil Alamin seraya bertekad kuat untuk mempertahankannya sekaligus mengisinya dengan hal-hal positif untuk kemaslahatan bangsa Indonesia. Terkait dengan syukur ini, kita sudah diingatkan oleh Allah SWT melalui firmannya dalam Al-Quran surat Ibrahim ayat 7:

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

Artinya: "(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras."

Semua kembali kepada kita. Jika kita bersyukur dengan mengisi kemerdekaan ini melalui karya nyata, maka InsyaAllah nikmat kemerdekaan ini akan terus kita rasakan bersama. Namun jika kita hanya menyuguhkan 'karya kata' seperti yang kita sering lihat di media sosial melalui hoaks, ujaran kebencian, dan saling hujat, maka bisa jadi nikmat ini akan diambil oleh Allah dan diganti dengan azab yang pedih dan menyiksa. Naudzubillah min dzalik.

Ma'asyiral Muslimin jamaah sholat Jumat rahimakumullah
Syukur atas kemerdekaan juga bisa kita kuatkan dengan tetap berada pada jalur ketentuan Allah SWT yakni menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Inilah yang dinamakan dengan takwa. Dengan menguatkan ketakwaan, maka kebaikan-kebaikan dan optimislah yang akan muncul dari jiwa kita dan terwujud dalam laku tindakan kita sehingga kemerdekaan ini bisa diisi dengan hal-hal positif yang mampu membawa kemaslahatan bersama.

Selaras dengan hal ini, pada kesempatan Jumat mulia ini, khatib akan menyampaikan khutbah berjudul "Memaknai Nusantara Baru, Indonesia Maju". Tema ini selaras dengan tema besar yang diangkat pada momentum Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Ke-79 Republik Indonesia yakni "Nusantara Baru Indonesia maju". Tema ini memberi pesan bagi seluruh elemen bangsa untuk optimis dalam menghadapi masa depan baru. Optimisme ini diwujudkan dengan pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Ibu Kota Nusantara (IKN).

Perpindahan ke Ibu Kota Nusantara yang ada di Kalimantan Timur ini menjadi bagian sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Ikhtiar ini seperti halnya pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad saat hijrah dari Kota Makkah menuju Kota Madinah. Sejarah menunjukkan bahwa kejayaan Islam hingga bisa menyebar ke seluruh dunia bermula dari Kota Madinah. Dari Kota Madinah pula, dakwah Nabi Muhammad terus membahana sehingga jumlah umat Islam semakin banyak dan menyebar ke seluruh antero dunia.

Hijrah Nabi ini harus kita jadikan inspirasi menuju Nusantara Baru. Kita semua tentu berharap, perpindahan atau hijrah ibu kota ini menjadi ikhtiar positif untuk mewujudkan pemerataan pembangunan sekaligus menjadi titik tolak terus berkembang dan majunya bangsa Indonesia. Para pahlawan pasti akan tersenyum bahagia di alam sana karena para generasi penerusnya mampu mengisi pembangunan dan kemerdekaan dengan baik.

Berbagai macam terobosan baru yang senafas dengan hijrah memang harus terus dilakukan oleh segenap elemen bangsa Indonesia.Tentunya dengan niat hijrah yang positif dan mengharap rahmat dari Allah SWT.

Terkait hijrah ini, Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 218:

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ هَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِۙ اُولٰۤىِٕكَ يَرْجُوْنَ رَحْمَتَ اللّٰهِۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman serta orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Ma'asyiral Muslimin jamaah sholat Jumat rahimakumullah
Pada momentum kemerdekaan RI, IKN juga menjadi bagian sejarah karena pertama kalinya Upacara Peringatan HUT RI Ke-79 dilaksanakan di sana. Momentum ini juga harus dijadikan sebagai suntikan semangat untuk mengisi kemerdekaan dengan hal-hal positif yang baru. Di era modern saat ini, di mana perkembangan zaman begitu cepat, kita butuh adaptasi dan inovasi dalam mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan dengan pengorbanan jiwa, raga, dan harta.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus kita jadikan wasilah terselenggaranya kebaikan. Bukan sebaliknya, kemajuan ilmu dan teknologi malah dijadikan sebagai ajang kejahatan, perpecahan, dan hal-hal negatif lainnya yang akan malah merugikan bangsa kita sendiri. Saatnya dengan ibu kota baru dan peringatan HUT Ke-79 RI ini kita jadikan momentum benar-benar bersyukur atas nikmat kemerdekaan ini. Abul Qasim Al-Qusyairi dalam Kitab ar-Risalatul Qusyairiyyah menjelaskan hakikat syukur:

حَقيقَةُ الشُّكْرِ عِنْدَ أَهْلِ التَّحْقِيقِ اْلِاعْتِرَافُ بِنِعْمَةِ الْمُنْعِمِ عَلَى وَجْهِ الْخُضُوعِ

Artinya, "Hakikat syukur menurut ahli hakikat adalah pengakuan atas nikmat Allah, Zat pemberi nikmat, dengan jalan ketundukan,"

Dengan mengakui nikmat Allah yang telah dianugerahkan kita, di antaranya nikmat kemerdekaan dan kebebasan, akan menjadi kita jiwa-jiwa yang pandai bersyukur dan mampu memaksimalkan nikmat ini untuk menjalankan misi utama hidup di dunia yakni beribadah kepada Allah SWT.

Pastilah akan sulit untuk beribadah dengan tenang dan nyaman jika kita masih dilanda konflik dan peperangan. Keimanan yang kita tancapkan dalam hati akan sulit diwujudkan dalam tindakan jika tidak ada keamanan. Jadi keimanan dan keamanan menjadi satu paket ideal untuk beribadah kepada Allah.

Ma'asyiral Muslimin jamaah sholat Jumat rahimakumullah
Menutup khutbah ini, mari kita senantiasa bersyukur dan berterima kasih kepada para pejuang dan pahlawan yang telah berjuang merebut kemerdekaan sehingga kita bisa menikmati manisnya keamanan yang kita rasakan saat ini.

Rasulullah telah mengingatkan siapa pun yang tidak berterima kasih kepada manusia sesungguhnya ia termasuk orang yang tidak bersyukur kepada Allah.

لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ

Artinya: "Tidaklah bersyukur kepada Allah, orang yang tidak bersyukur (berterima kasih) kepada manusia." (HR Abu Dawud dan Ahmad). Semoga spirit Kemerdekaan dan Nusantara Baru, Indonesia Maju bisa benar-benar terwujud. Semoga negara kita akan abadi selamanya dalam kemakmuran dan kesentosaan. Amiin

Doa Pembuka dan Penutup Khutbah Jumat

Sebelum dan sesudah khutbah Jumat dibacakan, terdapat doa yang bisa dibaca khatib. Dikutip dari situs Masjid Raya Jawa Barat, berikut ini bacaan doanya:

Doa Pembuka Khutbah Jumat

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ إِلاَّ اللّٰه وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللّٰه، اَللّٰهُـمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللّٰه، أُوْصِيْنِيِ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللّٰه، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وَقَالَ تَعَالَى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللّٰهُ الْعَظِيمْ

Arab Latin: Alhamdulillahilladzi arsala rasuulahu bil-hudaa wa diinil-haqqi liyuzhhirahu 'alaad-diini kullihi walau karihal-musyrikuun, asyhaduallaa ilaaha illallaah wa asyhadu anna muhammadar-rasuulullah. Allahumma shalli 'alaa sayyidinaa muhammadin wa 'alaa aalihi wa ashhaabihi ajma'iin, amma ba'du: Fayaa 'ibaadallah, uushiinii nafsii wa iyyaakum bitaqwallaah, fakad faazal-muttaquun. Wa qaala ta'aalaa yaa ayyuhalladziina aamanuttaqullaaha haqqa tuqaatihi walaa tamuutunna illa wa antum muslimuun. Shadaqawllahul-'azhiim.

Doa Penutup Khutbah Jumat

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً, اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ
رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلََى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. والحمد لله رب العالمين

Arab Latin: Innallaha wa malaaikatahu yushalluuna 'alan-nabiyyi yaa ayyuhalladzina aamanuu shalluu 'alaihi wa sallimuu tasliimaa. Allahumma shalli 'alaa muhammadin wa 'alaa aali muhammad.

Allahummagfirlilmuslimiina wal-muslimaat, wal-mu'miniina wal-mu'minaati al-ahyaai minhum wal-amwaat, innaka samii'un qariibun mujiibud-da'awaati. Rabbanaa laa tuakhidznaa in nasiinaa au akhtha'naa rabbanaa walaa tuhmil 'alainaa ishran kamaa hamaltahu 'alalladziina min qablinaa. Rabbanaa walaa tuhammilnaa maalaa thaqatalanaabih wa'fu 'annaa wagfirlanaa warhamnaa anta maulaanaa fanshurnaa 'alal-qaumil-kaafiriin. Rabbanaa aatinaa fid-dunyaaa hasanah wa fil-akhirati hasanah, waqinaa 'adzaaban-naar. Wal-hamdulillahirabbil-'aalamiin.

Demikian 7 contoh khutbah Jumat untuk menyongsong HUT ke-79 RI lengkap dengan bacaan doa pembuka dan penutupnya. Semoga bermanfaat!




(sto/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads